Part. 8. Tentang Agam

30 9 0
                                    

Runi akhirnya mulai membaca data diri Agam setelah cukup lama terdiam hanya menatap hampa layar komputernya.

"Nama Agam Anggara," tutur gadis itu. Ia kembali terdiam, seolah menyadari sesuatu.

"Agam? Ah, laki-laki itu." Runi akhirnya menyadari jika laki-laki yang diperkenalkan Arif padanya adalah laki-laki yang ia temui sekitar 7 tahun yang lalu pada acara keluarga di Bandung.

Meski sudah cukup lama, namun Runi masih ingat beberapa peristiwa yang berkaitan dengan Agam yang cukup konyol.

Salah satunya, wajah merah menahan malu Agam yang masih teringat jelas dalam memori Arunika. Runi tanpa sadar menjadi tersenyum tipis memikirkannya, memikirkan bagaimana laki-laki itu masuk ke dalam kamar dimana Runi sedang beristirahat di sana. Dia hanya bertelanjang dada dengan handuk pendek selutut. Mata keduanya sempat bertatapan, saling beradu beberapa saat, hingga akhirnya laki-laki itu salah tingkah dan langsung keluar kamar.

"Goblok! Bukan kamar yang itu." Seseorang terdengar mengumpatinya.

Atau peristiwa yang membuat Runi menyadari kalau Agam adalah laki-laki polos. Polos, bodoh dan konyol beda tipis dalam hal ini. Ia diminta untuk memblender semangka untuk dibuat jus. Cukup lama berkutat dengan blender namun blender tersebut tak kunjung bekerja. Runi yang melihat itu menahan tawa sambil membantu mencolokkan kabel ke stopkontak.

Arif yang sempat melihat itu mendekati Agam lalu menoyor kepala Agam. Runi harus cepat-cepat pergi sebelum tawanya pecah.

Dan momen terakhir yang diingat Runi adalah saat malam hari sebelum akad. Malam itu bisa diberi judul, Arif me-roasting Agam semalaman. Dari momen itu juga, Runi banyak tahu tentang Agam karena Arif membahas semuanya. Mulai dari namanya, tentang Agam yang kesulitan menyebut huruf r, Agam yang bodoh dalam banyak hal namun sangat pandai menggambar hingga tentang Agam yang pertama kali menonton film dewasa bersama Arif.

Arunika banyak tertawa malam itu. Perpaduan antara si tengil Arif dengan si polos Agam adalah sebuah komedi yang sukses menghasilkan gelak tawa.

Arunika berhenti mengenang momen di masa lalu, ia kembali fokus pada layar komputernya membaca huruf demi huruf hingga akhirnya ia selesai membaca biodata tentang Agam.

Arunika tentunya tidak akan berhenti sampai disitu untuk mencari tahu tentang Agam. Ia harus tahu bagaimana sifat Agam karena pernikahan bukan hal yang sederhana. Maka ia memutuskan untuk menghubungi sepupunya yang kemungkinan besar mengetahui banyak hal tentang Agam.

---

Agam duduk di depan komputernya, membaca huruf demi huruf biodata Arunika. Lelaki itu terlihat sumringah, sangat senang meski baru ta'aruf.

Arif duduk tak jauh dari Agam, memperhatikan raut wajah sepupunya sambil bersedekap. Ikut merasa senang juga terharu. Sepupunya itu menjalani hidup yang cukup berat, dalam 24 tahun hidupnya, ia telah kehilangan banyak cinta. Ibu yang meninggal, Ayah yang memilih menikah lagi dan pergi bersama istri barunya, kemudian nenek yang merawatnya juga berpulang ke Rahmatullah. Hingga akhirnya, ia memilih kuliah di luar kota, tinggal sendiri di kota orang dan kembali menjadi orang sukses.

Arif tak tahu bagaimana rasanya, Arif juga tak bisa memahaminya karena laki-laki itu tak pernah mengeluh dan menangis.

"Semoga dia mendapatkan banyak cinta dari Aruni," batin Arif.

---

Catatan penulis:

Bagaimana pendapatmu?
Kalau ada yang salah mengenai ta'aruf dalam tulisan ini tolong di komentari ya!

Untuk visualisasi Agam itu Rio Haryanto.

Terima kasih telah berkunjung

Pra Nikah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang