(13)

114 24 49
                                    

Memandang langit sore di balkon.

Itulah yang dilakukan Azura sekarang.

Memeluk kedua lutut dengan perasaan dan pikiran yang campur aduk dan sulit dijelaskan.

Tak sengaja melihat dua anak bocil SD saling boncengan menaiki sepeda didepan rumahnya mampu membuatnya iri.

Bocil SD sekarang aja udah kenal cinta-cintaan, masa dia belum pernah ngerasain cinta-cintaan.

Azura menghela nafasnya gusar.

Pengen banget ngungkapin perasaannya sama Jahya selaku mas crushnya.

Tapi dilihat perilaku mas crush sendiri Azura sudah tahu kalau Jahya lebih menyukai kakaknya dibanding dirinya sendiri.

Jika dia lebih dulu mengungkapkan mungkin dia lebih dulu merasakan sakit hati ditolak mas crush sendiri karena lebih menyukai kakaknya dibanding dia.

Semenjak kemarin pelatihan awal menjadi murid taekwondo, Azura lebih fokus dilatih sama Pak Taufik dengan Jahya berada disampingnya.

Cukup memuaskan karena Pak Taufik memberi dia A+(A plus) tepuk tangan ketika baru pertama kali diajari.

Memang sejak SD sudah terlatih menjadi taekwondo dan sekarang melanjutkan pelatihannya membuatnya lebih mudah diajari.

Tetapi dia tidak memikirkan hal itu, dia memikirkan bagaimana agar dia tidak terlalu berharap.

Azura udah tahu banget kalo Jahya tuh suka sama Jihan.

"Keknya gua harus ngungkapin deh ke Jahya biar dia tahu perasaan gua, kalo soal sakit hati biar gua yang tanggung sendiri."

----

Sesampainya Villa, semua murid langsung masuk kedalam dan ruangan mereka juga sudah diatur sama guru-gurunya.

Jihan harus sekamar sama Jessica pokoknya.

Dan disinilah mereka, diruangan khusus untuk mereka yang sudah dibagi.

Jihan rebahan di kasur khususnya dengan memandang langit kamar.

Untung tadi Satya sama Jahya keburu bangun bersamaan pas guru-guru belum bangun juga.

Asli sih, Jihan ga bakal ngelupain kejadian itu karena kejadian itu lebih langka yang pernah Jihan ngalamin seumur hidupnya.

Jessica ikut rebahan di kasurnya Jihan.

"Kak Mirvan tadi ngajak gua ngomong, Ji!"bisik Jessica dengan girang.

Jihan ikut senyum sumringah.

"Ngomongin apaan?"

"Gua lupa, soalnya gua lebih ingat muka Kak Mirvan pas ngajak gua bicara."

"Dih, bucin!"

Jihan langsung bangun dari rebahannya.

Mengemasi dan merapikan baju-bajunya yang ia keluarkan didalam kopernya beserta barang-barangnya untuk diatur.

"Lo mau bawa buku catatan disana? Bukannya cuman jalan-jalan doang sambil selca-selcaan?"tanya Jessica melihat Jihan membawa buku catatan.

Jihan tersenyum, "Gak tau sih, tapi bunda saranin gua bawa buku."

Jessica manggut-manggut lalu memainkan handphonenya.

Ice Prince | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang