21

5.7K 463 19
                                    

Setelah kejadian buruk itu terjadi, Hasya semakin memperketat akses komunikasi dengan mantan suaminya. Tak hanya itu, ia juga meminta penjaga rumahnya agar tidak mengizinkan pria itu untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Bunda, tadi sore Kakak lihat ada mobil Ayah di depan gerbang." Hasya terdiam, menatap putrinya dengan penuh sayang.

"Kakak tau kan, Bunda sama Ayah udah nggak bisa sama-sama lagi?" Luna, gadis itu mengangguk pelan. Mengerti kondisi kedua orangtuanya yang telah berpisah sejak beberapa bulan yang lalu."Kakak juga pernah dengar kan, Ayah itu nggak suka sama kehadiran kita berdua dalam kehidupannya dia?"

"Iya, Bunda. Kakak pernah dengar Ayah bicara seperti itu." jawab Luna, menatap ibunya dengan raut wajah serius."Tetapi kenapa Ayah sekarang berubah menjadi baik sama kita, Bunda??"

Hasya terdiam beberapa saat sebelum ia memberikan jawaban kepada putrinya.
Penjelasan mengenai perubahan sikap ayahnya yang semula jahat dan sering bertindak kasar. Sekarang berubah jadi sosok yang lebih penyayang dan lemah lembut kepadanya.

"Kak, Bunda juga nggak tau kenapa Ayah berubah baik sama kita. Tapi yang Bunda tau, ada masalah berat yang terjadi dalam hidupnya Ayah saat ini, yang membuat sikap Ayah berubah menjadi baik sama kita."

"Memangnya apa yang terjadi sama Ayah?"

Hasya menghela nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya secara kasar. Berat ternyata membahas hal ini dengan Luna, anak pertamanya yang dituntut menjadi dewasa oleh keadaan.

"Ayah dikhianati sama orang yang Ayah cintai. Dan sekarang, orang itu menjadi orang yang paling Ayah benci. Itu yang Bunda tau dari perkataan Ayah saat itu."

"Siapa, Bunda? Mama Fandra ya??"

"Kakak tau darimana?" heran Hasya, karena jawaban putrinya sangat tepat sasaran.

"Dari Auryn. Terus Auryn juga bilang kalo Kakak Vira itu bukan anaknya Ayah. Apa itu benar, Bunda??"

Hasya mengangguk lemah."Jadi sekarang Kakak udah tau kan, kenapa Ayah berubah baik sama Kakak?"

Luna mengangguk paham."Karena waktu itu Kakak adalah anak satu-satunya Ayah. Makanya Ayah baik sama Kakak. Iya kan, Bunda??"

"Iya, Kak." Hasya membelai kepala Luna, merapihkan anak rambut yang menutupi pelipis putrinya."Tapi Kakak harus ingat, Ayah berubah baik sama kita, ya mungkin itu karena Ayah masih kecewa sama Mama Fandra. Dan, kita juga nggak boleh terlalu berharap kalo Ayah akan selamanya baik sama kita."

"Jadi, baiknya Ayah sama kita tuh karena Ayah sedang dikecewakan orang lain. Ya, Bunda??"

Hasya mengangguk, membenarkan hal itu."Kurang lebihnya seperti itu, Kak."

Wanita itu kemudian memberikan sebuah perumpamaan, supaya putrinya itu dapat lebih mudah memahaminya.

"Bunda kasih contoh seperti ini, ketika Kakak sedang bertengkar sama teman Kakak. Apa yang akan Kakak lakukan?"

"Kalo Kakak yang salah, Kakak akan minta maaf, Bunda." jawab Luna tanpa berpikir panjang.

"Terus kalo dia yang salah sama Kakak, karena merusak barang kesayangannya Kakak. Apa yang akan Kakak lakukan?"

"Kakak akan marah dan kecewa sama dia."

Ya, hal itu sangat manusiawi dan wajar menurut Hasya. Karena bagaimana pun, Luna hanyalah seorang anak kecil biasa pada umumnya. Bukan orang dewasa!

"Terus kalo dia minta maaf sama Kakak, apakah Kakak juga akan tetap menerima kesalahannya??"

Luna menggeleng keras."Mungkin Kakak akan memaafkan kesalahannya saja, tapi tidak dengan membenarkan kesalahan itu."

I'm Envy Dad!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang