Bocah laki-laki berambut hitam legam itu menutup kedua telinganya rapat, pandangannya bergetar ketakutan, badan mungilnya ia paksa mendesak ke permukaan lemari tempat persembunyian yang ia kira aman, malah berujung menambah memori buruk di pikirannya.
Lagi-lagi matanya terpejam, ketika suara benda pecah mengudara akibat vas bunga dilempar kasar memantul marmer dingin ruangan khusus milik Papanya, Dewa.
Jeno meneguk ludahnya susah payah, kembali membuka mata, mengintip dua orang dewasa yang sedari tadi beradu argumen panas dari celah pintu lemari yang tak tertutup sempurna.
"You are monster!"
Deru napas kemarahan terdengar dari wanita berdress peach, kilatan kekecewaan dan marah begitu kentara di irisnya. Memandang pria yang tetap terlihat santai seakan pembicaraan mereka bukan apa-apa.
"Apa menghancurkan keluargaku belum cukup buat kamu, mas?! Sekarang kamu mau merebut perusahan dan hancurin kehidupan Jio juga?! Dia gak ada salah apa-apa ke kamu!!" teriak Vira frustasi akan tingkah sang suami.
Dewa terkekeh sinis, mematikan rokoknya pada asbak sebelum berdiri di depan wanita yang sudah melahirkan dua anak untuknya.
"Gak salah apa-apa?" Dewa menaiki sebelah alisnya, "terus apa artinya bajingan itu berani membawa kamu pergi dari aku, heh? Apalagi membawa dua anakku juga untuk lari dari sini."
"Aku yang minta dia buat bawa aku pergi dari kamu, dari neraka inii!!!" berang Vira tajam. "Aku gak kuat lagi sama tingkah gila kamu, mas ..."
Dewa menatap datar. "Aku mencintai kamu, wajar kalau aku marah dengan pria yang berani ngambil kamu dari aku."
"Bukan cinta! Tapi obsesi." Vira menyugar rambutnya kasar, berlahan melangkah mundur. "Kalau cinta pasti menyayangi, memberikan perhatian dan dukungan. Sedangkan ini ... obsesi kamu buat aku merasa gak punya pilihan maupun kebebasan. Dalam sangkar emas kamu ini, buat aku terasa sesak Dewa ... tolong berhenti, aku mohon."
Vira sekuat tenaga menahan tangisnya, ia harus kuat menghadapi Dewa kali ini. Jika lagi-lagi ia lemah, dan menuruti semua keinginan pria itu. Malah membuat semua semakin kacau. Terutama masa depan anak-anaknya, Taeyong, Jeno dan Dira, tidak boleh menjadi korban kegilaan monster yang sialnya menjadi suaminya ini.
"Aku gak suka Vira, kalau apa yang udah jadi milikku dimiliki juga orang lain. Aku bakal ngehancurin dia, sampai aku merasa puas. Terutama Jio, sahabat yang merangkap jadi selingkuhan kamu," tekan Dewa. Mata pria itu menghunus tajam setelah mendengar ucapan istrinya.
"Sudah berapa kali aku bilang, aku gak selingkuh!!! Jio cuma sahabat aku dari kecil."
"Bentuk persahabatan macam apa yang saling mencintai, Vira?" Dewa sedikit memiringkan kepalanya, "kamu pikir aku gak tau surat berisi puisi cinta sialan yang pernah kamu bikin buat Jio sebelum bersamaku? Atau sebaliknya Jio yang memajang banyak foto kamu di kamarnya walau kamu udah jadi milikku, hm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil Boyfriend [✔]
RomanceDira tidak tau kalau menyatakan perasaan pada Jeno, sama dengan dia yang menyerahkan diri secara langsung ke neraka sebuah hubungan.