"Ada yang lebih pilu dari kasih yang semu. Bukan purnama yang tertutup awan kelabu. Tapi menunggu centang dua abu-abu menjadi biru."
~Risa Zazasya~
Bukan hanya hewan yang bisa berkamuflase. Tapi manusia juga. Ada yang terlihat seperti sahabat sejati. Menghiburmu setiap kali kau terluka, mendengarkan ceritamu, menemanimu dalam setiap situasi. Padahal sebenarnya di belakangmu dia sedang tertawa keras. Menertawakan betapa bodoh dan menyedihkannya dirimu. Ada yang bersikap layaknya cinta sejati. Memberimu kebahagiaan lebih dari siapa pun. Namun sebenarnya dia hanya sedang menyiapkan siasat untuk membuatmu jatuh sejatuh-jatuhnya, untuk membuatmu terluka begitu dalam hingga tidak ingin lagi mengenal dunia. Ada yang bersikap seakan-akan dia adalah orang paling bahagia di dunia. Tiada satu hari pun dia meneteskan air mata. Dia selalu tertawa tanpa beban. Padahal sebenarnya selama ini dia hidup berteman luka. Dia tertawa bukan karena bahagia, melainkan untuk terlihat bahagia.
Dan Risa adalah salah satu dari mereka. Gadis yang sangat mencintai seni melukis itu telah memakai begitu banyak topeng dalam hidupnya. Dia selalu tertawa tanpa beban, seolah-olah dia adalah orang yang paling bahagia. Namun kenyataannya dia hanya mencoba untuk terlihat bahagia. Jujur, sekali saja dia ingin bisa menangis di hadapan banyak orang. Dia ingin menunjukkan betapa rapuhnya ia. Kendati demikian dia tidak pernah bisa.
Menghela napasnya pelan, Risa berjalan memasuki area sekolah dan seketika mendapati Aiden yang baru saja keluar dari mobilnya yang berbeda dengan kemarin. Ah, dasar orang kaya! Perihal mobil saja harus gonta-ganti setiap harinya.
Risa tersenyum cerah lalu berlari menghampiri Aiden yang kini melangkah menuju kelasnya. "Selamat pagi," sapanya pada laki-laki itu. Namun Aiden sama sekali tidak menanggapi.
"Makasi ya untuk kemarin," ucap Risa. Gadis itu berterima kasih karena kemarin Aiden telah mengantarnya. Namun sekali lagi Aiden tidak menanggapi. Laki-laki itu terus saja melangkahkan kakinya dengan memasang wajah yang super duper dingin.
"Cuek banget sih jadi orang!" Risa mulai menggerutu di sebelah Aiden. "Jangan kebiasaan cuek sama gue. Nanti sayang loh."
"Mustahil!" Aiden membalas dengan tajam tanpa menghentikan langkahnya. Dia bahkan enggan untuk sekedar menoleh pada gadis itu.
"Iya, mustahil enggak terjadi kan maksudnya?"
Aiden berdecak mendengarnya. Dan kini dia menyesal karena tidak datang bersama Alga. Jika saja dia datang bersama Alga maka dia tidak perlu berhadapan dengan Risa. Sebab laki-laki itu selalu bisa mengusir Risa bahkan hanya dengan tatapannya. Kala Galih, Darren, dan Samudra hanya memasang wajah datar setiap kali Risa mendekatinya atau Jonathan dan Andra yang malah berada di pihak Risa, maka Alga adalah satu-satunya yang ingin menyingkirkan Risa dari hadapan Aiden.
Aiden masih sangat ingat bagaimana cara Alga mengusir Risa. "Pergi atau gue tebas kepala lo!" bentak Alga suatu hari saat Risa mencoba mendekatinya. Dan benar saja, Risa langsung pergi. Namun sayang, hari ini tidak ada Alga di sisinya. Entah laki-laki itu sudah datang ke sekolah atau belum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Right
RomanceRisa mencintai Aiden. Sangat mencintai Aiden. Namun sayang, Aiden terlalu dingin untuk memahami setiap kata cinta yang Risa utarakan. Risa berusaha untuk membuat Aiden mau membuka hati dan membalas cintanya. Namun sekuat apa Risa berusaha sekuat it...