🖋 15

3.1K 350 2
                                    

.
.
.

Chenle memindahkan pizza itu ke lantai agar bisa di jangkau oleh Hao jika ia ingin tambah lagi. Chenle melupakan jisung sejenak dan baru mengingatnya beberapa detik kemudian, chenle segera menoleh kepada Jisung yang juga memandanginya dengan pandangan yang sama seperti tatapan Hao.

Jisung juga ingin makan pizza? Chenle hampir saja tertawa.

"Ayo! Kenapa diam saja." chenle berujar lembut sambil menarik tangan jisung sehingga jisung berpindah ke sisinya. Sekarang mereka bertiga duduk di atas lantai marmer sambil memakan pizza.

Chenle sempat keluar sebentar dan kembali dengan membawa beberapa buah cangkir plastik dan sebotol besar air mineral. Hao makan dengan lahap, dua potong ternyata tidak cukup, ia kembali meraih potongan ketiga. Jisung hanya makan sepotong karena dirinya memang tidak makan dalam porsi banyak sekaligus.

Perutnya selalu butuh jeda karena jisung tidak memiliki lambung yang besar. Ia mengelus perutnya yang sudah terisi dan menoleh kepada chenle yang sedang menggigit potongan pizza keduanya dengan gerakan seakan-akan ia tengah melakukan sebuah dosa. Dia sedang diet, tentu saja makan pizza adalah dosa besar bagi orang yang berdiet.

"Hentikanlah kalau memang kau tidak rela menghabiskannya." jisung berbisik. Chenle menoleh kepadanya dan mendekatkan wajahnya ke telinga jisung.

"Jika aku tidak ikut makan, Hao akan segera sadar kalau dirinya sedang dipancing." Pembicaraan berhenti sebentar. Hao menguap lalu merengek meminta minum. Segera plastik air mineral sudah tertuang dan disodorkan kepadanya.

Hao mengambilnya dari tangan chenle dan meminumnya, selang beberapa detik bocah itu bersendawa dan bersandar kepada chenle.

"Dia sudah lelah." Bisik jisung.

"Kau bisa membantuku menyimpan cangkir-cangkir ini ke dapur? Aku sepertinya harus menidurkannya." Jisung mengangguk mengerti.

Perlahan dan hati-hati ia menumpuk gelas-gelas plastik itu di atas box pizza dan membawanya keluar. Di dapur jisung sempat bertemu Oma
yang mengajaknya makan malam dan Jisung mampir sebentar untuk makan sepotong roti.

Chenle sedang menidurkan Hao dan tidak bisa menemani Oma-nya untuk makan malam seperti biasa. Lalu bagaimana bisa Jisung membiarkan Oma-nya makan malam sendirian? Setelah ritual makan malam selesai, jisung kembali ke kamar dan melihat Hao yang mengambil alih tempatnya di atas ranjang. Bocah itu memeluk chenle tiba-tiba.

"Mommy." racau Hao mengigau.

"Kenapa Hao tidur disini?" Jisung berbisik sambil naik ke atas tempat tidur dan duduk di dekat Chenle yang membelakanginya. Chenle menoleh sebentar lalu menarik lengan Jisung agar berbaring di dekatnya.

"Lalu dimana? Aku tidak mungkin
membiarkannya tidur di kamar tamu sendirian." Jisung berusaha menyingkirkan tangan Hao yang memeluk istrinya lalu menggantikan dengan lengannya.

"Mana boleh dia memelukmu tanpa seizinku!" Jisung memeluk Chenle semakin erat dan lengannya menekan perut chenle agar merapat kepadanya. Chenle tidak melawan.

"Kau ibu yang berbahaya. Haechan hyung saja tidak pernah mengizinkan Hao makan-makanan cepat saji." Jisung berbisik.

"Apa lagi yang bisa ku lakukan?" Hao menggeliat, sepertinya bocah itu terganggu dengan bisik-bisik antara Jisung dan Chenle. Sesegera mungkin chenle mengelus punggungnya hingga hao bisa lebih tenang.

𝐇𝐔𝐒𝐁𝐀𝐍𝐃 [Jichen/Chenji Ver] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang