Selamat membaca
Berulang kali gadis bermata kucing itu menghela napas kasar, tubuhnya terduduk di pinggir ranjang dengan jari-jari menggenggam kuat sprai mencoba menahan rasa sakit yang hampir satu jam menyerang kepala bagian belakangnya.
"Ommo! Kenapa terasa begitu sakit" Jennie memijit kepalanya perlahan berharap rasa sakit itu sedikit menghilang "kweanchanayo, kau sudah berjanji pada mereka, kita akan bersenang-senang, tolong kuatlah sedikit"
Jennie meraih handphonenya melihat ada beberapa pesan masuk, itu dari dokter pribadi yang selama ini merawatnya, begitu banyak pertanyaan yang diberikan dokter pribadinya itu, memang sudah dua minggu Jennie tidak datang ke rumah sakit untuk memeriksa kondisinya, setelah kejadian pertengkaran orang tuanya hanya karena masalah biaya pengobatan dirinya ia sudah enggan melakukan perawatan bahkan jika saja nyawanya terenggut itu sudah tidak masalah lagi baginya.
"Jennie-ya kau sudah siap?"
Jennie mengangguk sambil tersenyum ke arah kakak sulungnya yang sudah terlihat cantik, malam ini pasti akan sangat menyenangkan.
Jisoo terkejut saat melihat wajah pucat Jennie, senyum itu, Jisoo sangat tau hanya dipaksakan oleh adiknya.
"Kau baik-baik saja, sayang?" tangan Jisoo bergerak memegang kening Jennie yang sudah dibasahi keringat "wajahmu sangat pucat"
"kweanchanayo, eonni" Jennie menggenggam tangan sang kakak mencoba memberi keyakinan sepenuhnya pada gadis berambut hitam dihadapannya.
"Kita tidak usah pergi saja, istirahatlah eonni akan memberi tau---"
"Ani, sudah dua tahun kita tidak ke sana bersama dan aku merindukan tempat itu, eonni jadi ku mohon kajja kita pergi" Jennie berbicara dengan nada memohon, kalau sudah seperti ini sangat susah bagi seorang Jisoo untuk menolak keinginan adiknya, ia pasti akan langsung setuju.
"Baiklah, tapi kau harus janji tetap baik-baik saja, eoh?"
*****
Jisoo mendorong kursi roda Jennie bergabung dengan saudarinya yang lain yang sudah menunggu di ruang tamu mension, Jennie tersenyum pada kedua adiknya yang terlihat sangat bersemangat.
"Eonni, kau terlihat sangat cantik malam ini" Rosè dengan tiba-tiba mencium pipi Jennie yang membuat sang empunya tersenyum manis.
"Eonni juga memiliki adik yang cantik di sini" dengan gemas Jennie mencubit pelan pipi Rosè yang chubby.
Kedatangan Nara membuat tawa ke empat gadis Kim itu terhenti, suasana tiba-tiba terasa canggung sampai Nara membuka suara.
"Jennie tidakkah seharusnya kamu istirahat saja?" Nara berjongkok di hadapan Jennie, meraih tangannya yang sedikit terasa hangat "kau sedang tidak sehat nak"
"Eomma, jangan khawatir, aku sudah merasa lebih baik"
Walau sudah mendengar kalimat itu dari mulut Jennie sendiri tetap saja hati Nara tidak bisa tenang, ia tau anak keduanya itu sedang berbohong, semuanya rasa sakit yang ia rasakan selalu disembunyikan di balik senyum manisnya seolah ia tak pernah merasakan apa-apa.
"Kalian yakin tidak ingin diantar supir?" Nara mengalihkan pandangannya menatap anak sulungnya yang bersikap dingin menanggapi pertanyaanya.
"Jisoo-ya, tolong jaga adik-adikmu, jika sesuatu terjadi langsung hubung---""Eomma tenang saja, aku bukan dirimu yang tidak menjaga adik-adikku"
"Eonni!" Jennie menggenggam tangan Jisoo yang ingin menghujam Nara dengan kata-kata pedasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey Kim Jennie [End]
Fiksi Penggemar"Terima kasih, kalian sudah menjaga ku sepenuh hati, menyempurnakan kehidupanku yang kosong. Maaf jika aku menyusahkan, percayalah aku akan terus mengubah rasa sakit ku menjadi kekuatan" Kim Jennie. Rank 🏅#4 in Rapuh (02/08/2021) H E Y, K I M J...