[03] Affection

1.5K 179 3
                                    

Selamat membaca

Dentingan sendok yang bersahutan memenuhi ruang makan mension keluarga Kim pagi ini, berbeda dengan biasanya pagi ini tanpa kehadiran Woobin karena ada pekerjaan yang harus ia selesaikan mengharuskan pria itu berangkat pagi-pagi sekali ke kantor, dan Jennie yang juga tak ikut bergabung dengan saudarinya yang lain karena kondisinya yang masih sakit. Tiga orang gadis yang sudah terlihat rapi dengan pakaiannya masing-masing begitu fokus pada makanannya.

"Dimana Jennie? Kenapa tidak ikut bergabung untuk sarapan?" Nara yang menyadari tak ada kehadiran anak keduanya di acara sarapan pagi ini langsung bertanya.

"Dia sakit" Rosè menjawab seadanya.

"Sakit?" Nara meletakkan segelas susu yang dipegangnya dengan kasar "kenapa kalian tidak memberi tau eomma?"

"Apa itu penting bagi eomma?" dengan nada ketusnya Jisoo bertanya, bagi Jisoo eommanya bukanlah seorang ibu yang baik untuk anak-anaknya.

"Jennie anak eomma, tentu saja eomma harus tau keadaannya"

"Anak?" Jisoo tertawa hambar "apa eomma pernah membelanya saat appa selalu bersikap kasar padanya?" Nara terdiam semua yang dikatakan Jisoo benar dia hanya menyaksikan bagaimana suaminya terus saja bersikap kasar pada anaknya.

"Aku fikir kami telah salah terlahir dari rahim ibu yang tidak memiliki kasih sayang untuk anaknya" ucapan Jisoo begitu menohok tak hanya Nara kedua adiknya juga ikut terkejut mendengar ucapan kakak sulungnya itu, mereka tidak pernah menyangka sampai di batas itu Jisoo membenci ibunya sendiri.

"Cukup Jisoo!" Nara tak bisa menahan air matanya lagi untuk tidak jatuh, hati ibu mana yang tidak sakit jika mendengar ucapan pedas yang dilontarkan oleh anak kandungnya sendiri.

"Apa eomma marah, jika aku berkata seperti itu?" Jisoo berdiri dari duduknya "seharusnya eomma sadar, aku lebih marah karena eomma tidak pernah memperlakukan kami sebagai anak" Jisoo melangkah pergi, tapi sebelumnya ia mencium pipi kedua adiknya yang masih terdiam kaget karena ucapannya.

"Aku sudah selesai" Lisa ikut bangkit menyusul langkah Jisoo, dan tak lama Rosè juga berdiri tapi berbeda dengan kakak sulung dan adik bungsunya ia tetap mencium Nara yang masih terisak karena ucapan Jisoo.

"Maafkan perkataan eonni, eomma" Nara hanya bisa mengangguk dan mengelus rambut blonde gadis itu.

"Tidak apa, sayang, berangkatlah belajar yang rajin ne" Rosè mengangguk lemah.

Rosè berlari menghampiri saudarinya yang sudah keluar terlebih dahulu.

.
.
.

Nara masuk ke kamar Jennie dengan nakas makanan ditangannya, ibu empat orang anak itu menatap sendu pada wajah anak bungsunya yang terlihat begitu pucat.

"Jennie-ya, kau sakit?" tangan Nara terarah pada kening Jennie "kenapa tidak memberi tau eomma?"

"kweanchana, eomma"

"Tubuh mu sangat panas, ingin eomma kompres?"

Jennie menggeleng pelan.
"Apa mereka sudah berangkat?"

"Sudah" Nara duduk di ranjang samping Jennie.

"Eomma, boleh aku minta sesuatu?"

Nara yang mendengar Jennie berbicara dengan nada serius langsung menyerngitkan dahinya.
"Kau ingin apa, nak?"

"Aku ingin menyudahi semua pengobatanku, aku minta eomma tidak memaksaku lagi"

Nara menegang, ia masih mencerna ucapan Jennie "eomma tidak setuju"

Hey Kim Jennie [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang