Chapter 16

1.4K 162 5
                                        

"Samperin nggak ya?"

Taehyung kembali duduk di pinggir ranjangnya. Wajahnya menyiratkan kecemasan. Pemuda itu terus berpikir keras sembari menggigiti kuku jarinya.

"Datengin jangan?" Tanyanya entah pada siapa.

Taehyung menepuk pahanya keras, "datengin lah bego. Cemen banget sih lo. HADUH TAEHYUNG LO YANG BERANI DONG."

Kakinya melangkah mendekati pintu balkon. "Tapi kan tadi di sekolah gue ngindarin dia terus. Kalau dia nanya gue jawab apa?"

Taehyung menggeleng, "jawab apa ajalah ntar." Kemudian tangannya mengepal di udara, memberi semangat pada dirinya sendiri. "Ayo yang penting samperin dulu."

Sekali lagi Taehyung memantapkan dirinya. Kakinya kembali melangkah. Ekspresinya terlihat sungguh-sungguh kali ini.

Tangannya memutar kenop pintu.  "SETAN ANJING."

"HUA! SETAN PERGI LO!" Sahut seseorang yang langsung melompat dan memeluk Taehyung erat.

"Elo setannya bego!"

Jimin merengut. "Gue Jimin! Setan pale lo."

"Ya lo ngapain berdiri di depan pintu? Kaget lah, gue kira setan."

Jimin menggaruk rambutnya, meringis sebab terkena omelan oleh Taehyung. "Gue kira tadi ada orang. Soalnya ada suara lo lagi ngomong. Mau gue tunggu bentar,  baru masuk."

Mata Jimin memindai sekeliling kamar Taehyung. "Tadi siapa? Cepet banget ilangnya?"

Taehyung tersentak, bibirnya mengukir senyuman canggung. "Enggak siapa siapa."

"Lo ngomong sama setan?"

"Nggak lah, gila."

"Terus? Pacar ya?" Jimin menatap Taehyung jahil. "Lo umpetin dimana cewek lo?"

Jimin berjalan melewati Taehyung. Bermaksud mencari seseorang yang ia curigai sedang disembunyikan oleh Taehyung di kamarnya.

Sedetik kemudian tubuh Jimin tertarik kebelakang, langsung menubruk tubuh Taehyung dan berakhir di dekap pemuda itu erat.

"Ya kali. Masa iya gue nyelingkuhin lo?"

Jimin memberikan ekspresi tidak terimanya kepada Taehyung. "Dih."

Sedangkan Taehyung hanya terkekeh. Kemudian dia berhenti tertawa saat menyadari pakaian Jimin terlalu kasual jika hanya untuk di rumah. "Lo mau pergi?"

"Iya."

Muka Taehyung berubah keruh. Jimin yang menyadarinya langsung menepuk bahu Taehyung. "Kalo lo mau."

"Hah?" Tanya Taehyung tidak paham.

"Keluar sama gue."

Taehyung kembali tersenyum cerah. "Ya mau lah, tunggu. Ganti baju."

Tangannya mengusak rambut Jimin, membuat empunya mendecak sebal.

"Lama gue tinggal."

***

Hampir semua pasang mata mencuri pandang ke arah Taehyung dan Jimin. Mereka berdua terlalu mencolok dengan Taehyung yang berambut biru dan rambut Jimin berwarna pink.

Hal ini dikarenakan sebelum berangkat tadi Jimin usul agar mereka menggunakan hair color spray terlebih dahulu. Dan Taehyung sangat pasrah saat Jimin mulai menyemprotkan pewarna tersebut ke rambut Taehyung.

"Nggak papa tet. Ini kena shampo juga langsung ilang." Begitu katanya tadi.

Sekarang mereka telah sampai di mall dan sudah berkeliling juga. Hang out mereka malam ini berakhir dengan Taehyung yang berjalan sambil membawa beberapa paper bag, dan Jimin yang berjalan riang di sampingnya sambil menggigit potongan terakhir pizza di tangannya.

Taehyung yang melihat itu hanya tersenyum kecil. "Lo mau jajan apalagi?"

Jimin menaruh telunjuknya di bibir. Mengetuk ngetuk beberapa kali di sana, dan membuat Taehyung yang melihatnya mengumpat dalam hati.

"Ji lo minta dicium ya?"

"Hah?"

Taehyung mengalihkan arah pandangnya. "Nggak."

"Gue timpuk lo sampe berani grepe grepe bibir gue."

Penuturan Jimin tersebut membuat Taehyung terkekeh. "Masa lo gamau?" Matanya mengerling menatap Jimin jahil. "Bibir gue rasanya gimana? Mantep nggak?"

Jimin melotot. Tangannya mendorong muka Taehyung saat pemuda itu dengan tak tau dirinya mendekatkan wajahnya sambil berekspresi nakal.

"Lo bau jigong!"

Jimin menghentak-hentakan langkahnya. Bibirnya tetap menggerutu walau pipinya sekarang sedikit merona.

"Ji, tunggu dong. Masa sumber uangnya ditinggal? Nggak gue jajanin nih ya."

Otomatis, langkah Jimin berhenti. Sial, Taehyung sudah hapal titik lemahnya.

"Ji jangan cemberut gitu elah. Bibir lo kayak bebek tau."

Mata Jimin memicing, "Lo manggil gue apa?"

"Bebek?"

"Bukan."

"Sayang?"

"Bukan bego. Kapan lo manggil sayang? Yang tadi itu loh."

"Apaan? Ji?"

Jimin mengangguk, "lo manggil gue Ji?"

"Kenapa? Nggak suka?"

"Bukannya nggak suka. Gue kira lo salah sebut nama."

Taehyung terkekeh, "nggak lah. Masa sama lo gue bisa sampe salah nama. Udah gila kali gue."

"Gimana, gimana? Manis kan gue panggil lo 'Ji'?" Tanya Taehyung.

Jimin berpikir sejenak, "lo kalau mau kasih panggilan baru ke gue kudu bayar pajak dulu."

"Lah pake pajak?"

Jimin mengangguk.

"Haduhhh, bisa kere gue, lo porotin terus." Ucap Taehyung.

Jimin yang mendengar hal tersebut langsung tertawa. Dia tidak mengelak sebab benar adanya jika dia sering dibelikan macam macam makanan hingga barang oleh Taehyung.

Kalau barang, beneran sumpah Jimin nggak pernah minta. Kalau kasusnya makanan, ya beda lagi hehe ^___^

"Ya udah, lo mau apa?"

Jimin kembali tersenyum manis. Kemudian tanpa kata dia langsung merangkul lengan kanan Taehyung dan menyeretnya menuju Starbucks.

Mantep Ji, kuras semua uang Taehyung. Semangat!

***

Published at 31 - 5 - 2021

Jangan lupa vote dan comment

See you next week :)

Kapan Official?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang