23

93 11 13
                                    

"Pertama, terimakasih atas semua bantuanmu selama ini, Jonathan."

Pergerakan tangan Jo berhenti. Kemudian dia menatap Dania dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan.

"Lo semua lagi kenapa?" Tanyanya. Padahal daritadi dia sudah berusaha menekan rasa penasarannya dan beranggapan kalau mereka sedang bersikap seperti biasanya. Tapi, untuk sekarang sudah tidak bisa lagi.

Mereka terlalu aneh pagi ini.

Dania memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Jo dan kembali melanjutkan omongannya. Lagipula, kalimatnya yang setelah ini sudah pasti cukup untuk menjawab pertanyaan dari Jo.

"Kedua, kami akan kembali setelah sarapan pagi ini."

Bagus, sekarang bukan hanya tangannya, tapi tubuhnya serasa membeku setelah mendengar kalimat tadi.

"Lo semua ngapain...?"

"Kami akan kembali Jo, ke Avantheim. Ingat? Perangnya sudah selesai, sudah tidak ada alasan lagi bagi kami untuk terus bersembunyi disini."

Jo terdiam.

Ah, benar juga ya?

Padahal kemarin, Jo ikut menangisi tentang kabar perang yang sudah usai itu. Tapi, dia sendiri malah lupa dengan kenyataan yang satu ini. Tentu saja mereka harus kembali.

Bahkan, kadang saking miripnya, Jo sampai melupakan fakta kalau mereka bukan manusia.

Dia lupa kalau mereka adalah makhluk dari dunia lain yang datang kesini untuk sebuah misi persembunyian yang sewaktu-waktu pasti akan selesai. Mereka tidak menetap disini selamanya, Jonathan.

Mereka sudah pasti akan kembali, karena dari awal tempat mereka memang bukan disini kan?

Jo tahu tentang itu. Dia sangat tahu kalau suatu saat hari perpisahan pasti akan datang. Tapi, dia tidak menyangka kalau hari itu akan datang secepat ini.

Kalau begini, apa salah bagi Jo untuk berharap kalau hari seperti ini lebih baik menghilang saja?

Apa salah kalau Jo mengharapkan mereka tidak akan kembali kesana?

Bodoh, padahal selama ini dia selalu menanamkan pikiran kalau dia akan baik-baik saja semisal kenyataan ini terjadi. Tapi, setelah hari ini benar-benar datang, Jo sama sekali tidak bisa menerapkan pikiran yang sudah dia tanam dari jauh-jauh hari.

Dasar, makhluk bertelinga itu, mereka benar-benar sukses mengambil tempat di hatinya dan menetap disana bahkan tanpa seizin Jo rupanya.

"Jo?"

"Jonathan?"

"Hei, jangan diam saja begitu."

Sesaat setelahnya, Jo kembali tersadar, sekaligus menyadari kalau sekarang semua orang sedang mengelilinginya dengan tatapan khawatir.

"Ah iya, sori, sori," jawabnya cepat. Sepertinya, dia terlalu banyak melantur dalam benaknya sendiri tadi.

"Kau baik-baik saja kan?"

Jo mengangguk perlahan. Kemudian setelahnya, dengan berhati-hati Jo kembali bersuara. "Apa lo semua bener-bener harus balik selesai sarapan?"

Sebelum salah satu dari mereka sempat untuk menjawabnya, Jo sudah terburu melanjutkan sederet rasa penasarannya lagi. "Apa nggak bisa gitu kalian disini sedikit lebih lama lagi?"

"Apa kalian bener-bener harus pulang kesana?"

Kini, giliran mereka yang terdiam.

"Hei? Nggak bisa gitu lo semua tetep disini aja?" Sambung Jo lagi saat tidak ada yang menjawabnya.

[1] AvantheimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang