Part. 3. Hasil penantian

46 9 0
                                    

"""

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"
"
"

Arunika beraktifitas seperti biasa seolah tak ada hal yang terjadi semalam. Ia bukan lagi anak kecil yang jatuh dan terluka untuk pertama kalinya, ia jelas sudah dewasa umur dan pemikiran. Dengan demikian, meski ini terasa berat baginya ia mencoba ikhlas dan memaknai jawaban yang Allah berikan atas doa-doanya selama ini.

Selama ini Aruni meminta agar buah dari penantiannya adalah sesuatu yang terbaik dan inilah jawaban Allah SWT. Ini adalah yang terbaik dan jika ia ikhlas dan bersabar pasti semua luka itu perlahan sembuh.

Ia mencoba ikhlas meski sebenarnya membersihkan ingatan dari ribuan harapan yang selama ini telah ia bangun adalah hal yang sulit. Ia akan mencoba.

Arunika bergegas ke dapur untuk membuat sarapan, lalu memakannya dan kemudian menuju rumah sakit.

Dengan cara menyibukkan diri, ia akan melupakan semua sakitnya.

---

"Gimana balasannya?" tanya Adit kepo.

Naufal memandang ke depan lalu menghembuskan nafas berat, "selamat katanya."

"Anjir, kayaknya dia pura-pura tegar," pekik Adit yang langsung mendapat tabokan dari Naufal.

Adit ini memang tipe teman tabok-able.

"Terus sekarang Lo mau gimana? Cari calon istri? Mau jadi petani milenial kayak gue?"

"Sadar nggak Lo, kalau Lo buat gue tambah pusing?"

Adit menjadi kicep, padahal ia hanya ingin membantu.

Naufal menghembuskan nafas berat untuk kesekian kalinya, Ia lalu menjatuhkan punggungnya di atas bangku, matanya memandang langit-langit rumah dengan pikiran kacau. Ia harus segera bangkit, tak boleh membiarkan dirinya larut dalam kehancuran.

Meski peluangnya hanya sedikit, laki-laki itu masih menyimpan harapan untuk bisa ditakdirkan dengan Arunika. Mungkin terdengar tak tahu diri, masih berharap meski sudah menyakiti. Namun, apa boleh buat, Naufal sendiri kebingungan. Ia tak ingin Arunika menunggunya terlalu lama dan tanpa kepastian karena Naufal tak akan pernah bisa datang memenuhi janjinya dengan kondisi kacau seperti sekarang ini. Di lain sisi, ia juga sangat ingin memenuhi janjinya itu.

"Jadi YouTubers aja!!!" suara bariton Adit kembali terdengar heboh.

Naufal menoleh dan mendelik.

"Kenapa? Penghasilan YouTubers nggak main-main loh. Bisa diundang ke tv habis itu bisa ketemu Raisa." Adit yang juga sedang berbaring itu cengar-cengir mengkhayalkan perkataannya.

"Kalau kasih saran yang masuk akal!!! Mau upload video apa? Video prank hamil?"

Adit tertawa mendengarnya, "tuh tau. kayak gitu aja!!! Video yang penuh sensasi, orang-orang suka yang kayak gitu."

"Enggak ... Enggak, gue ini mau punya citra yang baik, supaya nggak gengsi lamar Runi."

Adit terduduk dan memelototi Naufal, "Wah ... Lo ternyata masih berharap sama Runi? Gila sih. Terus buat apa kemarin Lo nge-chat dia kayak gitu?"

Masih sambil tidur, Naufal menyilangkan kedua lengannya di perut, ia lalu menutup matanya, "Lo nggak akan ngerti."

Adit mencibirkan bibirnya lalu kembali merebahkan tubuhnya di samping Naufal.

"Buka restoran baru aja! Buat menu baru, inovasi baru kayak makan di sini gratis layanan bengkel motor atau makan disini gratis tanda tangan dan bisa foto bareng gue."

Naufal tiba-tiba membuka matanya lalu menoleh menatap Adit dengan tatapan berbinar-binar.

---

Catatan Penulis:

What do you think about this part?
Jangan lupa comment, vote and share.

Tetap baca Al-Qur'an, ya!!!

Pra Nikah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang