Dibalik lorong yang delap dalam sebuah kastil Black Flores, Stela berjalan dengan membawa obor. Sudah bertahun tahun lamanya ia tinggal di kastil ini. Namun, baru kali ini dia bisa menemukan ruangan gelap tersebut. Di sana ada tumpukan buku harian ayahnya, Delado.
Sulit dipercaya ruangan ini terhubung dengan kamar ayahnya. Ayah yang selama ini ia kira kehilangan akal sehat, bagaimana bisa mengerjakan banyak hal di ruangan ini. Adik yang selama ini ia kira sudah tidak ada di dunia ini ternyata seseorang yang sangat ia kenal. Zeon adalah Aes.
"Apa yang kau lakukan di sini?" sebuah suara mengejutkan Stela.
Ayahnya datang dengan ekspresi wajah marah. Belum sempat Stela berbicara, ayahnya sudah meraplkan mantra dan membuatnya terikat oleh akar tanaman.
"Ayah, aku tau siapa Zeon. Dia dalam bahaya jika terus berada disekitar orang orang itu"
"Aku tau karna itu aku mencegahmu" jawab Delado.
"Ayah!"
"Stela, kau putriku satu satunya. Ku mohon mengertilah"
"Tapi Zeon adalah putramu satu satunya dan dia adalah adikku. Bagaimana anda bisa setega itu padanya?"
Stela berusaha memberontak namun gagal, sihirnya tak bekerja pada Delado. Gadis itu mencoba memintak bantuan para wariornya namun sayang sekali sejak awal para warior itu bukan melayani dirinya. Mereka mengabdikan hidup dan mati mereka hanya pada Delado.
Sementara itu di sebuah restoran pada kerajaan Aestheler, Aes menyeruput kopi dengan santai. Dari bayangan kopinya ia dapat melihat apa yang terjadi pada Stela. Tindakan ayahnya sudah benar. Jika Stela ikut campur, ia bisa kerepotan. Kemampuan Stela sangat jauh dibawah Aster. Selama ini Aster tidak memperlihatkan semua kekuatannya karna jika itu terjadi segel iblis di tubuhnya akan melemah.
"Aster dulu sekali kau memohon padaku untuk diari sihir agar dapat melindungi orang disekitarmu. Lihat dirimu sekarang. Sejak kau kehilangan putrimu, jiwamu perlahan dilahap oleh iblis" ucap Aes.
Ia tersenyum puas menyaksikan semuanya, seenaknya saja bahagia diatas penderitaannya. Mana bisa begitu. Lihatlah bahkan ayahnya saja lebih mempedulikan anak haramnya ketimbang anak sahnya.
"Theodore," panggil Aes. Seketika sebuah kabut hitam muncul kemudian memadat membentuk sebuah wujud.
"Hambamu ini menghadap, my lord," ucap Thedore sopan sambil berlutut pada Aes.
Mereka berada ditempat umum yang ramai namun semua tampak normal tanpa ada yang peduli akan kehadiran Theodore. Pupil mata Theodore yang biasanya berwarna hijau berubah menjadi merah pekat.
"Hubungi pemimpin klan serpen, katakan pada mereka untuk segera mengirim kepala Camelia jika mereka masih membutuhkan penawar racun dariku"
"Kekeinginanmu akan saya laksanakan, my lord"
Theodore menghilang meninggalkan kabut asap yang hitam. Aes tersenyum, ia kembali menyeruput kopinya.
"Tidak akan kubiarkan keluargaku terbunuh, aku pasti akan melindungi Aster, Antonio maupun Robert meski harus menjual jiwaku pada iblis"
Pria itu kemudian hilang meninggalkan sekeping emas di meja. Ia berteleportasi ke ruang kerja Aster. Di sana ia melihat Aster yang sedang berlutut di lantai dengan tangan yang menacapkan pisau pada bahunya. Pola hitam terukir pada lengan Aster.
"Pria yang menyedihkan, seharusnya kau bunuh saja perempuan itu" ucap Aes.
"Kau apakan Theodore?" tanya Aster dengan raut marah. Keringat menetes dari dahinya bercampur dengan darah yang mengalir dari bahunya mengotori lantai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ikanaide (On Going)
FantasyLanjutan dari cerita Penulis & Dunia Novel Saat Asyla menghilang banyak hal yang terjadi. Antonio yang merupakan seorang kaisar Aesteler sekaligus suaminya rela melepaskan gelar kehormatannya sebagai bangsawan demi mencari dirinya. Banyak tempat yan...