8

63 18 2
                                    

Ucapan dari Jo membuat semua orang menoleh kepadanya.

"Maaf?" Tanya Edward meminta penjelasan. Dia tahu betul nada apa yang sedang digunakan oleh manusia yang satu itu.

"Apa? Gue cuma bilang kalo lo gak lemah karena bisa rusakin pintu gue, ada yang salah?"

Jo tahu, makhluk di hadapannya ini pasti tersinggung dengan omongannya. Tapi bagaimanapun juga, Jo lebih dirugikan disini.

Sebelum kembali ke apartemen tadi, Jo menyempatkan diri untuk bertanya ke pihak manajemen terkait reparasi pintu. Kemudian segera mengubur opsi itu dalam-dalam saat mengetahui dana yang dibutuhkan. Jo berakhir dengan meminjam alat perkakas milik pihak apartemen untuk memperbaiki pintunya sendiri meskipun dia tidak terlalu ahli dalam hal ini.

Jo juga tahu makhluk di depannya ini pasti sebentar lagi akan meledak. Tapi sebagai satu-satunya manusia disini, sebagai pemilik kamar apartemen ini, dan sebagai satu-satunya penghuni yang tidak bisa menghunuskan pedang dengan seenaknya, dia harus segera membuat keberadaannya terlihat jelas.

Dia tidak boleh menjadi seorang manusia miskin yang cuma dimanfaatkan oleh manusia telinga bulu-bulu di hadapannya ini. Dia harus memperjelas posisinya.

Edward baru mau membuka suara untuk menanggapi kalimat sarkas dari manusia yang bernama Jo ini. Dia tahu betul bagaimana Jo menekankan kata rusak di setiap kalimatnya.

Dia paham, dia salah kali ini. Dia merusak pintu dari tempat yang dijadikan sebagai persembunyian oleh putri mahkotanya. Tapi, dalam keadaan dimana dia sedang terjepit situasi darurat setelah berhasil meloloskan diri dari kejaran orc, serta tanggung jawabnya membawa dua orang temannya yang terluka dan kekurangan darah dengan selamat ke tempat ini, seharusnya dia bisa mendapat pemakluman.

Jangan lupa bagaimana dia harus membawa dua orang super besar dengan tubuh kurusnya dari hutan perbatasan dan sampai ke tempat ini. Itu menguras banyak tenaganya.

"Permisi, tuan manusia disana. Yang kulakukan memang salah, tapi bukan berarti kau bisa menekanku dengan semua kalimatmu itu," sahut Edward. Berusaha untuk tidak meninggikan suaranya. Tenang, Edward, jangan terbawa suasana.

"Dan juga, meski putri melindungimu, bukan berarti kau bisa berlaku seenaknya."

Mendengar kalimat balasan penuh penekanan dari Edward membuat Jo juga ikut terlarut dalam suasana yang mulai panas itu.

"Seenaknya? Siapa yang seenaknya disini? Gue? Apa lo semua yang numpang disini dan berlaku kayak lo yang punya tempat?"

"Kalo lo gak tau berapa banyak yang harus gue lakuin buat hidupin lo semua, gak usah ngomong!"

Bahkan sekarang keadaannya lebih parah, suasananya jadi benar-benar kacau. Sebelum Edward kehilangan kendali dan mengangkat pedangnya, harus ada seseorang yang bertindak.

Semua orang disini tentu tidak mau ada pertumpahan darah lagi, meskipun keadaan sekarang tidak bisa dianggap sebagai perang.

Dania segera memberi kode ke Ron dan Hyena untuk membantu menenangkan dua orang yang masih saling menatap tajam itu.

"Kalian berdua hentikan."

Dania berkata dengan Ron yang sudah menghadap ke Jo, dan Hyena yang sudah siap di depan Edward. Sementara Will dan Seth membantu menarik Edward dari belakang. Karena rubah itu bisa menggila saat emosinya meledak. Nantinya, kemungkinan bukan hanya pintu saja yang jadi korban. Jadi mereka harus buru-buru menenangkan kedua pihak.

"Tidak boleh ada pertengkaran di tempat ini. Paham?" Dania kembali menambahkan dengan menatap tajam ke arah keduanya.

Jo cuma menghela napas, kemudian berdiri dari situ.

[1] AvantheimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang