Setelah berpikir cukup lama, memantapkan hati dan mengumpulkan seluruh tekad, Agam akhirnya memutuskan untuk memberitahu Arif bahwa ia ingin berta'aruf dengan Arunika.
Ya, ta'aruf. Karena saat Arif dan Arunika saling berkomunikasi lewat chat, Arunika sempat menyinggung bahwa ia hanya ingin melakukan ta'aruf tanpa pacaran.
Sejak tahu itu, sambil memantapkan hatinya, Agam juga banyak belajar tentang apa itu ta'aruf.
"Ini serius?" tanya Arif memutuskan.
Setelah diam sejenak, Agam akhirnya mengangguk mantap.
"Kalau gitu, gue bicara dulu sama Runi."
Arif meraih ponselnya, awalnya menghubungi lewat Instagram kemudian beralih menjadi telponan.
"Assalamualaikum, Runi," sapa Arif yang membuat Agam menjadi gugup.
Suara milik Runi terdengar, "wa'alaikumussalam, kak."
"Hmm, mungkin langsung ke intinya saja, ya. Akhir-akhir ini, Lo pasti bingung banget, kenapa tiba-tiba gue sering hubungin Lo." Arunika diam mendengarkan di seberang telpon.
"Sebenarnya, salah satu sepupu gue, namanya Agam berniat untuk ta'aruf dengan Lo, Run."
Setelah jeda cukup lama, Runi akhirnya bersuara, "siapa, kak?"
"Namanya Agam, kita bersepupu. Anaknya ibu Raya dan Pak Harto. Nyokap Lo kenal mereka."
Kembali hening cukup lama membuat Arif gregetan dan Agam yang semakin berdebar khawatir.
"Kasi aku waktu, kak! Aku juga harus cerita ke ibu."
"Iya, pasti, Run. Tolong kabarin, Run kalau udah diputusin."
"Iya, kak."
"Baik, Run. Assalamualaikum.
"Waalaikumussalam."
Sambungan telepon terputus. Arif langsung menatap wajah Agam yang sudah pucat.
"Lo harus nunggu dulu! Santai, nggak usah tegang! Kalau ditolak masih banyak cewek yang lain."
---
Runi masih terdiam di tempatnya setelah telpon dengan Arif berakhir.
"Ta'aruf?" batinnya. "Sudah setahun berlalu, apa sekarang ia telah benar-benar ikhlas dan siap menerima laki-laki lain?"
Arunika bingung sendiri, ia tentunya tak akan bisa memutuskan sendiri. Gadis berkulit kuning Langsat itu lantas bergegas menghampiri ibunya yang sedang menjahit.
Gadis bermata berkilauan bak peri itu duduk di samping ibunya dan memantapkan hati sebelum akhirnya mulai bercerita.
"Ada apa?" tanya Salma pada putri semata wayangnya itu.
"Runi mau cerita sekaligus minta pendapat ibu." Runi menjeda kalimatnya sementara Salma meletakkan kain yang sedang di jahitnya agar bisa fokus pada cerita putrinya.
"Ada seseorang yang ingin mengajak Runi ta'aruf. Kak Arif yang memperkenalkan. Namanya Agam, ibunya bernama Rahma dan ayahnya bernama Harto. Apa ibu mengenal mereka?" tanya Arunika.
"Arif yang ngenalin?" Runi mengangguk.
"Rahma dan Harto?" Salma terlihat berpikir keras.
"Ibu kenal?"
Mata yang sangat mirip dengan milik Runi itu nampak berbinar, "iya, ibu kenal mereka. Mereka iparnya kakak ibu."
Runi mengangguk-angguk, "bagaimana menurut ibu tentang ta'aruf-nya?"
Salma meraih tangan putrinya, mengusapnya beberapa kali, "semua keputusan ada di tangan kamu, ibu percaya kamu sudah bisa mengambil keputusan sendiri. Tapi saran ibu, kalian ta'aruf saja dulu, saling mengenal satu sama lain. Nanti belakangan baru tentukan, kamu mau lanjut atau berhenti."
Runi diam sejenak, memikirkan saran ibunya.
"Baiklah, Bu. Runi akan mencoba ta'aruf."
Setelah menyetujui untuk melakukan ta'aruf dengan Agam. Runi dan Agam mulai bertukar data diri melalui perantara Arif. Melalui data diri tertulis itu, keduanya akan lebih mengenal satu sama lain tanpa perlu bertemu secara langsung.
---
Naufal dan Arunika
Catatan penulisBagaimana menurutmu part ini?
For your information, Visualisasi Arunika adalah Cut Syifa.Terima kasih telah berkunjung.
Jangan lupa mengaji
KAMU SEDANG MEMBACA
Pra Nikah (END)
Teen FictionPerihal jodoh tak ada yang tahu, dengan siapa dan bagaimana kita bertemu semuanya penuh misteri. Terkadang yang memberi janji mengingkari dan terkadang pula yang tidak disangka-sangka, datang membawa kabar gembira. Dan kunci penting misteri jodoh it...