Halo semuanya! Selamat hari pancasila ya^^
Akhirnya update lagi gays! Akutuh semangat banget kalo kalian rajin komen apalagi komennya banyak. Bangkitin mood aku, jadi akunya bisa enjoy buat nulis dan bisa fast up juga.
Jadi bisakan ya vote dan komen? Ramein yuk! Gaenak kan tiba-tiba ceritanya gantung abis tuh di unpub.
Ini ceritanya nulis abis maghrib dan baru selesai trus langsung update. Jadi kalo ada typo harap maklum aja gak sempet buat cek lagi.
Happy Reading 💙
Satu kakinya terangkat, bertumpu pada paha kanannya. Jempolnya ia gigit dengan cemas. Sedangkan keningnya mengerut menatap tabib yang sedang memeriksa denyut nadinya.
Baekhyun menghela napas lelah, ia menyentakkan tangannya. Kemudian mengerang kesal, semakin sebal menatap tabib yang menggeleng kecewa sembari menatapnya penuh kesedihan.
"Ya! Berhenti bercanda, cita-citamu telat ya? Bisa-bisanya bermain dokter-dokteran." Baekhyun menghela napas lelah. Ia mengibaskan tangannya, mengusir sang tabib. "Aku tak perlu kau. Aku ingin dokter asli! Lagipula tak ada yang salah denganku!"
Pemuda yang duduk tak jauh dari Baekhyun memamlingkan wajahnya, mengisyaratkan tabib untuk pergi dari sana. Mengingat watak Baekhyun, bisa-bisa tabib itu akan mendapatkan hukuman mati. Apalagi sekarang calon ratu itu sedang sensitif.
"Ma—"
"Ah ya!" Baekhyun menjetikkan jarinya. "Namamu siapa?"
"Luhan, Yang Mulia."
Baekhyun mengangguk, ia kembali berdiam. Banyak sekali hal-hal yang masuk ke dalam otaknya.
Bagaimana bisa hanya sama-sama tersambar petir jiwa mereka tertukar dalam hitungan detik. Baekhyun ingat ia baru saja di tinggal oleh Ryujin, lalu tiba-tiba saja ia sudah di jaman Joseon.
"Ini terlihat lebih mengerikan dan nyata dibanding syuting sebuah drama. Padahal jika saja ini adalah proses syuting, aku bisa meminta foto dengan IU." Monolog Baekhyun yang semakin mendaramatisir. Ia bahkan mengacak-acak rambutnya. Situasi macam apa ini.
Di sisi lain, Luhan hanya bisa mengerutkan keningnya. Baekhyun yang sudah ia temani sejak kecil, sikapnya langsung berubah aneh hanya karena sambaran petir. Seingatnya, Baekhyun tak pernah berbicara sendiri atau terlalu banyak mengekspresikan wajahnya. Baekhyun yang akan menjadi Ratu Joseon itu sifatnya dingin, kejam dan tak banyak berekspresi. Tak ada yang menyukainya di istana ini, bahkan sang calon suaminya sendiri.
Walau ia adalah calon Ratu dan akan menghasilkan keturunan. Baekhyun lebih gemar memainkan pedang daripada menjahit. Ia lebih senang membaca buku daripada melukis.
Baekhyun juga selalu menjaga sikapnya. Tidak gegabah, selalu sopan. Lihat ia yang sekarang, duduk di atas meja sembari menggerutu dengan bibirnya yang mengerucut. Dan sekarang ia tengah menampar pipinya sendiri.
Semua kepribadiannya yang lama berubah dalam sekejap.
"Y-yang Mulia."
"Pergi Baekhyun, kau harus pergi! Bagaimana bisa kau menjelajahi waktu sedangkan Rowon akan mengadakan fansignya sebentar lagi! Demi tuhan! Ryujin, kau harus menarik jiwaku!" Gerutu Baekhyun sembari merengek. Ia bahkan menghentakkan kakinya kesal.
"Yang Mulia, sebaiknya anda—"
"Huaa, mau pulang!" Pekiknya sembari berguling-guling di lantai.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'M (NOT) A PRINCESS [CHANBAEK]
Hayran KurguKeseharian Baekhyun selain menjadi fans setia idol yang bernama Rowoon adalah rebahan, makan, dan menonton drama. Tapi tiba-tiba saja insiden di luar nalar membuatnya terkejut. Bagaimana bisa ia terlempar ke masa lalu? Joseon? Dan statusnya adalah...