Penyelidikan yang sedang dilakukan Zara dan rekan rekannya masih berada di jalan buntu.
Dia kembali lagi ke tempat dimana yang di duga sebagai saksi itu terbunuh.
Dia sedang mencari bukti akan hal itu.Zara membuka pintu itu perlahan. Dia kembali teringat pada hari itu. Jelas ada yang salah.
Vira, Gadis SMA itu menjawab pertanyaannya dengan cepat dan suaranya agak bergetar.
Mungkin kah waktu itu dia sedang berada dalam bahaya.
Mungkin pelaku mengancamnya untuk tutup mulut.
Namun menurut nya Vira bukanlah orang yang pandai dalam hal menutupi kebohongan pikirnya."Cari sesuatu yang kemungkinan itu adalah petunjuk untuk menemukan pelaku.
Jika kita tidak menemukan apapun disini, Maka kita akan mencari bukti di tempat dimana saya dan pelaku bertemu!."
Ucap Zara pada rekan rekannya.
"Siap Bu!." Jawab rekan rekannya.Zara sedang mengingat lagi kejadian itu. Ia mencurigai seseorang yang terlibat dalam kasus pembunuhan Vira.
Namun dia masih ragu.
Tidak baik menuduh orang tanpa ada bukti nyata pikirnya.Dia tidak menemukan apapun tentang pelaku. Ia heran dengan keadaan tempat ini yang membuatnya semakin rumit.
Malahan tempat ini tidak memiliki kamera pengawas.
jarak antara rumah pun sangat jauh. Beberapa meter dari sini adalah hutan belantara.
Sangat cocok bagi pelaku untuk melarikan diri setelah melakukan perbuatannya.
Ini tidak bisa disebut sebagai rumah namun lebih cocok menyebutnya Villa.
Ini seperti rencana yang telah di dibuat sedemekian rupa.
Tak ada kamera pengawas, suasana sepi dan hutan belantara. Ini adalah tempat yang sempurna untuk melakukan pembunuhan pikirnya.Namun....
Bagaimana mungkin tak ada jejak sama sekali.
Bahkan menurut hasil autopsi tim Forensik ,mereka tak menemukan sidik jari pelaku.
Hanya luka lebam dan goresan karena tekanan yang berasal dari material besi. Mungkin dia tidak secara langsung mencekik nya dengan tangan kosong.
Mungkinkah dengan tongkat atau bisa jadi rantai pikirnya.Setelah mencari ke ruangan demi ruangan, dia tak menemukan apapun.
"Aishh!!!!"
Ia mengacak rambutnya karena kesal.Namun samar samar teman satu timnya berteriak dari arah dapur. ia pun segera menuju ke sana.
"Saya menemukan sesuatu!" seru temannya yang bernama Adi itu.
Adi menyerahkan toples kue yang cantik berwarna warni itu pada Zara. Namun didalamnya bukanlah kue melainkan sebuah buku berwarna biru bergaris garis.Zara mengamati buku itu lekat lekat lalu dia pun membaca nya.
Di diary itu menuliskan tentang kehidupan sehari hari si penulis.
Namun semakin kesini emosi si penulis itu tidak karuan ketika ia bercerita tentang Ayahnya.
Ada ungkapan senang, sedih dan juga marah.
Di diary itu juga Zara melihat perkataan penulis yang ketakutan akan suatu hal."Ayah tidak seperti itu!!!!
Ayahku tidak bersalah!!!!
Aku akan menyelamatkan ayah."Zara mengernyitkan keningnya ketika membaca nya.
Lalu dia kembali membaca buku itu. Lalu di halaman terakhir hanya ada kata kata. Namun Zara tidak mengerti arti dari kata kata itu.
"Ini bukan bahasa indonesia.
Sepertinya ini menggunakan bahasa jerman.Coba terjemahkan!." Ucapnya pada pria pemilik bulu mata lebat yang ada di sampingnya.
yang tak lain ialah Fero.
Kebetulan Fero adalah blasteran Indonesia-Jerman."Siap! Kata kata ini artinya : Penjahat itu adalah Dokter yang pernah mengoperasiku" Ucap Fero.
Pelaku nya Seorang Dokter??
Pikir Zara."Baik. Kita harus mengklarifikasi hal ini pada keluarga korban!" Ucap Zara yang dijawab anggukan oleh teman teman satu tim nya.
Setelah membereskan ruangan yang tadi berantakan karena pencarian, mereka pun pergi dari tempat itu.
Zara menghirup nafas lega, Akhirnya ada titik terang dari kasus ini meskipun hal ini belum pasti kebenarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Rain [END]
Romance"Dalam menghadapi musuh, tak ada yang lebih mengena daripada senjata kasih sayang. _Cut Nyak Dien_ Ini cerita yang baru saya publish. Saya cuma penulis amatiran yang masih harus banyak belajar banyak hal. Cerita ini mengandung kekerasan dan bahasa...