Ini manusia bukan patung

2.5K 374 64
                                    

Haruto dan Jeongwoo saat ini sedang duduk santai di taman kota. Menghanyut seperti tenangnya air yang berlarut sesuai jalannya.

Begitulah hati Haruto, saat dia sudah memastikan tekadnya dalam satu minggu yang dia jalani. Pikirannya sudah mengikuti hatinya yang berjalan sesuai alur.

Dia memastikan kalau keputusannya kali ini adalah keputusan yang benar.

"Kamu mau ngomong apa, by? Kenapa ngajak aku kesini?". Tanya Jeongwoo sambil menatap kearah Haruto yang sedang duduk disebelahnya.

"Aku mau bilang makasih sama kamu karena udah mau temenin aku selama 2 tahun ini. Makasih buat segalanya yang kamu kasih keaku".

Jeongwoo mengenyit heran sambil memiringkan sedikit kepalanya. Dia sangat tahu arah bicara Haruto kemana. Dia sudah dapat menebak kalau dia akan mendengar semuanya.

Jeongwoo tersenyum manis, dia mengangkat tangannya untuk memegang kedua pipi Haruto. Mengusapnya dengan lembut dan bertanya

"Kenapa? Tumben kamu bilang gitu keaku?".

Haruto segera menurunkan tangan Jeongwoo dari pipinya, menggenggamnya erat seolah tak ingin melepas. "Aku pikir aku buat keputusan yang tepat sekarang".

"Apa?". Jeongwoo berpura-pura tidak tahu, walaupun sekarang dia ingin berteriak. Meminta Haruto untuk tidak mengatakan apa pun padanya.

"Aku mau kita-".

"Jangan katakan, Haru".

"Jeongwoo, tapi aku ingin kita-".

"Aku mohon, jangan katakan". Ucap Jeongwoo lirih dan berhasil meneteskan air matanya. Haruto yang melihatnya segera membawa Jeongwoo kedalam dekapannya.

Jeongwoo teriksa, sungguh dia tidak ingin mendengarkan apa pun saat ini. "Maafin aku, Jeongwoo-ya". Kata Haruto lembut sambil mengusap punggungnya.

Jeongwoo tidak menjawab dan masih terisak hingga membasahi kemeja yang Haruto kenakan. "Ke-kenapa, Haru?". Tanyanya sendu. Sangat pelan tapi Haruto masih bisa mendengarnya.

"Aku pikir sekarang aku harus fokus kesatu orang yang sudah menjadi bagian hidupku. Seharusnya aku melaksanakan kewajiban ku dan tidak mengkhianatinya".

"Kena-pa, Ha-Haru? Kamu bahkan udah janji buat nikah sama aku".

"Itu dulu, sebelum aku nikah aku memang mau nikah sama kamu. Tapi sekarang aku pikir aku udah ingkar janji sama mami buat gak ngekhianatin Junkyu. Tapi apa? Aku punya banyak dosa sama dia, Woo".

Jeongwoo langsung melepaskan pelukannya dengan Haruto secara kasar.

"Langsung to the poin aja, Haru. Aku gak mau ribet. Kamu mau kita putus? Yaudah, aku terima. Jadi, dari sekarang kamu jangan pernah hubungin aku lagi. Anggap aja kita gak saling kenal. Aku benci sama kamu! AKU BENCI!".

Setelah berteriak begitu, dia segera lari meninggalkan Haruto yang membeku disana. Dia masih menunduk, memikirkan apakah keputusannya sudah tepat.

Tiba-tiba suara dering ponsel membuat Haruto buyar dari lamunannya. "Hyunsuk?".

"To, lo dimana?!".

"Ini ditelpon bego gak usah teriak juga!".

"Lo dimana jawab gue!".

"Di taman kota. Napa?".

"Gila! Jauh banget ngapain kesana bego?!".

"Tadi gue habis jalan sama Jeongwoo. Kenapa sih?!".

"Bangsat banget sih jadi cowok! Istri lo lagi mabuk di club lo malah asyik pacaran sama si jalang sialan itu!".

"Jaga omongan lo, Hyun. Jeongwoo bukan jalang!".

END//𝓞𝓹𝓮𝓷 𝓨𝓸𝓾𝓻 𝓔𝔂𝓮𝓼 (HARUKYU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang