🖋 20

2.6K 285 1
                                    

Jisung menghela nafas perlahan. la sengaja pulang cepat demi bertemu dengan Chenle. Begitu membuka pintu kamar, sebuah suasana aneh merebak. Chenle sedang duduk di atas sofa sambil memandangi dua buah dasi yang masih rapi di dalam kotaknya yang terbuka. Hao sedang tidur, dia pasti sangat kelelahan karena mengikuti Chenle pergi seharian ini.

Jisung membuka jasnya dan melemparkannya ke dalam keranjang pakaian kotor yang ada di kamar mandi lalu mendekati Chenle dan memeluknya. Tubuh Chenle seperti membeku, dia tidak membalas pelukan Jisung.

"Kau membeli dua dasi?" Bisik Jisung.

"Aku hanya perlu satu."

"Kalau begitu pakai salah satunya. Pilihlah mana yang sesuai dengan seleramu." Jisung melepaskan pelukannya dan mendekati dua buah dasi yang di hadapan Chenle entah sejak kapan. Yang berwarna merah marun atau hijau army?

Jisung tertarik dengan yang berwarna merah marun, tapi yang hijau army, sepertinya ia pernah melihatnya. Rasanya Jisung pernah memiliki dasi yang sama. Tangannya berusaha untuk meyakinkan dengan mengambil dasi berwarna hijau army itu dan membukanya dari kotaknya. Jisung yakin kalau ia pernah memiliki dasi yang serupa.

"Jadi itu pilihanmu? itu dari istrimu" Suara Chenle terdengar agak sinis Jisung memandang wajah Chenle tidak percaya. Istri? Chenle kan? Atau...

"Tadi kami bertemu di toko dasi, dia berpesan agar kau segera pulang. Sudah dua minggu kau tidak pulang. itu terdengar seperti aku sedang
menahanmu disini.

"Maksudmu, Karina?" Tanya Jisung, Karina menemui Chenle.

"JADI NAMANYA KARINA. BAGAIMANA MUNGKIN AKU MENIKAH DENGAN SEORANG PRIA YANG SUDAH BERISTRI!" Chenle memekik. Ia mulai terlihat sangat kacau

Jisung menghela nafas berat mulai merasa bingung dan tidak tahu harus berbuat apa, tidak tahu harus berkata apa, tidak tau harus membela diri atau memberi penjelasan seperti apa.

Yang dilakukannya hanya meletakkan kembali dasi berwarna hijau army itu dan mengambil yang satunya lagi. Berarti yang berwarna merah marun adalah pilihan Chenle. Jisung sudah menyukainya sejak pertama kali melihatnya. Ia mengeluarkan dasi itu dari kotaknya dan melingkarkan di lehernya.

"Aku suka yang ini." Jisung berusaha mengeluarkan suara yang riang, ia berusaha untuk tidak menganggap Karina sebagai masalah meskipun ia tau itu adalah masalah bagi Chenle.

"Aku ingin bertanya satu hal kepadamu." Chenle bersuara lagi. Ia seolah-olah sedang tidak peduli dengan usaha Jisung untuk mencairkan suasana.

"Apakah kau mencintainya? Saat menikah denganku kau mencintainya?"

"Aku tidak akan menikah denganmu jika aku tidak mencintainya." Jawaban yang tidak bisa Chenle mengerti tapi dirinya ingin mengetahui hal lain.

"Apakah kau mencintaiku? Apakah sama besarnya dengan cintamu kepadanya?"

Jisung terdiam lama, apakah ia mencintainya? Zhong Chenle, sejak kapan ada di hatinya? Jisung tertarik kepada Chenle kepada kelembutan yang ditunjukkannya, kepada caranya tersenyum, caranya bertanya.

Jisung tertarik kepada cara Chenle menggodanya, semuanya. Tapi selama ini, Chenle memang belum pernah membekas di hatinya meskipun Jisung selalu berusaha menunjukkan cinta kepadanya.

Apakah ia mencintai Chenle? Sejak kapan? Sejak pagi itu. Ya. Pagi itu Jisung jatuh cinta kepada Chenle, saat ia melihat Chenle menangis karena terbangun tanpa Jisung di sisinya.

"Ya, aku mencintaimu" Chenle
tersenyum sinis.

"BOHONG!"

"Aku tidak berbohong. Aku-

"Aku tidak ingin mendengar apa-apa. Besok kita bahas lagi karena sekarang aku ingin istirahat. Kepalaku rasanya
mau pecah." Chenle beranjak dari sofa dan nyaris berbaring di atas tempat tidur saat mendengar pintu kamar diketuk.

Jisung membuka pintu dan mendapati Mark hyung bersama Haechan hyung di depan pintu. Mereka sudah pulang? Kenapa secepat ini? Seharusnya masih ada beberapa hari lagi

"Kami tidak bisa pergi lama-lama karena selalu memikirkan Hao" Mark mengeluarkan kalimat pertamanya yang menjawab kebingungan Jisung dan Chenle

"Maaf langsung ke kamar kalian, tadi
Oma menunjukkan kamar ini karena katanya Hao tidur bersama

Lalu Haechan segera bergerak tanpa kata-kata mengumpulkan semua barang-barang Hao dan menenteng tas-nya, ia mendekati Hao yang sepertinya terbangun karena keributan itu. Hao menangis.

"Mommy Mommy." rengeknya. Haechan segera menggendong Hao dan berusaha menggoyang-goyangkan tubuh kecil anaknya. Tapi Hao tidak mau diam. Tangannya menggapai-gapai ke arah Chenle sambil terus menjerit memanggil-manggilnya dengan sebutan Mommy.

Jadi yang Hao maksud sebagai mommy adalah Chenle? Mark dan Jisung saling pandang. Chenle merasa iba dan mendekat kepada Haechan

"Boleh aku menggendongnya sebentar?"

Chenle tidak membutuhkan persetujuan. Kedua tangannya langsung mengambil alih Hao dari ibunya dan menggendongnya penuh kasih sayang Chenle membelai punggung Hao lembut, la bisa melihat kecemburuan Haechan karena itu

"Apa yang kau lakukan pada anakku?" Tanyanya kasar. Haechan kembali mengambil alih Hao dan berkata pada Mark

"Aku tidak suka padanya. Ayo kita
pergi!"

Mark mengucapkan kata maaf pada Chenle dan mengikuti Haechan pergi.

Sekarang Chenle tau mengapa Haechan sangat membencinya, karena Haechan mungkin berfikir Chenle adalah pria jahat yang merebut suami orang dan sebagai sesama istri, Haechan pasti ikut merasakan penderitaan Karina, iparnya yang lain.

Hati Chenle disesaki perih yang luar biasa, ia memandangi Hao yang terus memanggil-manggil Chenle dengan sebutan Mommy sambil terus menggapai-gapai ke arahnya.








[ TBC ]

𝐇𝐔𝐒𝐁𝐀𝐍𝐃 [Jichen/Chenji Ver] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang