Bagian 11

20 2 0
                                    

Percikan darah menodai gaun kuning Asyla, namun itu tak seberapa dibandingkan banyaknya darah yang mengalir dari tubuh Antonio. Senyum letih terukir di wajah tampannya. Mata Asyla berkaca kata tak kuasa menahan pilu akan luka yang diderita suaminya. Di sekeliling mereka ada banyak mayat yang berserakan.

Plak

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Antonio.

"Hei bangun!"

Plak

Plak

Plak

Berkali kali Asyla menampar untuk membangunkan Antonio.

"Antonio bangun!"

"Hei kau bilang ingin punya seribu anak. Jangan mati dulu bodoh"

Tangis pilu kemudian pecah saat jantung Antonio berhenti berdetak. Tak kuasa menahan luka Asyla menangis sambil memeluk tubuh erat sang suami tercinta.

"Jangan tinggalkan aku" teriak pilu Asyla. Ia menjerit begitu keras. Berteriak memaki suaminya berharap pria itu kembali. 

Suasana sekitar perlahan berubah. Mayat Antonio bersinar kemudian mengilang.

"Selamat anda kena prank"

Satu kalimat menyebalkan terdengar. Segera ia usap air matanya kemudian menoleh ke sumber suara. Dewi Fortuna berjalan dengan anggun menghampiri dirinya disusul dengan Carlina yang tertawa cekikitan dari belakang.

"Bagus. Jadi, apakah kalian menikmati pertunjukannya?" tanya sang dewi sambil tersenyum.

Kedua tanganku mengepal ingin melayangkan tinju pada sosok wanita itu. Kejadian tadi bukanlah hal yang membahagiakan. Apakah semua dewa maupun dewi menyaksikan penderitaan manusia sebagai lolucon? Jika ia justru mereka dan iblis tak ada bedanya.

"Jangan marah dulu Asyla. Kejadian tadi adalah gambaran yang akan terjadi dimasa depan. Kau harus membunuh segel iblis sebelum segel dan wadahnya bertemu" jelas Carlina.

Segel dan wadah, mereka selalu menyuruh Asyla untuk menemukan keduaya tanpa memberi taunya gambaran yang jelas tentang dua hal tersebut. Gadis itu hanya bisa tersenyum mengiyakan perkataan keduanya.

"Jika ia dewi sungguhan pasti ia bisa membaca pikiranku," yakin Asyla dalam hati.

Sang dewi memeluk dan kemudian mengecup kening Asyla. Pandangan Asyla menjadi gelap dan akhirnya gadis itu terbangun dari mimpinya. Kepalanya berdenyut kuat. Selalu ada rasa sakit yang ia tanggung setiap dewi itu mendatanginya.

Di sampingnya Camelia mengenggam tangannya dengan lembut. Perlahan rasa sakit itu menghilang saat Camelia berbisik, "tenanglah itu hanya sebuah mimpi. Semua akan baik baik saja."

Asyla langsung memeluk Camelia. Gadis yang bersamanya saat ini selalu bisa menjadi sandaran baginya sejak ia berpisah dengan Robert dan Antonio. Aster tanpa diduga duga menebar teror pada setiap kerajaan disekitar Aesteler. Berita kematian Felicia dan Ashe juga sempat membuat mental Asyla terguncang.

****

Dua bulan yang lalu identitas Asyla terbongkar. Penginapan yang ditempati mereka tiba tiba saja diserang gerombolan mahkluk bersisik. Disaat keadaan mereka terdesak, Antonio menatap Camelia dengan wajah marah.

"Katakan apa maumu?" ucap Antonio sambil mengacukan pedangnya ke leher Camelia di tengah pengepungan.

"Apa yang anda katakan?" tanya Camelia dengan gemetaran.

"Aku tau kau putri bungsu Kerajaan Seblak. Aku pernah melihatmu berbincang dengan seekor mahkluk bersisik"

"Mengenai kejadian itu aku bisa menjelaskannya. Pria yang aku temui malam itu adalah ka—"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ikanaide (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang