Bagian 5

63 11 0
                                    

Setiap manusia terikat pada benang takdir. Tipis tapi kuat, tak terlihat tapi selalu mengikuti kemana saja. Terkadang benang itu rasanya menolong terkadang juga rasanya seperti mencekik.

Kemanapun Asyla pergi ia selalu saja berpapasan dengan Antonio. Berkali kali merasa deja vu. Berkali kali mencoba untuk bersembunyi tapi benang itu mengikat dengan begitu kuat.

Robert sudah menyadari takdir itu namun ia berpura pura tidak tau. Mungkin ia sedikit merasa bersalah. Namun, pria itu sangat kesal melihat Antonio mencari putrinya bersama dengan seorang gadis.

Kali ini mereka bertemu kembali, beda dengan yang sebelum sebelumnya hanya berpapasan saja. Saat ini justru mereka bertemu karena Sam melimpat kegirangan saat bertemu Asyla.

"Sam, perhatikan sikapmu. Kau sungguh sangat tidak sopan" tegur Antonio.

Pria itu membantu Asyla berdiri. Robert diam diam melepaskan hawa membunuhnya. Pria itu sangat berbahaya, bisa saja dia akan membawa kabur putrinya yang berharga.

"Terimakasih karena sudah membantu putri saya," ucap Robert berpura pura tidak mengenali Antonio.

Daftar tempat yang ingin ia kunjungi dengan anaknya masih banyak. Mereka bahkan belum pernah ke pantai.

"Bagaimana saya pun saya bertanggung jawab karena ini adalah ulah kuda saya"

"Rupanya anda tau diri juga," balas Robert blak blakan. Ini tidak seperti dirinya yang biasanya menyanjung nyanjung Antonio dan merendah rendahkan Asyla. Semua menjadi terbalik saat fakta bahwa Asyla adalah reingkarnasi putrinya.

Dari belakang Camelia berlari mengejar Antonio sambil membawa bunga. Ia tersenyum riang sambil memanggil manggil pria itu.

'Entah kenapa aku ingin sekali membunuhnya,' batin Asyla.

"Eto. Tuan Pengembara, apa anda mengenali mereka?"

"Sam, tiba tiba saja hilang kendali dan hampir saja mencelakai nona ini. Ngomng ngomong dari mana saja kau?"

"Aku habis membeli beberapa bunga"

"Aku bisa melihatnya. Nah, kalau begitu nona, saya mohon undur diri. Selamat menikmati hari anda"

Baik Caramel maupun Antonio kemudian pergi dari hadapan Asyla. Ada sedikit keinginan bagi gadis itu agar Antonio tetap di sana.

"Cih, bajingan itu. Bagaimana bisa ia tak mengenali istrinya. Padahal ayahmu ini sudah bersiap siap untuk menebas lehernya jika ia berniat menculikmu dariku" kesal Robert melihat wajah murung putrinya.

"Ayah, bukankah itu lebih bagus jika dia tidak mengenaliku. Daftar penjelajahan kita masih banyak ayah, jadi sebaiknya kita tidak usah memikirkan hal remeh begitu," hibur Asyla pada Robert.

Apa perkataan itu benar benar untuk menghibur Robert. Pria itu bahkan sama sekali tidak akan peduli jika Antonio mati sekalipun. Satu satunya yang butuh hiburan hanyalah dirinya.

Dulunya ia berfikir di dunia ini hanya ada satu benua dengan 8 negara di dalamnya. Kenyatanya justru ada banyak kerajaan maupun negara republik di benua ini. Jumlah benua di sini juga ada 5, benua tengah tempat ia saat ini. Kemudian benua kutub, benua hijau, dan benua hitam.

Benua tengah berada di tempat yang strategis layaknya Indonesia yang dilalui gari katulistiwa. Meski begitu hanya ada beberapa tempat yang mengalami iklim tropis.

Benua hijau, konon kayanya adalah tempat tinggal para peri. Tak pernah ada manusia yang mampu mencapai tempat itu. Hanya ada satu manusia yang pernah ke sana. Orang itu adalah Robert.

Sementara itu antara Antonio dan Camelia, keduanya mulai akur. Mereka melanjutkan pertualangan mereka menuju arah yang berlawanan dengan Asyla.

"Kemana tujuan kita selanjutnya?" tanya Camelia pada Antonio.

Ikanaide (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang