Antara Aku, kamu dan Tugas

40 6 4
                                    


Setelah di rawat selama dua minggu, akhirnya ia pun terbangun dari tidur panjangnya.
Samar samar dia melihat seseorang yang tengah tertidur pulas di dekatnya.
Dengan tangan yang masih menggenggam Zara,
Seseorang itu masih berseragam lengkap khas Angkatan Laut.
Mungkin ia tidak sempat berganti baju dan langsung kesini pikir Zara.

Setelah bertahun tahun tidak bertemu dengannya.
Ia melihat kedewasaan pada sosok yang di depannya ini.

"Aa?" panggil Zara dengan suara yang kelewat pelan.

Merasa dipanggil, seseorang itu pun terbangun dan mengucek mata nya.
Ia melihat Zara tengah menatapnya.
Melihat Zara siuman,sontak seseorang itu langsung menarik Zara ke pelukannya saking bahagianya.

"Udah berapa lama gue disini??"
Tanya Zara yang masih dalam dekapan yang ternyata kakak nya itu.

"Dua minggu, sayang" Ucap leon tak lepas dengan senyumnya.

Leon pun melepaskan pelukannya.

"Tumben aa pulang?" Tanya Zara.

"Denger sesuatu yang terjadi sama rara. Aa khawatir lalu Izin cuti dan alhamdulilah di izinin."
Jelas Leon.

"Gak akan ke perbatasan lagi?"
Tanya Zara lagi.

"Nanti kalo selesai cuti, balik lagi kesana."

" oh"

"Dingin amat sih adikku ini huuh"Ucapnya sambil mencubit pipi Zara.

Leon lantas mengambil makanan dan hendak menyuapi Zara.
Namun Zara menggeleng.
"Kan udah gede.Aa perlakuin rara kayak anak kecil aja..."
Ucap Zara sambil mengambil sendok yang ada di tangan Kakaknya itu.

Leon pun hanya menanggapinya adik nya itu dengan senyuman.
Leon dirgantara adalah satu satunya kakak sulungnya Zara.
Dia sangat menyayangi Zara bak mutiara di telapak tangannya.
Ia berusaha menahan Zara untuk tidak bergabung di kasus yang ini khususnya.

Leon tahu Zara sangat terluka baik fisik ataupun psikis karena tersangkanya itu tak lain ialah teman dekat nya sendiri.
Sebenarnya ia mengetahui hal ini dari teman satu tim nya Zara.
Namun ia sebisa mungkin menyembunyikan hal ini pada Zara.

"Udah makannya?" Tanya Leon

"Udah"

Leon pun menekan bel khusus yang di gunakan untuk memanggil dokter ke kamar pasien.

"Aa ganti baju dulu ya?
jangan kemana mana, nanti dokternya datang" Ucap leon.
Setelah itu ia pun pergi berlalu.

Zara tidak menjawabnya.
Ia sedang berfikir atas kejadian yang menimpa nya.
Ia melihat dengan jelas waktu itu Zidane lah yang menyerangnya.
Ia masih tidak menyangka akan hal itu.

"ARRGGGGGHHHH!!!!!

Ia memukul mukul dadanya karena merasa sesak dengan kenyataan yang harus dihadapinya.
Rasa kecewa, sedih , sakit dan marah berpadu menjadi satu dihatinya.

Merasa geram, ia pun mencabut selang infus yang menempel rapi ditangannya.
Lalu membuka paksa alat pernafasan yang menempel di hidungnya.

Ia hendak keluar dari kamar.
Namun ketika ia membuka pintunya dihadapannya sudah ada banyak orang yang hendak menjenguk nya.

Dilihat nya ada Devina yang membawa paket buah buahan dengan ekspresi bingungnya.
Lalu Azka dan Rey yang membawa buket bunga peony blue.
Dan juga Aji, komandannya yang kini tengah menatap nya dengan heran.

Mereka heran melihat bercak darah di tangan Zara.
Melihat hal itu, Rey dengan cepat berjongkok lalu mengusap darah di tangan Zara dengan tissu.

Zara pun hanya menatap nya tanpa ada ekspresi apapun.
Yang lainnya pun menghembuskan nafas lega melihatnya.

Summer Rain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang