"
"
"7 tahun kemudian
Naufal dengan brutal menjatuhkan semua benda di mejanya lalu disusul dengan teriakan melengking dari mulutnya.
Kondisinya terlihat mengenaskan. Laki-laki itu menghempaskan tubuhnya ke kursi. Setelah sekian lama, ia kembali menyentuh gulungan tembakau itu.
Kepulan asap berhembus dari mulutnya bersamaan dengan bebannya yang juga menguap, meski untuk sejenak.
Hal yang membuat laki-laki tampan itu begitu marah adalah restoran yang telah menjadi ladang uangnya selama 4 tahun yang ia rintis dari nol terpaksa gulung tikar.
Di lain sisi, ia terus mengingat mimpinya untuk datang melamar Arunika. Mimpi itu kian terasa seperti kemustahilan jika mengingat bahwa wanita yang ingin dilamarnya adalah seorang dokter. Naufal yang hanya berkuliah sampai semester 2 karena di Drop Out dari sekolah dan usahanya yang hancur itu mana mungkin melamar seorang dokter. Naufal sudah merasa minder lebih dulu.
"Sepertinya aku tidak bisa datang, Run," batinnya dengan kelopak mata menyendu.
---
Naufal berjalan-jalan ke tempat dia dan teman-temannya dulu sering berkumpul. Naufal selalu menghabiskan waktunya di sana jika ia sedang tak punya pekerjaan ataupun sedang sedih.
"Wee, kenapa bro? Kusut banget, kayak orang lagi bangkrut." Adit yang tadi sedang melamun sambil merokok menyapa Naufal dengan cara unik.
"Anjir ..." umpat Naufal.
"Wih, gue pikir lo udah lupa cara mengumpat," balas Adit masih bercanda.
Naufal hanya menatap sinis sementara Adit puas dengan respon itu.
"Duduk sini!" ajak Adit.
Naufal akhirnya bergabung dan duduk disamping Adit.
"Mau?" Adit menawarkan sebatang rokok pada Naufal. Laki-laki berusia 24 tahun itu tanpa ragu mengambilnya dan menempelkan di bibirnya.
"Kalau bangkrut berarti udah nggak bisa traktir kita lagi dong?" ucapan itu membuat Adit mendapat tabokan dari Ibnu dan lirikan sinis dari Naufal.
"Canda, gue ini bukan teman matre, 'kok," cengir laki-laki berkulit gelap itu.
Adit mendekat dan merangkul Naufal lalu berbisik, "terus gimana sama rencana ngelamar Runi?"
Naufal menggeleng, "kayaknya nggak bisa, gue harus ikhlasin dia. Secepatnya, gue bakalan kasih tahu dia supaya nggak nunggu lagi."
"Kenapa? Lo harus tetap ngelamar dia? Siapa tahu dia tetap terima lo. Apalagi kata Lo, dia pernah bilang nggak perlu sukses yang penting siap."
"Gue tahu, dia mungkin aja nerima gue meski gue hancur kayak gini. Tapi gue minder, gue malu ketemu dia yang udah jadi dokter muda sementara gue kacau kayak gini."
Adit melepaskan rangkulannya, "yaudah, masih banyak kok cewek yang lain. Gue bantu cari."
Naufal menatap sahabat karibnya itu, "Lo aja belum punya, ngapain cariin buat gue."
"Gimana lagi, cewek-cewek sekarang pada pandang fisik dan gue nggak bisa menang kalau penilaiannya fisik, gue kurang banget disitu," keluh laki-laki itu.
Naufal tersenyum, "sebenarnya selain fisik Lo juga kurang di akhlak, kurang duit, nggak ada kerjaan, kur-"
"Udah nggak usah diterusin!!!"
-----
Bagaimana pendapatmu?
Jangan lupa vote, comment and share!
Thank you.Hari ini sudah baca Al-Qur'an?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pra Nikah (END)
Fiksi RemajaPerihal jodoh tak ada yang tahu, dengan siapa dan bagaimana kita bertemu semuanya penuh misteri. Terkadang yang memberi janji mengingkari dan terkadang pula yang tidak disangka-sangka, datang membawa kabar gembira. Dan kunci penting misteri jodoh it...