Sehari terlewati, dimana Azura dan Jahya makin dekat dan saling belajar bersama dalam hal taekwondo.
Jihan dan Satya pun sama, Jihan tiap hari menemani Satya di arena skate, seperti kemarin.
Kembali ke Azura dan Jahya.
"Kali ini lo pasti ikut lomba, gua jamin!"seru Jahya buat semangatin Azura.
Orang yang disemangatin sama orang yang pernah ia sukai cuman senyum-senyum malu.
"Siap kak."
Waktunya latihan biasa kalo soal seleksi di jam terakhir kalo udah mau pulang.
Dua jam latihan, semua murid yang udah latihan sama-sama langsung istirahat sejenak dengan cemilan yang udah disiapkan sama anak buahnya Pak Taufik.
Pelatih atau Pak Taufik memantaui anak-anak muridnya yang sedang istirahat dengan jarak tidak begitu jauh.
Dia sudah teguh dengan pilihan anggota muridnya yang akan dipilih sebagai murid yang akan mengikuti lomba taekwondo nanti.
Kini Pak Taufik selaku pelatih taekwondo mereka langsung memberi aba-aba untuk segera berkumpul dihadapannya.
Semua murid gerombolan berkumpul dihadapan pelatihnya untuk menunggu reaksi pelatihnya selanjutnya.
"Baiklah anak-anak, sekarang waktunya seleksi yang bakal ikut lomba taekwondo dua minggu kedepannya. Dan saya harap pada kalian semua yang terpilih sebagai murid yang akan ikut lomba bisa tingkatkan lagi pengetahuan taekwondonya begitupun yang tidak ikut seleksi. Dan saya sudah jamin untuk memilih siapa-siapa yang akan ikut lomba dua minggu kedepannya."
Ekspresi anak muridnya begitu tegang dan gugup, terkhusus Azura yang pengen namanya disebut.
Jahya yang udah berdiri sama rekan-rekan seniornya setia memantau Azura yang keliatan banget gugupnya.
Mereka juga berharap kalo mereka sama-sama ngikutin lomba taekwondo nantinya.
"Senior yang sudah terpilih ada Jahya, Arwan, sama Citra, tinggal memilih tiga juniornya yang akan terpilih karena kita membutuhkan enam anggota yang ikut lomba. Dan yang dipilih atau yang ga dipilih ga boleh protes yah."ujar Pak Taufik dan semuanya turut mengangguk paham.
"Yang saya pilih tiga anggota yaitu___"
Pak Taufik menjeda kalimatnya dan membuat semua muridnya tegang dan gugup menunggu lanjutan kalimatnya lagi.
"Mulan, Billy, dan Leo."lanjut Pak Taufik dan membuat semua muridnya tidak tegang lagi.
Yang tidak ikut hanya menghela nafas pasrah dan ada juga yang merasa senang dan lega karena ga ikut.
Jahya merasa prihatin sama Azura yang namanya tidak disebut sama pelatih.
Ekspresi Azura sekarang hanya tepuk tangan melihat teman-temannya yang dipilih buat lomba dua minggu kedepannya.
Walau nyesek bukan dia yang dipilih sama pelatih, dia kepikiran kalo dia masih perlu belajar lagi.
"Yang lainnya ga keikut terpilih bisa tingkatkan lagi belajarnya biar kesempatan depan bisa ikut juga, cuman tingkatin belajarnya aja."tutur Pak Taufik untuk memberi semangat dan motivasi pada anak muridnya.
Semuanya mengangguk paham dan menjawab serentak, "IYA PAK!"
"Yang terpilih juga tingkatin belajarnya biar pas lomba nanti bisa ngalahin lawan kalian nanti."tutur Pak Taufik lagi.
"SIAP PAK!"
"Baiklah, kalian semua boleh pulang. Hati-hati dijalan, jangan singgah-singgah pokoknya langsung ke rumah masing-masing."nasihat Pak Taufik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Prince | End
Fiksi Remaja[BELUM REVISI] start:08.05.2021 end:08.08.2021 •agloliviaray