🖋 25

2.8K 262 7
                                    

🔞

Sebuah kecupan manis mendarat di bibir chenle dan berubah menjadi panas saat chenle menolak untuk melepaskannya. Chenle menangis lagi, Jisung bisa merasakan tubuhnya yang bergetar disela-sela ciuman mereka. Tapi di saat Jisung ingin melepaskan cumbuannya Chenle masih menolak, tidak ingin dilepas.

Chenle membalas cumbuan Jisung dengan air mata yang masih mengalir di kedua pipinya. Ciuman itu semakin panas dan pada akhirnya Jisung juga menginginkan hal yang sama dengan Chenle. Dia tidak ingin lepas. Zhong Chenle tidak boleh lepas darinya.

"Cukup. Aku tidak ingin melakukan kesalahan yang lebih besar lagi." ucap Jisung setelah berhasil menolak hasratnya dan melepaskan diri dari chenle.

Sangat berat baginya karena Jisung merindukan Chenle dengan teramat sangat setelah semua pertengkaran ini. Jisung ingin melakukan yang lebih dari sekedar berciuman, tapi bagaimana bisa jika chenle bertindak seolah-olah dirinya sedang menyiksa diri dengan hal ini.

"tidurlah, aku akan tidur di kamar tamu saja." Jisung lagi-lagi mengusahakan sebuah senyuman sebelum ia beranjak pergi.

"Tinggallah." Suara Chenle yang parau
terdengar sangat melegakan hati
Jisung. Chenle memintanya untuk
tinggal.

"Biarkan aku menjadi istrimu lagi malam ini." Jisung kembali duduk dan memandang Chenle yang sedang menghapus air matanya, dia kelihatan lebih kuat. Chenle berhasil membuat Jisung menahan nafas saat tangan-tangan lemahnya mulai melepas pakaian yang dikenakannya satu persatu.

Jisung tidak bisa menolak karena ia juga sangat menginginkan Chenle, sangat merindukannya. Sebisa mungkin Jisung membantu chenle saat ia kesulitan hingga akhirnya Chenle kini di hadapannya tanpa pakaian sama sekali. Jisung memandangi Chenle beberapa saat, ia mengaguminya.

Bagi Jisung, Chenle sudah sangat sempurna dan tidak perlu polesan apa-apa lagi untuk membuatnya menggoda, seperti yang pernah ia katakan sebelumnya. Jisung yang straight tergoda dengan tubuh Chenle sejak pertama kali melihatnya, sejak tanpa sengaja di pagi itu selimut Chenle tersingkap dan Jisung menjadi kelaparan.

Sekarang bukan hanya tubuh, jiwa raganya juga merasakan hal yang sama.

Chenle menggenggam tangan Jisung, lalu meletakkannya di dada sejajar dengan jantungnya sehingga Jisung bisa merasakan betapa merasakan betapa jantung Chenle bergerak dalam ritme yang luar biasa seakan-akan bisa berhenti kapan saja. Ia menanti dalam ketegangan yang sama.

Jisung mulai membuka pakaian yang dikenakannya kemudian mulai mencumbu chenle dengan lembut, ia sedang melarung dahaga dengan itu. Sayangnya sebuah ciuman di bibir saja belum cukup. Jisung menelusuri semuanya, menjelajahi segalanya. Mulai dari kening, kelopak mata, hidung, hingga ia kembali ke bibir dan berpagutan cukup lama di sana. Sayangnya itu juga belum cukup.

Semakin ia berusaha melepas dahaga, maka Jisung semakin merasa kehausan. Jisung ingin menyentuh Chenle tanpa satu jengkal pun yang
terlewatkan.

Dan dengan ciumannya, Jisung berhasil membuat Chenle hampir menanjak ke titik pemuasannya. Tidak bisa. Jisung tidak akan membiarkan Chenle klimaks tanpa dirinya, ia ingin merasakannya bersama untuk kali ini dan untuk waktu yang lebih lama. Mesra dan manis, itu yang Chenle rasakan.

Kali ini Jisung bergerak di dalam dirinya dengan sangat perlahan, tidak menggebu-gebu atau terburu-buru. Berkali-kali Jisung menghujani wajah Chenle dengan ciuman dan Chenle berusaha keras untuk membalasnya dengan yang lebih dan lebih. Perasaannya saat ini benar-benar hanya tertuju pada Jisung dan ingin bertindak egois dengan memiliki
Jisung selamanya.

"Bisa kau lakukan lagi?" Ucapan Chenle yang dilontarkan dengan nada suara ragu itu benar-benar bergema dalam telinga Jisung beberapa kali yang tidak terhingga.

Chenle sepertinya tidak ingin berhenti dan Jisung juga sama tidak bisa berhenti, hingga pada akhirnya alasan untuk berhenti itu hadir setelah tubuh Chenle mengejang untuk kesekian kalinya.

Jisung berusaha bergerak
lebih intens untuk mengejar ketertinggalannya. Ia berhasil membuat Chenle tidak bisa menahan erangannya selama beberapa menit. Pada akhirnya mereka masih tidak ingin terlerai, Chenle memejamkan matanya saat kening Jisung bertemu dengan keningnya. Ia sudah tidak bisa bergerak lagi dan merasa hampir mati karena hal ini.

"Bisa kau lakukan lagi?" Chenle berbisik dengan sangat pelan. Jisung terbelalak. Lagi? Chenle sudah sangat kelelahan dan Jisung mengetahui itu. Seandainya bisa ia ingin melakukannya lagi, tapi bagaimana dengan Chenle? Dia bahkan sudah tidak memiliki tenaga untuk menggerakkan tangannya.

"Aku tidak bisa. Aku sangat lelah, sayang." Jisung memeluk chenle erat, semuanya mulai meregang hanya tersisa desahan nafas yang masih berusaha untuk mereka tenangkan.

"Sejujurnya aku juga sangat lelah." Bisik Chenle lagi.

"Tapi kau pernah bilang kalau aku ingin cepat hamil, dan aku baru tau kalau itu bohong. Namun sekarang aku benar-benar menginginkannya, ingin bisa mengandung anakmu seperti wanita itu, ingin jadi milikmu dan satu-satunya."

"Hentikan. Jangan mengungkit tentang itu lagi di saat seperti ini. Aku juga menginginkan apapun yang kau inginkan."

"Jadi usahaku malam ini berhasil?"

Kedua alis Jisung menyatu.

"Maksudmu?"

"Aku sedang menggodamu. Bukankah seorang suami akan meninggalkan istrinya karena tergoda oleh orang lain? Malam ini apakah aku sudah cukup menggoda? Cukup untuk membuatmu meninggalkan istrimu dan datang kepadaku?" Jisung tersenyum, lalu mengecup bibir Chenle sekali lagi.

"Aku akan melakukannya jika kau menginginkannya."

"Kalau begitu tetaplah memelukku, aku sudah tidak bisa bertahan lagi dan sangat ingin istirahat. Aku lelah sekali. Tapi aku takut kalau aku tidur, malam ini akan terlewati begitu saja."

"Kita bisa melakukannya lain kali. Sekarang tidurlah, kau sudah berusaha dengan sangat keras."

Chenle mengangguk perlahan saat Jisung membelai kepalanya. Dia sangat lelah, teramat sangat. Bukan hanya karena usaha kerasnya untuk bercinta malam ini. Tapi juga lelah untuk segalanya.













[ TBC ]

𝐇𝐔𝐒𝐁𝐀𝐍𝐃 [Jichen/Chenji Ver] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang