Bagian 9

25 7 0
                                        

Kabut gelap hutan memenuhi pemandangan. Hutan Kerupuk Seblak, tempat yang jarang dijajah manusia. Banyak monster yang berkeliaran ditambah dengan tebalnya kabut yang menyelimuti membuat orang enggan menapakan kaki di sana. Beberapa cerita mitos tentang hantu kerap kali muncul.

"Sialan, bajingan tengik itu bahkan tidak memberi tau kalau di hutan ini penuh kabut asap" keluh Felicia.

"Perhatikan langkahmu Merah Jambu" peringat Ashe.

Hampir saja Felicia menginjak ranjau. Namun, bukannya berterimakasih gadis itu justru memelototi Ashe sambil berkata "Jaga sopan santunmu!"

"Harusnya aku biarkan saja kau menginjaknya" sesal Ashe.

Kabut hutan semakin tebal. Tercium aroma bubuk cabai yang menyengat. Padahal sekarang masih siang tapi suasana sekitar terasa bagaikan malam hari.

Dari jauh Felicia mendengarkan suara teriakan mintak tolong. Suara yang begitu familiar membuat dirinya berlari ke arah sumber suara tanpa menghiraukan Ashe yang memanggilnya.

"Alicia, tolong ibunda!"

"Ibu, Alicia di sini"

"Alicia, tolong!"

"Ibu, kau dimana" teriak Felicia sembari meneteskan air matanya. Ia berlati ke sumber suara.

"Ibunda, kau dimana?" teriak Felicia.

Tiba tiba sebuah tangan menggenggam pergelangan tangannya. Pemilik tangan menatap Felicia dengan raut kesal.

"Ibundamu ada di neraka, nak" balas Ashe.

Plak

Tamparan keras mendarat ke pipi Ashe. Bukannya marah pria itu justru tertawa. Ia melepaskan tangan Felicia dengan kasar. Kebencian Ashe pada Felicia tak pernah hilang. Kelahiran Felicia adalah sebuah dosa besar yang dilakukan oleh kaisar kerajaan Aesteler dengan ratu kerajaan black. Penyebab utama penderitaan yang dialami oleh pangeran.

"Hati hati kau hampir menginjak jurang" ujar Ashe dingin.

"Tidak kah kau memintak maaf padaku?"

"Apa itu harus?"

"Kau menghina ibuku"

"Menghina katamu? Bukankah itu memang pantas untuk wanita penzina. Kau ingin menyangkalnya? Pangeran Antonio dan Kaisar Aster sangat baik untuk menerimamu sebagai adiknya. Kau hanyalah aib yang tak seharusnya lahir. Seharusnya kau berterimakasih sudah kuselamatkan," teriak Ashe.

Air mata mengalir membasahi pipi Felicia. Perkataan Ashe tidaklah salah. Ia juga tau akan hal itu. Namun, mendengar kalimat itu dilontarkan padanya tanpa rasa bersalah membuat dirinya merasa sakit.

"Tidak ada anak yang ingin terlahir sebagai anak haram" ucap Felicia sedih.

Melihat kondisi Felicia yang terlihat kacau membuat Ashe menggerutu mengacak acak rambutnya dengan frustasi. Gadis ini selalu membuatnya kesal. Air matanya yang tak berguna itu mudah sekali keluar.

'Sial lagi lagi lidahku sulit untuk dikontrol,' batin Ashe.

"Sebaiknya kita cari tempat beristirahat"

"Tinggalkan saja aku disini" balas Felicia.

"Gadis ini," gerutu Ashe.

Tanpa babibu Ashe menggendong Felicia. Ia membawa gadis itu keluar dari hutan. Tak ada gunanya melanjutkan perjalanan di tempat terkutuk itu bersama dengan orang berhati lemah. Beda sekali dengan mantan permaisuri Yang Mulia Asyla. Beliau sangat sempurna puji Ashe dalam hati.

"Hei turunkan aku bajingan"

Ashe tetap diam tak menanggapi Felicia yang meronta ronta. Pria itu bahkan mengabaikan goblin yang bersembunyi dibalik kabut.

"Ini perintah, turunkan aku sekarang!"

Ashe masih diam tak menanggapi.

"Hei apa kau tak mendengarkanku"

Sepanjang jalan Felicia terus terusan berteriak dan memberontak. Sihir hitam bahkan ia lontarkan pada Ashe agar bisa bebas. Sayangnya kekuatan Felicia tak sebanding dengan Ashe. Apalagi pria itu kebal dengan sihir hitam. Seperti halnya dengan Asyla.

"Awas saja ketika misi ini selesai. Aku akan membuat banyak boneka untuk menyantetmu" ancam Felicia.

Harga dirinya sebagai seorang putri kerajaan baru saja dinodai. Ashe tidak cocok sama sekali menjadi seorang pengawal. Bagaimana bisa pria ini menggendong seorang putri layaknya mengangkat karung beras.

"Apa otakmu tak bisa digunakan untuk hal baik. Contoh saja Yang Mulia Asyla. Jika ia punya waktu untuk membuat boneka, beliau pasti membuatnya untuk dijual ataupun untuk disumbangkan pada anak-anak panti asuhan"

"Sayang sekali aku adalah keturunan wanita iblis, mana mungkin aku bertindak seperti seorang utusan dewi"

Felicia terdiam setelah mengucapkan kalimat tersebut. Kemanapun ia pergi baik itu rakyat jelata maupun bangsawan, selalu saja memuji Asyla. Dibanding-bandingkan itu tidak enak. Bahkan apel yang berasal dari pohon yang sama belum tentu rasanya sama.

Kagum, iri, bangga, dan rasa cemburu tercampur menjadi satu. Asyla bersinar begitu terang. Ia terlihat polos tapi cerdas, lemah lembut namun cukup tegas. Sangat sempurna dalam berbagai hal. Ia bahkan bisa menikah dengan seorang kaisar. Siapa yang tidak iri dengan gadis itu. Setetes air mata jatuh dengan sendirinya. Dirinya yang dulu berlimpahan pujian dan kasih sayang harus kehilangan semuanya dalam semalam.

Tanpa Ashe dan Felicia sadari, ada seorang serpent yang mengawasi mereka. Ia menyatu dengan pepohonan. Tanpa kabut sekalipun sangat sulit untuk mengetahu penyamarannya. Senyum tipis terukir diwajahnya.

****

Dinginnya udara kerajaan es dawet membuat Asyla menggigil sambil memeluk dirinya sendiri. Padahal ia sudah mengenakan baju yang lumayan tebal. Nasib orang Indonesia yang terbiasa dengan udara tropis, tentu saja ia sangat kesulitan. Selama ini ia baik baik saja karena dulunya ia tinggal di istana.

"Sebaiknya kita beristirahat saja," usul Robert.

"Jika kita menundanya, iblis itu akan segera bangkit" protes Asyla.

Robert terdiam beribu bahasa, iblis itu sudah meniupkan sedikit kesadarannya di dunia ini. Sudah sangat terlambat, bahkan mayat duke itu bukanlah wadah sesungguhnya. Yang seharusnya di bunuh adalah Aster. Sifat kejamnya yang telah membunuh banyak nyawa tanpa ampun telah membuatnya dirasuki oleh iblis mamon. Dunia ini telah hancur bahkan sebelum Asyla datang.

Kesepakatan asli yang dibuat oleh Aster dan Robert adalah membiarkan nyawa Asyla dan Antonio tetap selamat dengan syarat keduanya harus berada sejauh mungkin dari Aesteler. Memang benar kalau Asyla punya kekuatan suci yang bisa saja mengalahkan iblis itu.

'Daripada harus menanggung resiko kehilanganmu sekali lagi. Lebih baik dunia ini hancur saja' batin Robert.

Bersambung....

Ikanaide (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang