Buket bunga tulip putih digeser ke arah gadis yang duduk di depannya. Dira melirik orang itu, meraih buket bunga yang sering ia terima dari pria ini beserta satu surat. Menghirup sekilas tulip itu sebelum fokus menatap orang di depannya."Kak Doyoung kapan balik ke Jakarta? Dateng tiba-tiba pas aku pulang tadi," ujar Dira menyeruput taro milk tea miliknya.
Doyoung tersenyum tipis. "Udah lama, tapi baru sekarang gue nemuin lo."
Sekarang mereka berdua berada di salah satu kafe terdekat yang tak jauh dari tempat kerja Dira.
"Kak Ara tau tentang ini?"
Doyoung diam, menunduk sekilas sebelum berdehem menanggapi.
"Sebenarnya gue dateng pas hari kedua acara resepsi om Dewa sama tante Deya, dan denger lo juga di sana. Tapi pas gue bener-bener sampai, lo udah pulang duluan," katanya.
Kali ini yang terdiam Dira, lagi-lagi ia mengingat malam terakhir di Lombok. Bertengkar dengan Teo dan Tiara, serta satu tamparan sebagai hadiah tambahan.
"Gue gak bakal nanya apa yang terjadi, karena diliat dari ekspresi murung lo udah jadi jawaban untuk gue," lanjut Doyoung menyesap sedikit es tora cafenya.
Ini yang Dira rindukan dari Kakaknya. Doyoung memahami betul situasinya dan tetap peduli padanya bagaimanapun keadaannya sekarang. Sebuah kekehan kecil tiba-tiba keluar dari bibir Dira membuat Doyoung mengernyit bertanya.
"Kenapa?"
"Cuma kangen sama momen ini."
"Hm ... hal yang sama gue rasain."
"Kalau gitu jangan pernah pergi lagi. Kak Doyoung punya peran penting buat aku ... dan Kak Ara."
Doyoung menghembuskan napas kecil, bersandar pada punggung kursi sambil melipat kedua tangannya.
"Gue tau, harusnya gue luangin waktu buat ada di samping kalian. Tapi gue gak bisa. Dengan kerja jauh dari rumah, bisa buat gue terhindar selintas sama bayangan keluarga yang hancur ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil Boyfriend [✔]
רומנטיקהDira tidak tau kalau menyatakan perasaan pada Jeno, sama dengan dia yang menyerahkan diri secara langsung ke neraka sebuah hubungan.