(12)

104 24 27
                                    

Azura seneng banget hari ini karena dia bakal mendaftarkan diri sebagai atlet taekwondo baru di kursus Taekwondo nya Pak Taufik.

Bareng Jahya, tentunya.

Disepanjang jalan menuju tujuan Azura sama Jahya sama-sama diam dan ga berani buka topik percakapan.

Jahya ga tahu mau ngomong apa, Azura juga gitu padahal dia nungguin Jahya nanyain dia.

"Ohiya, kamu kok semangat gitu sih pas aku tawarin masuk taekwondo kemarin?"tanya Jahya dan berhasil membuat Azura mematung.

Alasan tepatnya karena dia mau ikutin Jahya, tapi dia ga mau ngomongin alasan sebenarnya itu.

"Dulu Azura pernah jadi murid taekwondo pas SD karena diajak sama temennya ayah dan berhenti pas udah 3 bulan jadi murid taekwondo karena kursus pelatihan taekwondo nya berhenti jadi semua yang ikut pelatihan juga ikut berhenti termasuk Azura kak."ujar Azura panjang lebar.

Alasannya itu sebenarnya murni tanpa tipu-tipu supaya Jahya ga tahu kalo dia masuk taekwondo karena dia pengen ngikutin Jahya.

Jahya yang denger penjelasan Azura cuman manggut-manggut paham.

"Sekalian juga mau lanjutin taekwondonya kak."tambah Azura lagi.

"Pantesan semangat banget, ternyata mau lanjutin taekwondonya sekalian."ujar Jahya sambil tersenyum.

Azura mengangguk sambil senyum-senyum malu, kesengsem dia kalo liat Jahya senyumin dia.

"Btw, Jihan suka taekwondo juga nih?"

Senyum Azura luntur, kenapa sempat-sempatnya nanyain Jihan ke dia pas lagi seneng-seneng barengan sama dia?

----

Jihan habis mandi sore, dia mengeringkan rambutnya dengan handuk kering yang rambutnya sudah basah habis keramas.

Trililing trililing trililing~

Jihan menoleh kearah nakas dimana handphone nya ia charger disana.

Dia jalan kearah nakasnya dan layar handphone nya tertera nomor tidak dikenal.

Jihan takut banget kalo nomor asing itu lagi neror dia jadi dia angkat telponnya tapi ga dijawab sama Jihan.

Kalo ada nomor asing yang lagi nelpon harus diam tak bersuara sampai pengguna nomor asing itu berbicara duluan, siapa tau itu nomor salah satu teman yang nomornya baru atau belum Jihan save kontaknya.

"Halo?"

Jihan kaget, suaranya familiar banget.

"Kak Satya?"

"Iya, ini gua."

Jihan menutup wajahnya dengan handuk dan lompat-lompat kegirangan.

Setelah berabad-abad temenan kayak orang asing akhirnya Satya nelpon Jihan.

Tapi tunggu,

"Tunggu, kakak nemuin nomor teleponku dari siapa? Padahal kita ga pernah tukar kontak loh kak."

"Ohh, gua minta ke Om Morgan."

Jihan menutup matanya dengan senyum yang sangat bahagia, pokoknya dia mau senyum sambil bersuara tapi ditahan-tahan.

"Kenapa ga langsung minta ke aku kak? Tadi aku kira nomor orang yang mau neror loh kak, jadi aku sedikit kaget karena ada nomor asing yang nelpon aku."

Ice Prince | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang