Insiden

66 13 10
                                    

Hujan rintik rintik itu mengingatkanku pada seseorang.

Keadaaan semakin gelap dan udara dingin semakin terasa, Namun aku masih disini.
Rasa penasaranku membuat aku mengawasi tempat ini.

Tubuhku sudah basah kuyup
dan Hipotermia.
namun aku tak menemukan apapun.
Aku mengelilingi rumahnya untuk memastikan.

Jujur,firasatku buruk tentang ini.
Aku merasa ada sesuatu yang janggal dari alibi nya.

Lalu,kuputuskan untuk menelpon Vira.
Namun,dia tidak menjawab.
Setelah tujuh kali aku menelponnya,akhirnya dia menjawab.

"Halo?
Maaf saya menelpon malam malam.
Jika diperkenankan saya akan menemani anda sampai pelaku tertangkap."

Kataku ,berusaha memperjelas kata kata ku.

"Halo bu Zara.
Sebelumnya saya sudah jelaskan saya tidak tahu apa apa atas kejadian lusa,
Dan saya sudah menjelaskan bahwa saya tidak melihat pembunuh itu Bu.
Terimakasih.."

Ucap nya dengan suara bergetar lalu panggilan pun terputus sebelum aku sempat menjawab penjelasannya.

Aishh...
Mendengar penjelasannya membuat aku semakin curiga.
Tak ada cara lain,aku harus masuk kerumah nya.

Aku pun mengetuk pelan pintu rumah itu,namun tak ada jawaban.
Perlahan ku buka pintu nya,ternyata dia tidak mengunci rumahnya.

Dugaanku benar.
Aku melihat dia sudah tergeletak di ruang tamu.
Aku pun buru buru menelpon Tim ku untuk kembali lagi kesini.

Ketika aku periksa, nadi nya sudah tidak berdenyut lagi.
Dia tewas.

Rumah ini benar benar kedap suara.
Aku sampai tak mendengar suara apapun saat dia dibunuh.

Dugaan ku tentang Pelaku yang akan kembali ke TKP.
Dan membunuh saksi yg melihat kelakuan jahat nya.
Benar benar terjadi.



PRANGGGGGGG





Bunyi itu berasal dari dapur,
Apakah pelaku nya masih bersembunyi?
Aku tidak akan membiarkan kau bersembunyi kali ini.

Aku mencoba beranjak pergi menuju dapur,namun tiba tiba ada yang memanggilku.

"Rara!!!!"

Dan ternyata itu Hilma.
Aku pun mengisyaratkan untuk memelankan suara nya.

"Kenapa kamu disini?"Tanya nya.

"Lihatlah Vira tewas karena kelalaian kita, Dia dibunuh."kataku sedikit berbisik.

"Tapi dia sudah mengklaim bahwa dia bukan saksi yang melihat kejadian itu." Ucapnya dengan dingin.

"Dasar tak punya hati.
Kenapa kamu malah datang lebih cepat dari yang lain?"kataku dengan nada curiga.

"Aku mengikutimu."Ucapnya datar.

"Diam dan jaga Vira disini sampai yang lain datang.
Lalu Olah TKP segera.
Aku akan menangkap bajingan itu"kataku sambil berlalu..

Aku tidak memperdulikan ocehan dia yang mencegahku pergi.

Aku melihat kaca jendela nya hancur jatuh berserakan di lantai.

Aku kembali ke ruangtamu dan pergi melalui pintu depan.
Tanpa menghiraukan keberadaan Hilma.

Pembunuh itu hanya meninggalkan jejak kaki nya.
Bagusnya,Jalanan disini tidak beraspal jadi aku hanya mengikuti kemana jejak kaki pembunuh itu pergi.

Dengan sigap aku melihat keadaan sekitar.
Ternyata Pembunuh itu lari ke hutan.

Aku melihat seseorang yang tengah kelelahan.

Memakai Hoodie berwarna Abu dan celana Jeans hitam.
ada topi dikepala nya dan ia memakai Masker.

Tapi bukan itu yang menjadi pusat perhatianku.

Senjata Api yang ada di tangannya yang membuat aku curiga.

Apakah itu Kau Pembunuh Berantai?

Dia membawa Senjata,
Namun Vira terbunuh karena di cekik.

Ck,

Lelucon macam apa ini?

Aku hanya bergumam sendiri.

Ketika selangkah lagi aku menghampirinya,dia menyadari keberadaaanku rupanya.

Lalu dia menatapku dan mencoba untuk kabur.

"BERHENTI!!
DIAM DI TEMPAT!!!!!!"

Teriakku sambil menembakan tembakan peringatan ke udara.

Dia berhenti dan sedikit menurunkan senjata nya.

Aku menangkapnya dengan tanganku.
Awalnya dia tidak melakukan perlawanan.

Namun,
Saat aku ingin memborgol tangannya.

Dia mendorong ku dengan keras Sampai aku terjatuh ke bawah.

Untungnya tanganku dapat meraih ranting pohon yang ada di pinggiran tebing ini.

Belum saja aku mengintrogasi nya dia sudah membuatku terjatuh seperti ini.

Sepertinya ini yang menjadi alasan kuat bahwa orang itu yang membunuh Vira dan korban sebelumnya.

Kulihat diatas sana si Pembunuh itu melihat ke arahku.

SIALLL!!!!!!!!

Dia berusaha menembakku.

Aku menghindari peluru yang ditembakkan dia.

Aku melakukan serangan balik menembaknya.

Namun dia dengan cepat menghindari seranganku.

AISHH

dia benar benar lihai.

Aku tak bisa melihat mata nya karena tertutup topi yang dipakainya.

Tenagaku sudah mulai terkuras karena tembak menembak dan bertahan agar tidak terjatuh ke bawah.

Namun,dia berhasil menembak ranting peganganku.
dan aku pun terjatuh ke bawah.

BUGGGH!!!!!"

Aku mendengar suara jatuhnya badanku sendiri.
Aku terjatuh ke tanah dengan keras.

Dan kesadaranku mulai hilang.

Summer Rain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang