(8)

153 25 56
                                    

Hari Minggu itu harus bangun pagi buat beres-beres rumah tapi kali ini Jihan beda.

Berkhayal dulu sebelum bangun dari tidurnya, yang dia pikirin selalu Satya.

Satya kemarin bilang;

"Satya bakal berusaha ngelanjutin tapi gak tahu kedepannya kalo masih bisa atau enggak."

Kalau misalnya Satya beneran ngelanjutin karirnya sebagai atlet skating, boom wow sih disekolah. Apalagi banyak juga yang pengen kalau Satya beneran ngelanjutin skatingnya.

"Walaupun gua belum pernah lihat Kak Satya tanding skating sebelumnya, kenapa gua langsung rindu yah?"gumam Jihan menatap langit-langit kamarnya.

"Faktor nonton pertandingan Kak Satya kali makanya langsung rindu."

Jihan menoleh ke asal suara ternyata adiknya, Azura.

"Sejak kapan lo disini padahal gua kunci pintu kamar."heran Jihan dan langsung bangun dari tidurnya menatap adiknya yang sedang mencari sesuatu.

"Gua kan iron man."jawab Azura asal, dia tetap fokus mencari sesuatu.

"Cari apaan sih?"

"Ini, lo liat charger hitam gua gak?"tanya Azura yang tidak fokus lagi mencari charger hitam.

Jihan menggeleng kepala, "Kenapa nyarinya disini padahal gua gak pernah tuh megang charger hitam."

"Siapa tau tuh charger bisa jalan soalnya gua cari dikamar gak ada padahal kemarin ada."Azura kembali sibuk mencari chargernya.

Jihan pun turun dari tempat tidur lalu membantu adiknya mencari barang hilang itu.

Tiba-tiba Nazwa membuka pintu kamar, "Charger hitamnya yang ini kan?"tanya Nazwa sambil menunjukkan charger hitam yang sudah dia dapat tadi.

Azura membolakan matanya, "Iya itu, makasih yah bund."dia pun mengambil charger itu dan memeriksanya apakah masih perawan atau tidak, canda perawan.

"Bunda dapatnya dimana?"

"Diatas mesin cuci, kan kamu sendiri yang simpan."

"Oalah iya, gua lupa."

Nazwa menggeleng kepala melihat tingkah lupa anak bungsunya itu lalu melanjutkan mencuci baju didalam.

"Sejak kapan lo punya charger hitam, biasanya charger lo putih."kata Jihan heran.

"Oh ini bukan punya gua, punya Dewi."

"Dewi kemarin dateng?"dan Azura mengangguk, "Kemarin gua yang harus dateng kerumahnya karena gua yang mau pinjam tapi kemarin dia kebetulan mau ke toko buku jadi dia mampir bentar buat ngasiin gua chargernya."

Jihan mengangguk lalu menoleh jam dinding dikamarnya. "Dah, lo keluar gua mau mandi."usir Jihan dan Azura nyosor keluar dari kamar kakaknya.

----

Angga dan Aksa habis diskusi tentang restoran itu bersama Satya, sedangkan Jahya lagi jalan-jalan pagi sama teman tetangganya.

"Jadi deal yah? Nama restoran kafenya Cafedey?"tanya Aksa sekali lagi.

Keduanya mengangguk setuju dan Aksa pun menghela nafasnya lega.

"Alhamdulillah, kita sudah beli tempat itu dan harga restonya lumayanlah. Menurut saya uang yang kita kumpulkan lebih jadi selebihnya bisa kita revisi ulang ruangan restonya. Gimana?"kata Aksa sambil meminta persetujuan.

Satya mengangguk lagi dan Angga pun ikut mengangguk juga.

"Oke, warnanya warna apa nih?"

Ice Prince | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang