04. Ukiran Mawar

492 72 16
                                    

Badai datang, guntur beradu bunyi, empat gadis didalam gereja ketakutan, terutama Winter, ditambah kini suhu tubuhnya meningkat drastis, dia demam. Karina tak tahu harus berbuat apa.

"Winter, sabar ya. Nanti pagi, kita cari cara buat ngobatin luka dan demam lo." parau Karina sedih.

Mengangguk kecil, Winter mengeratkan pelukan pada lengan Giselle agar tubuhnya menghangat, semoga ini bisa membantu.

Sedangakan, sekumpulan lelaki disana tengah merundingkan satu hal, hal aneh pada kematian Yedam.

"Lo bilang, nemuin mayat Yedam. Dimana?" tanya Mashiho penuh selidik.

"Di pohon besar, gue gak begitu tahu dimana pastinya. Semua tempat ini terlihat sama, yang jelas gue liat Yedam sama Jihoon." jawab Hyunsuk apa adanya, seakan tak peduli padahal dia sangat peduli.

Hanya tak ada niatan kembali membahas temannya yang sudah tiada, tapi biar bagaimanapun, hal ini harus tetap diselidiki. Ukiran mawar dilengan Yedam menyatakan dia mati dibunuh, bukan bunuh diri.

"Hyunsuk bener, gue sama dia waktu itu. Gue juga ngerasa ada kejanggalan pada kematian Yedam." setuju Jihoon.

Semua sibuk dengan pikiran masing-masing, ini cukup rumit, mungkin kematian Junghwan terdegar lebih masuk akal dari pada Bang Yedam, karena percayalah Yedam adalah lelaki kuat yang tak patah semangat, dia selalu optimis dan konyol.

Apa mungkin pikirannya sedangkal itu sampai melakukan bunuh diri?

Dah ukiran mawar di lengannya nampak tak masuk diakal.

"Satu lagi." Hyunsuk berusaha mengingat-ingat, menundukkan kepala cukup dalam. "Didekat mayat Yedam, gue nemuin kata The End - C, didaun ditulis dengan darah."

"Jadi menurut lo, darahnya hasil sayatan dari ukiran mawar itu?" timpal Doyoung yang sedari tadi diam.

"Tapi, kalo iya. Setahu gue, Yedam itu gak begitu jago di seni ukir. Masa iya dia ngukir bunga rumit, dilengan. Lagian pake apa coba selain pisau ukir?" Jaehyuk berpendapat.

Semua setuju.

Ada benarnya juga, Yedam memang memiliki jiwa seni, tapi bukan dalam hal mengukir, melainkan dalam bidang musik.

"Menurut gue, kalo begitu teorinya.." Asahi mulai mengemukakan pendapat, menyita perhatian semua orang. "..Yedam gak mungkin bunuh diri, ada orang yang sengaja bunuh dia. Orang yang jago dalam seni ukir."

"Maksud lo apa?" entah kenapa, Jihoon menyauti Asahi dengan nada bicara yang dinaikkan, padahal lelaki Jepang itu berbicara santai. "Jadi, pembunuh Yedam itu ada diantara kita, gitu?"

"Gue gak tahu gimana pikiran kalian, tapi semua bukan gak mungkin." entang Asahi, menyandarkan tubuhnya pada tembok dan memejamkan mata sejenak.

Hembus nafas berat terdengar, ternyata mereka baru menyadari, benar kata Yoshi.. Menyelesaikan persoalan matematika itu mudah, karena berteori seperti ini justru sangat sulit.

Keheningan datang kembali, kepala mereka seakan ingin pecah.

"Pulau ini, gak berpenghuni. Gak ada satupun bekas rumah warga, cuma tersisa gereja ini." gumam Giselle terhayut dalam pikiran. Cara bicara membuatnya jadi pusat perhatian. "Hal ganjil karena hanya ada gereja disini, lalu.. Siapa yang rela datang ke tempat ini demi ke gereja?"

Bulu kuduk Ningning begidik ngeri, dia menyilangkan tangan didepan dada, menggosoknya perlahan. "Kenapa gue ngerasa, gereja ini dibangun bukan untuk maksud baik?"

"Ada sekte yang membangun gereja ini untuk maksud tertentu.. Ritual." timpal Giselle lagi.

Arah pembicaraannya makin tak jelas.

[✅] Psychopath In Between [17+] // Treasure ft. AespaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang