Aruni dan Agam akhirnya sama-sama setuju untuk bertemu. Dalam Islam, pertemuan antara dua calon disebut nadzor. Di sini, masing-masing calon bisa menanyakan beberapa pertanyaan dan saling memberi hadiah namun harus masih dalam pendampingan juga menjauhi hal-hal yang berakhir zina.
Bertambahlah kebahagiaan Agam, senyum manis itu tak luput dari wajah orientalnya. Arif yang ikut bahagia, memutuskan memberikan hadiah berupa baju kokoh kepada Agam. Apalagi, Agam bukan tipe orang yang akan membelanjakan uangnya, iya, dia memilih menyimpannya. Dia akan membeli baju hanya jika disuruh dan untuk makan dia lebih memilih mengunjungi rumah tantenya. Terlihat pelit namun hanya untuk dirinya sendiri sedangkan untuk orang lain ia sangat dermawan.
"Buat gue?" tanya Agam.
"Hmm ... Pakai! Supaya tambah ganteng."
Agam akhirnya langsung mengganti bajunya.
Arif menghela nafas berat sekaligus memijat pelipisnya saat melihat bagaimana Agam mengancingkan bajunya.
Seperti biasa, Agam mendapatkan toyoran dari Arif. Arif lantas langsung memperbaiki kancing baju Agam yang membuat bajunya terlihat panjang sebelah.
"Lo benar-benar butuh pendamping hidup," omel Arif.
Setelah selesai seluruh persiapannya, Arif dan Agam akhirnya berangkat dari Bandung menuju ke Bogor.
---
Arif dan Agam tiba di rumah Arunika, mereka di sana disambut hangat oleh keluarga Arunika.
Baik Agam maupun Arunika sama-sama saling menundukkan pandangan, malu juga gugup. Sebenarnya, sebelum datang ke rumah Aruni, Arif benar-benar mempelajari banyak hal salah satunya adab saat bertemu dengan calon.
Arif bahkan sampai bertanya, "Lo sungguh-sungguh banget, sampai mempelajari banyak ilmu agama."
Agam tak banyak bicara, hanya tersenyum menyadari sesuatu, mungkin yang membuatnya semakin yakin untuk meminang Aruni adalah karena niatnya itu, tanpa sadar ia menjadi lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT., juga semakin memperdalam ilmu agamanya.
Setelah pembicaraan singkat ibu dan ayah Aruni, keduanya akhirnya diberi kesempatan, baik untuk bertanya maupun hal lainnya.
Agam memulainya dengan memberikan Aruni hadiah spesial yang ia beli di Bandung, yakni satu akuarium kecil berisi dua ikan koi.
Aruni menerimanya dan tersenyum tipis dengan mata berbinar. Agam menangkap momen itu dan membuatnya merasakan desiran hangat di seluruh tubuh dan jantung yang berpacu begitu cepat.
"Run! Gam! Kalau ada mau ditanyain, ini waktunya," kata Arif greget sendiri dengan dua sepupunya itu.
Arunika memperbaiki posisinya, meremas ujung jilbabnya dan memberanikan diri bertanya, "kenapa memilih aku?"
"Karena perasaan di masa lalu, 7 tahun lalu, saat pertama kali kita ketemu, kamu sangat cantik dan baik seperti peri," aku Agam membuatnya mendapat senggolan dari Arif. Arif hanya merasa, alasan memilih menikah hanya karena cantik adalah alasan terlalu kekanak-kanakan. Seperti Arif, Runi juga berpikir demikian.
"Bagaimana jika semua itu diambil Allah SWT.? Apa kamu akan berpaling?" tanya Runi meremas ujung kerudungnya kian erat. Dipuji cantik oleh laki-laki yang bukan mahram adalah luka bagi Aruni, itu berarti ia gagal menjaga dirinya.
"Kamu tahu, bukan cantik yang menjadikan cinta tapi cinta lah yang membuatmu cantik. Kamu cantik karena aku mencintaimu. Dulu aku menganggap kamu seperti peri karena kamu baik dan pembawaannya sangat tenang. Kamu tahu, bagaimana bisa 7 tahun berlalu tanpa pernah bertemu dan aku diam-diam masih terus menaruh rasa? Itu semua karena aku mencintai sosok peri pada dirimu. Sosok peri itu lekat pada ingatanku."
Arunika diam-diam menjadi takjub mendengar jawaban Agam. Gadis itu tersenyum tipis sekali lagi, ia merasa lebih santai, tangannya tak lagi meremas ujung kerudungnya.
"Aku punya satu pertanyaan lagi, apa tujuan pernikahan yang kamu inginkan?"
"Aku? Aku ingin memiliki keluarga yang bahagia, aku ingin punya rumah tempat aku pulang, bersandar dan rumah yang selalu ku rindukan. Aku juga berharap dengan pernikahan mengubahku untuk semakin dekat pada Allah SWT.."
Aruni mengangguk-angguk merasa puas sekali lagi dengan jawaban Agam.
Agam berdehem, "boleh aku meminta sesuatu?" tanya Agam yang dibalas anggukan oleh Runi.
"Aku menunggu keputusanmu, tapi tolong katakan setuju jika itu memang jawaban yang tidak akan membuatmu menyesalinya, beri aku jawaban yang benar-benar kamu inginkan! Jangan pernah menerima aku karena terpaksa atau kasihan karena kamu maupun aku akan sama-sama terluka karena itu."
"Hmm ... tentu. Aku juga akan menanti keputusan mas. Tapi apa mas tidak memiliki sesuatu untuk ditanyakan?"
Agam menggeleng malu-malu.
Pertemuan itu selesai. Agam dan Arif kembali ke Bandung
---
Do you feel cringe?
Part ini cukup lebay hahah
Berikan pendapat kalian!!!Bentar lagi end. Terima kasih yang sudah berkunjung
KAMU SEDANG MEMBACA
Pra Nikah (END)
Teen FictionPerihal jodoh tak ada yang tahu, dengan siapa dan bagaimana kita bertemu semuanya penuh misteri. Terkadang yang memberi janji mengingkari dan terkadang pula yang tidak disangka-sangka, datang membawa kabar gembira. Dan kunci penting misteri jodoh it...