[04] Fear Of Losing

1.4K 171 6
                                    

Selamat membaca

Kamar yang didominasi warna putih itu begitu kacau, dengan semua barang yang berserakan di lantai, sprai kasur yang terlihat sangat kusut, seorang gadis duduk meringkuk memeluk lututnya di pojok ruangan itu dengan terus menangis sambil menatap telapak tangannya yang bergetar.

"Apa yang aku lakukan" gadis itu bergumam pelan hampir tidak jelas karena tangisnya yang belum juga reda.

"Bagaimana bisa aku melakukan itu padanya" gadis itu menyeka kasar air mata di pipinya "kau bodoh Jisoo, bodoh! Kenapa harus menamparnya"

Jisoo berdiri meraih bingkai foto yang menampilkan gambar empat orang gadis Kim yang saling merangkul sambil tersenyum bahagia.

"Mian Lisa-ya, eonni tidak bermaksud menyakitimu" Jisoo mengelus wajah Lisa di foto itu.
"Eonni melakukan itu bukan karena
eonni lebih menyayangi Jennie, Eonni menyayangi kalian, sangat"

Jisoo kembali menangis sambil memeluk bingkai foto di tangannya, sekarang apa yang harus ia lakukan? Gadis itu begitu menyesal dengan apa yang dilakukannya pada adik bungsunya yang lemah, dia ingat gadis yang bernama Lisa itu akan menangis hanya karena sebuah bentakan bagaimana sekarang dia yang mendapatkan tamparan, dapat disimpulkan hati Lisa pasti sangat hancur.

"Mian, sayang"

"Bahkan eonni tidak akan sanggup jika suatu hari nanti harus memilih diantara kalian, karena kalian bertiga adalah kebahagiaan eonni"

.
.
.

Rosè melepas pelukannya pada Jennie, kakak keduanya itu masih menangis setelah melihat semua kejadian bagaimana seorang Jisoo yang hampir tidak pernah marah begitu murka pada adik bungsunya.

"Ini hari spesial eonni, eonni tidak boleh menangis, ne?"

"Semuanya kacau, Chaeyoung-ah" Jennie menutup wajah dengan kedua tangannya.

"Aku akan mengantarkan eonni ke kamar" Rosè mendorong kursi roda Jennie keluar dari ruang musik yang sekarang sangat sunyi, padahal beberapa waktu yang lalu suasananya terlihat begitu hangat.

"Antarkan eonni ke kamar Lisa saja, Chaeyoung-ah" Rosè hanya menurut saja pada keinginan kakak keduanya.

Rosè membuka pintu kamar Lisa dan kembali mendorong kursi roda Jennie, mereka mendapatkan adik bungsunya itu tidur meringkuk di atas kasur membelakangi mereka.

"Mian eonni, mian" suara tangisan Lisa terdengar begitu jelas, sambil terus mengucapkan kata maaf.

"Lisa-ya...." Jennie mengelus rambut panjang adiknya itu, tangis Lisa semakin pecah kala menyadari kehadiran Jennie di sana.
"Maafkan eonni, karena eonni Jisoo eonni marah padamu"

Lisa masih membelakangi Jennie sampai gadis itu mendengar suara serak Jennie yang sedang menahan tangisannya.

"Miane, aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu, eonni" Jennie menghapus air mata di pipi putih Lisa.

"Lisa, maafkan perlakuan Jisoo eonni, dia pasti tidak bermaksud menyakitimu, itu semua karena ia tersulut emosi pada appa" Rosè bergerak memberi kecupan hangat di kening Lisa.
"Aku akan ke kamar Jisoo eonni, bagaimana denganmu eonni?" Rosè beralih menatap Jennie.

"Eonni akan tidur bersama Lisa" Rosè mengangguk dan kemudian keluar meninggalkan dua saudarinya yang masih saja saling menatap, langkahnya semakin cepat saat mendekati kamar Jisoo dan mendengar teriakan keras dan tangisan.

Hey Kim Jennie [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang