[09] A Little Hope

1.2K 152 2
                                    

Lisa terdiam di depan kolam berenang mension sudah hampir satu jam, setelah melakukan makan malam bersama, gadis itu kembali merasa aneh pada kakak keduanya yang buru-buru meninggalkan meja makan, dan saat Lisa ingin memeriksa kondisi kakaknya itu pintu kamarnya malah terkunci.

"Kau memikirkan sesuatu, Lisa-ya?" tangan putih Jisoo melingkar di pinggang ramping Lisa membuat gadis itu sedikit terkejut karena kedatangan kakak sulungnya secara tiba-tiba.

"Ah eonni, aku hanya ingin bersantai di sini" Lisa melepas pelukan Jisoo dan beralih menatap kakaknya itu, memberi kecupan di pipi kiri Jisoo.

"Aku mencurigai sesuatu, eonni" Lisa berjalan mengambil tempat di kursi santai di hadapannya "aku masih bingung, kenapa Jennie eonni tak ingin melanjutkan pendidikannya?"

Jujur saja Jisoo juga merasa aneh saat dua tahun yang lalu adiknya memilih berdiam diri di rumah setelah kelulusannya dari sekolah menengah, gadis itu tak menempuh ke jenjang yang lebih tinggi.

"Itu sudah menjadi keputusannya Lisa-ya, kita tidak boleh ikut campur"

"Tapi bukankah setidaknya dia memberi tau kita alasannya" Jisoo hanya tersenyum menanggapi ucapnya Lisa "bahkan eomma sama sekali tak melarangnya"

"Itu karena eomma tak pernah perduli pada anak-anaknya" Jisoo berujar dengan nada sinis, lagi-lagi gadis itu jadi malas bicara jika membahas tentang ibu mereka.

"Eonni, sepertinya kita salah memahami eomma selama ini" Lisa meraih tangan kakaknya menggenggam erat mencoba mencari kehangatan yang selama ini jarang sekali ia temui jika saja Jisoo sudah berhadapan dengan Nara.

"Kau ingin memihak padanya, Lisa?" sulung Kim itu tertawa hambar "bahkan dia pernah meninggalkan ku saat usiaku masih bayi"

"Tapi eonni"

"Sudahlah Lisa, ku pikir aku akan sulit dekat dengan eomma" setelah mengatakan itu Jisoo melangkah pergi meninggalkan Lisa sendirian masih termenung dengan pikirannya sendiri.

*****

Rosè berjalan menyusuri koridor rumah sakit dengan air mata yang tak berhenti mengalir di pipi putihnya, gadis itu berlari terus merapalkan doa semoga kabar yang ia dengar tadi tidak benar.

Tubuh gadis blonde itu terhuyung keras kala seseorang tak sengaja menabraknya.

"Kenapa kau terlihat ketakutan?" tanya seorang wanita berpakaian putih yang tak sengaja menabraknya, gadis itu dengan wajah yang tertutupi kain tipis membuat Rosè tak bisa mengenalinya.

"Kau siapa?" isakan Rosè terdengar keras saat gadis bertubuh kurus dihadapannya itu mengecup keningnya perlahan "kenapa kau selalu menyiksaku dengan rasa ketakutan?"

"Jangan menangis" tangan pucat gadis itu menghapus air mata di pipi Rosè.

"Ini sudah waktunya aku pergi, waktu kita bersama sudah habis" gadis itu hendak melangkah namun dengan cepat Rosè menahannya.

"Tolong jangan tinggalkan aku, aku takut" Rosè berujar sambil memohon pada gadis di hadapannya.

"Aku pikir aku sudah melakukan tugasku dengan benar, aku sudah menyelamatkan adikku"

"Eonni!" Rosè memekik lantang kala tubuh kurus gadis di hadapannya menghilang, ia terisak sambil memukul-mukul dadanya yang terasa sesak.

"Chaeyoung-ah, kau dengar eonni?" tangan Jisoo tak henti-hentinya menggoyang pundak Rosè yang masih terisak dalam tidurnya.

Perlahan Rosè terbangun dengan wajah pucat, pipinya yang merah di basahi oleh air mata.

"Kau bermimpi buruk?" tanya Jisoo yang masih setia mendekap tubuh adiknya yang masih bergetar ketakutan. Rosè mengangguk sambil mencoba melupakan mimpinya itu.

Hey Kim Jennie [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang