🖋 22

2.4K 292 27
                                    

Chenle terbangun setelah matahari yang menelisik melalui kisi-kisi jendela menyilaukan matanya. Wajahnya terasa panas karena cahaya alami siang. Ia membuka mata dan segera meraba tubuhnya. Ia bersyukur pakaiannya masih lengkap. Berarti ia dan Jeno tidak melakukan apa-apa seperti yang dikhawatirkannya.

Chenle memandang berkeliling, Jeno tidak ada di sana, bahkan ranjangnya sudah rapi dan bersih seperti tidak pernah tersentuh.

Chenle bangkit dari sofa dan memandang jam di dinding. Sudah hampir siang, Jeno pasti sudah sibuk di cafe-nya. Sekarang sudah saatnya Chenle pulang, jika tidak Jisung dan Oma-nya pasti akan merasa khawatir.

Entah mengapa ia memikirkan Jisung lagi. Chenle berfikir akan kembali kepada Jisung, berbicara baik-baik dan mendengarkan penjelasannya, kemudian membina semuanya dari awal lagi.

Chenle menuruni tangga dengan langkah yang sangat perlahan dan melihat keadaan cafe yang sudah lumayan ramai. Jeno mendatanginya, membuat Chenle berhenti bergerak dan memandangnya.

"Kau harus sarapan dulu." Suara Jeno terdengar sangat lembut, sama seperti kata maafnya semalam setelah ia mencium Chenle. Chenle menggeleng.

"Aku harus pulang."

"Kalau begitu ku antar."

"Tidak perlu." Chenle berkata tegas dalam suara pelan, ia tidak ingin ada orang lain yang mendengar perkataan mereka.

"Ini akan jadi terakhir kalinya aku
menemuimu."

"Kenapa? Karena tadi malam? Aku sudah minta maaf, kan? Aku tidak pernah melakukannya selama ini dan tadi malam benar-benar diluar kendali. Chenle, aku mencintai.."

"Ya, aku tau kau mencintaiku." Chenle memotong.

Tapi ia tidak akan pernah lagi berkata kalau dirinya mencintai Jeno, Chenle sudah tidak mencintai Jeno lagi, sudah lama. Dan Jeno tidak bisa menuntut Chenle untuk mengatakan kalau Chenle juga mencintainya.

"Aku sudah tidak bisa memberikan apa-apa lagi kepadamu. Apa yang seharusnya ku berikan kepadamu sudah ku serahkan kepada orang lain."

"Chenle, kau-"

"Aku mencintai Jisung. Dan aku sudah memutuskan akan menunggunya kembali dengan setia meskipun dia sedang tidak setia." Jeno mengangguk mengerti.

"Kalau begitu kau boleh datang lagi jika ada masalah."

"Aku tidak akan datang lagi." Jawab Chenle cepat.

"Selamat tinggal." Chenle berusaha pergi secepat mungkin, berharap sampai di rumahnya dengan segera.

Tapi apa yang didapatnya begitu keluar dari cafe? Sebuah tamparan mendarat di wajahnya membuat Chenle terpaku. Jisung menamparnya di depan banyak orang ?

Orang-orang di cafe segera keluar untuk melihat apa yang terjadi. Mengapa ini harus terjadi disaat Chenle berfikir untuk memperbaiki segalanya?

"Kau, pantas untuk mendapatkan itu."
Ucap Jisung dengan dingin.

"Kau di sini semalaman? Aku menunggumu pulang! Apa yang kau lakukan disini? Kau tidur dengannya? Kau masih mengatakan kalau kau adalah seorang istri? Masih merasa berhak untuk marah karena Karina? Kita sama Chenle! Sama!"

Tangis Chenle pecah lagi dan dia benar-benar kesulitan untuk menenangkan diri. Tapi pada akhirnya Chenle bisa menahan getaran suaranya dan memandang mata Jisung dalam-dalam.

"Ya, aku berkhianat semalam. Jadi kembalilah kepada istrimu, aku tidak seperti dia yang bisa menunggu suaminya di rumah dengan tenang sementara suaminya sedang bercumbu dengan orang lain!" Jisung menggertakkan giginya geram. Lalu Chenle pergi menggalkannya. Chenle mengakuinya. Dia berkhianat semalam, itu katanya.

Mata Jisung beralih kepada Jeno yang berdiri di depan cafe dan memandanginya. Sebuah pukulan penuh emosi segera Jisung layangkan kepada Jeno, sekali, dua kali, kemudian pukulan yang bertubi-tubi Jisung berikan, tapi Jeno tidak melawan.

Semua orang di cafe berusaha melerai, tapi Jisung masih terus menyerang Jeno. Pada akhirnya lima orang yang memeganginya bisa membuatnya merasa lebih tenang. Tapi Jisung masih menunjukkan emosinya melalui kata-kata.

"AKU TIDAK SUKA MELIHAT KAU MENDEKATI CHENLE!"

"Aku tidak membunuhmu waktu itu, tapi aku akan membunuhmu sekarang jika kau berani mendekatinya lagi!" Teriaknya.

"Aku tau kau membenciku. Tapi tamparan itu tidak pantas untuk Chenle. Kau tidak pernah menampar Karina setiap kali memergokinya bercinta denganku. Lalu kenapa tamparan itu kau berikan kepada Chenle yang tidak melakukan apa-apa?"

Jisung terpaku. Chenle tidak melakukan apa-apa, kata-kata itu terus menggema di kepalanya.








[ TBC ]

𝐇𝐔𝐒𝐁𝐀𝐍𝐃 [Jichen/Chenji Ver] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang