Benar saja, Will dan Seth kembali di pagi hari tepat pada jam sarapan tiba.
Tentu dengan keadaan selamat karena Jo lihat-lihat mantelnya bahkan tidak kotor sama sekali.
"Selamat datang. Langsung duduk untuk sarapan!" Teriak Ron dari arah dapur. Will dan juga Seth menurut kemudian ikut mendudukan diri di kursi yang tersisa.
"Jadi bagaimana?" Tanya Edward tidak sabar.
"Edward, tunggu sebentar, mereka baru sampai, biarkan mereka menarik napas dulu." Dania ikut menyela setelah selesai mempersiapkan sarapannya.
Will tersenyum meledek kemudian memberi kode kepada Edward untuk mendengarkan kata-kata Dania. Sementara Seth cuma duduk diam menunggu sarapannya diantarkan ke depan mukanya oleh Ron.
Setelah semuanya duduk rapi, dan sarapan mereka sudah matang, mereka mengucapkan selamat makan bersamaan kemudian membiarkan uap panas menerpa muka mereka.
"Jadi? Apa yang terjadi?"
"Sebenarnya tidak ada yang terjadi."
"Maksud lo? Perangnya cuma boongan?" Tanya Jo bingung mendengar jawaban Seth.
"Bukan begitu, perangnya memang ada, tapi semuanya masih stabil, Avantheim masih memegang kendali."
"Bahkan kulihat-lihat cuma sebagian prajurit yang turun perang. Aku tidak melihat satu pun ksatria inti."
Ksatria Inti. Wadah untuk para ksatria yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Will dan Seth termasuk ke dalamnya dan menjadi anggota termuda disana. Karena, yang bisa memasuki ksatria inti ini cuma orang-orang yang sudah memenuhi kualifikasi dan disetujui oleh raja, maka tentu saja tugasnya juga semakin sulit.
Memang benar, kemarin mata Will menangkap tidak ada satu pun ksatria inti yang ikut berperang. Semuanya prajurit biasa. Entah mereka memang sedang menunggu momen yang pas, atau sedang merencanakan strategi untuk menang seperti biasa.
"Apa goblin benar-benar bersekutu dengan orc?"
Seth mengangguk. "Mereka juga ikut berperang."
"Aneh." Ucapan dari Hyena membuat semuanya jadi terdiam dan menoleh. "Jumlahnya tidak masuk akal. Jumlah pasukan lawan kalau dipikir-pikir bukannya sangat banyak? Lalu kenapa Avantheim cuma mengeluarkan sebagian prajurit?"
"Seharusnya memang begitu. Tapi kemarin pasukan lawan jumlahnya hampir sebanding dengan pasukan kita. Aku juga tidak melihat ada yang bersembunyi untuk melakukan serangan tiba-tiba."
"Mungkin memang itu strateginya." Ron ikut menyahut setelah daritadi hanya menyimak dengan serius sambil sesekali memakan mie-nya. "Mereka ingin membuat perang ini jadi perang jangka panjang agar bisa menguras tenaga Avantheim."
"Kalau begitu, apa tidak seharusnya kita kembali kesana?"
"Tidak, putri." Edward langsung menolak tegas. "Selama kita tidak dapat perintah untuk kembali, kita tidak akan kembali."
Dania mencoba mencari pihak dengan menatap lurus satu persatu orang yang ada di sekelilingnya. Tapi mereka semua memberi jawaban yang sama yaitu tidak.
"Tapi kita tidak bisa terus menerus merepotkan Jo."
Jo yang mendengar dirinya menjadi topik pembicaraan Dania berhenti memakan sarapannya. "Gue emang direpotin sih. Lo semua juga emang ngrepotin. Tapi gak masalah. Tinggal aja disini sampe yang lo mau."
Dania melirik tajam setelah mendengar jawaban Jo. Bukannya manusia itu sering mengeluh kerepotan karena harus menghidupi enam penumpang ilegal?
Lalu kenapa sekarang manusia itu malah menyuruh mereka untuk tinggal selama mungkin?
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Avantheim
Fantasy[ fantasy ] [ GS ] [ baku-non ] [ end ] Bagaimana rasanya tinggal bersama enam makhluk bertelinga bulu dari dunia lain? Tidak tahu? Jonathan hadir disini untuk menceritakan pengalamannya.