Baca doang, tapi kagak pernah ngevote =)
Jeno menghembuskan napas kasar. Menatap bangunan besar dan mewah di depannya dari dalam mobil meskipun sedikit samar karena air hujan mulai mengguyur kota.
Belum hilang emosinya tadi, sekarang malah bertambah karena terpaksa datang ke rumah yang baginya neraka ini. Ya, mansion keluarga Aldivaro. Rumah papanya.
Sebenarnya dari kemarin, Taeyong dan Jevran sama-sama menyuruhnya ke sini. Entah akan membahas apa, yang ia tahu, rasa sedikit gelisah dan emosi kesal seakan sedang memerangkapnya sampai sekarang.
Menaiki undakan tangga, Jeno menoleh sinis ke para bodyguard yang sedari tadi mengikuti mobilnya dari belakang, mengawalnya hingga benar-benar menginjakkan kaki di rumah ini lagi. Entah darimana mereka muncul, datang-datang sudah menyerkap mobilnya menuju kemari.
Tsk. Sialan, umpat Jeno dalam hati.
Dengan wajah babak belur dan menahan nyeri pada bagian perutnya, Jeno memasuki mansion keluarga Aldivaro. Menyadari ada beberapa perubahan pada rumahnya, terlihat lebih hangat, tak sedingin dulu.
Jika dulu mansion selalu hening dan sunyi seperti tak ada kehidupan setelah Vira dan Dira meninggal. Kini beberapa maid terlihat berkeliaran, tampak sibuk dengan pekerjaan masing-masing, obrolan dan gelak tawa mulai terdengar jelas di telinga Jeno ketika makin dalam menyusuri mansion.
"Lo dateng."
Bukan pertanyaan tapi sebuah pernyataan berasal dari cewek berambut sebahu yang berdiri beberapa meter di depannya. Satu alis Jeno menukik kecil, teringat kalau ia memiliki saudara dan ibu tiri lagi.
Ryujin menatap datar cowok itu, berjalan mendekat lalu mengernyit melihat banyak lebam di wajah Jeno. Lukanya masih segar hanya beberapa sudut yang darahnya sudah sedikit mengering.
"Habis ngapain lo sampai kayak gini?" tanya Ryujin dengan nada jutek seperti biasa.
Walaupun mereka sudah terikat sebagai keluarga, Ryujin masih menyimpan rasa tidak suka pada Jeno. Ya, kalian tau lah alasannya apa ... kelakuan cowok itu.
"Sekarang lo coba jadi keluarga yang peduli hm," balas Jeno tak minat.
Ryujin mendecih kecil. "Terserah apa yang mau lo bilang."
"Gak guna," gumam Jeno malas, berjalan melewati cewek itu.
Baru saja lima langkah, suara wanita yang kini menjadi nyonya di mansion ini menyapa gendang pendengarannya, membuat langkah cowok itu terhenti lagi.
"Astaga! Wajah kamu kenapa Jeno?!?!" ucap Deya penuh kekhawatiran. Menuruni undakan tangga tergesa-gesa, mendekati cowok itu.
Jeno mendengus. Kedua perempuan ini sama saja.
"Siapa yang ngelakuin ini ke kamu???" Deya kembali bertanya, ingin menggapai wajah Jeno tapi cowok itu cepat menepis pelan tangannya. Terlihat begitu terganggu dan tak suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil Boyfriend [✔]
RomantizmDira tidak tau kalau menyatakan perasaan pada Jeno, sama dengan dia yang menyerahkan diri secara langsung ke neraka sebuah hubungan.