[01] Siblings Gold

2.9K 234 0
                                    

Selamat membaca

Gadis itu hanya bisa berdiam diri menahan air mata yang memberontak ingin jatuh ke pipi mulusnya, seseorang yang begitu ia sayang berteriak cukup keras, menghantam gendang telinganya, mencaci maki gadis itu.

"Dengar Jennie! Kamu itu anak yang tidak berguna, gadis cacat, penyakitan, kamu tau, kamu anak yang tidak pernah diharapkan ada" pria paruh baya itu begitu tersulut emosi, menatap nyalang ke arah Jennie yang hanya bisa tertunduk lemah.

"Mian appa, aku hanya...." Jennie tak menyelesaikan ucapannya saat Kim Woobin membanting gelas yang ia pegang.

"Jangan ikut campur urusan ku!" Woobin berdiri dengan kondisi sempoyongan akibat wisky yang sudah membuatnya mabuk mencengkram kuat lengan Jennie.

"yah! Appa jauhkan tangan kotormu dari adikku" Woobin mengalihkan perhatiannya memandang anak sulungnya berdiri dengan wajah merah penuh amarah.

Jisoo menghampiri Woobin, mendorongnya dengan kasar ia sudah tidak peduli jika dijuluki anak durhaka baginya adiknya adalah segalanya yang harus dilindungi dari ayah brengsek seperti Woobin.

"Sudah eonni katakan jangan mengurus kehidupannya, jennie"

"Ta-tapi eonni..." Jennie menggigit bibir bawahnya menahan isak tangisnya "appa memukul eomma"

Jisoo memeluk Jennie dengan kuat, dia juga ikut terisak " biarkan saja, jangan pedulikan mereka" Jisoo menarik tubuhnya dari pelukan mereka, menatap mata Jennie yang penuh kesedihan "dengarkan eonni, sayang kau begitu berharga untuk di perlakukan tidak baik olehnya"

Rosè dan Lisa keluar dari kamarnya saat mendengar keributan yang terjadi di luar. Mereka begitu terkejut saat melihat kedua Eonninya menangis, juga Woobin yang sudah terbaring di lantai dengan pecahan gelas yang berserakan. Mereka langsung bisa menebak apa yang baru saja terjadi, appa mereka memang tidak pernah bersikap baik pada Jennie.

Lisa berhambur ke pelukan Jennie, ikut terisak saat kakaknya juga belum berhenti menangis.
Dan Rosè juga langsung menghampiri Jennie memberinya kecupan di pipi sebelah kiri, meraih pergelangan tangan Jennie yang memerah, ada sedikit darah karena cengkraman kuku Woobin yang begitu keras, gadis itu merasa matanya panas dan air mata jatuh tanpa bisa dihentikan.

"Ani, ani-ya, jangan menangis" Jennie mencium pucuk kepala Lisa.
"Eonni tidak pa-pa" tangan Jennie terulur mengusap air mata di pipi Rosè.

"Sampai kapan dia bersikap kasar pada eonni, aku begitu membenci appa" Rosè menyembunyikan wajahnya di balik kedua telapak tangannya, Jennie yang melihat adiknya begitu terisak langsung menariknya dalam pelukan tanpa melepas pelukan Lisa sebelumnya.

"Jika terjadi sesuatu pada Jennie eonni, aku bersumpah akan membunuh appa dengan tanganku sendiri" mata lisa dipenuhi amarah yang begitu jelas, ia tidak bisa mengendalikan ucapannya lagi.

"Jangan bicara begitu, dia appa kita, dia menyayangi kalian..." Jennie menarik napas pelan sebelum melanjutkan ucapannya "dia hanya tidak menyayangi ku"

Jisoo menatap tubuh Woobin yang di bopong dua orang bodyguardnya. Ia sudah tidak peduli apa yang akan terjadi pada pria paruh baya itu.

"Ayo kita ke kamar, ini sudah larut" Jisoo mengambil alih kursi roda Jennie dan mendorongnya memasuki lift, kamar mereka di lantai dua karena kondisi Jennie yang tidak bisa naik turun tangga mension itu tersedia lift yang bisa dikatakan hanya Jennie saja yang menggunakannya.

Tiga gadis Kim begitu betah memandangi wajah Jennie, mereka sudah membaringkan Jennie di kasur dan menyelimutinya.

Terkadang Jennie merasa bosan untuk hidup karena kondisinya yang tidak bisa melakukan kegiatan apapun, saat ia mendengar berita penyakit mematikan itu bersarang di tubuhnya ia tak begitu sedih, karena dia merasa sebentar lagi akan mati dan terbebas dari beban hidup yang selama ini ia tanggung.
Namun ketika mengingat ia akan jauh dengan tiga gadis yang memperlakukannya seperti seorang ratu dia tidak bisa menerima kematiannya suatu saat nanti.

Hey Kim Jennie [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang