Prolog

106 12 1
                                    

"""

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"
"
"

Tahun 2010, pada hari pesta perpisahan kelas 12.

"Run, bisa bicara sebentar?" ajak Naufal dengan segala keberaniannya. Meski sudah gugup setengah mati ditambah teman-teman cowok yang terus bersorak mengejeknya. Namun, Naufal harus menyatakannya kali ini atau tidak akan pernah sama sekali.

Arunika, gadis yang terlihat cantik dengan jilbab putihnya itu mengangguk mengiyakan. Ia ingin cepat-cepat pergi dari keramaian karena malu disoraki.

Setelah berada cukup jauh dari keramaian, Naufal mulai membuka pembicaraan.

"Selamat, ya. Kamu diterima di kedokteran." Naufal berbasa-basi.

"Makasih," jawab Arunika singkat.

Sebagaimana biasanya, Arunika memang selalu menjawab apa adanya saat berbicara dengan Naufal. Gadis itu seolah memasang tembok besar yang sulit diruntuhkan Naufal, hingga membuat Naufal ragu haruskah terus berjuang atau menyerah saja. Gadis itu terlalu dingin padanya, ya, hanya padanya.

Naufal meneguk ludah kasar, mengusap-usap telapak tangan yang basah entah karena apa.

"Aku menyukai kamu, Run," tutur Naufal cepat.

Mata Arunika membulat atas pengakuan itu.

"Kamu mau 'kan tunggu aku sampai aku datang ke rumah kamu buat lamar kamu. Aku pasti datang kalau aku sudah sukses. Pasti," ujar Naufal melanjutkan.

Arunika hanya diam membuat Naufal kian gugup.

Gadis itu akhirnya menjawab dengan gelengan, "aku tidak bisa berjanji," tutur gadis itu membuat Naufal seperti kehilangan semangat hidup, arwahnya seolah pergi meninggalkan tubuhnya.

"Aku tidak bisa berjanji, kita nggak pernah tahu apa yang terjadi di masa depan, mungkin kamu akan menemukan seseorang yang lebih baik yang membuatmu mengingkari janji, begitupun dengan aku. Atau mungkin salah satu dari kita meninggal, nggak ada yang tahu." Arunika memberi jeda sejenak lalu kembali berkata, "tapi aku akan menunggu semampuku."

Mendengar itu membuat arwah tubuh Naufal kembali bersama semangat hidupnya. Mata laki-laki berwajah khas Arab itu berbinar-binar.

"Itu bukan janji dan kita tidak punya ikatan sama sekali. Jadi, jika dalam penantianmu, kamu menemukan seseorang yang lebih baik maka kamu bebas memilihnya. Tanpa beban," ucap gadis  dengan bola mata yang berbinar-binar bak peri itu.

Arunika berbalik hendak pergi, namun langkahnya terhenti, "tak perlu datang sebagai orang sukses tapi datang sebagai laki-laki yang siap." Setelah mengatakan kalimat itu, Runi langsung pergi.

Deg ...

Naufal memegangi dada kirinya, laki-laki itu semakin dibuat jatuh hati dengan kata-kata Arunika.

---

Agam selesai bermain game online lantas membuka galeri ponselnya. Ia menekan salah satu video yang akhir-akhir ini sangat sering ia putar.

Video berdurasi 9 detik itu menunjukkan para tamu undangan sedang makan. Di antara banyak orang, ada salah satu gadis yang juga sedang makan dengan lahap dan tak terlihat menjaga imej meski sedang direkam.

Gadis itulah yang menjadi fokus Agam saat memutar video itu. Karena tingkah gadis itu, Agam selalu dibuat tersenyum.

Sebenarnya, Agam sudah sangat tertarik dengan gadis itu jauh sebelum Agam melihat video singkat itu. Dan melalui video itu, Agam mencoba mengobati rindunya pada gadis yang tak ia ketahui nama dan alamat rumahnya.

Ya, karena mereka hanya pernah bertemu sekali.

---

Catatan penulis :

Bagaimana pendapatmu? Do you feel cringe?
Jangan lupa vote, comment and share.
Thank you!!!
Jangan lupa baca Al-Qur'an!!!

Pra Nikah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang