"Dia adalah langit. Sosok megah yang nyatanya lemah. Sosok yang siap menghempaskan hujan jutaan kali tanpa setitik pun rasa bersalah."
◇Love Me Right◇
Happy Reading
Seorang laki-laki berjalan memasuki rumah sakit. Dia memakai kaus berwarna merah yang dibalut dengan jaket hitam berlambang burung rajawali di bagian punggungnya. Celana panjang berwarna hitam membalut sepasang kaki jenjangnya yang juga dilengkapi sepatu hitam. Sebuah jam tangan melingkar di tangannya dan pastinya jam tangan itu bukanlah barang murahan yang dapat ditemukan di pasar. Ada sebuah kamera di tangannya yang seolah menunjukkan bahwa itu adalah ciri khasnya. Aiden Wiranugraha namanya, sosok laki-laki yang begitu dingin hingga membuat semua orang mengelus dada setiap kali terlibat pembicaraan dengannya. Sosok yang bahkan rangkaian kata panjang lebar yang kau utarakan hanya akan dibalas dengan satu kata olehnya. Sosok yang butuh lebih dari sekedar amarah membara yang senantiasa kau tujukan untuknya. Sosok yang hanya membutuhkan sedikit kehangatan, sedikit kehangatan yang akan membuatnya menyadari bahwa jauh di dalam lubuk hatinya yang terdalam dia juga memiliki kehangatan.
Sepasang kaki jenjangnya masih setia melangkah. Netra cokelat gelapnya yang tampak pekat seakan-akan menyiratkan betapa banyaknya beban yang ia emban di setiap bungkamnya. Alasan dia datang ke rumah sakit ini bukanlah untuk berobat. Bukan juga untuk menjenguk sanak saudara ataupun sahabatnya. Melainkan untuk mengabadikan beberapa titik rumah sakit ini. Terdengar aneh memang. Bahkan dia juga merasa aneh pada dirinya sendiri. Entah kenapa dia merasa bahwa dia akan menemukan angle yang indah di rumah sakit ini.
Ia masuk semakin dalam, menelisik setiap sudut rumah sakit itu. Tidak ada satu titik pun yang tak tersapu oleh tatapan tajamnya. Di setiap langkahnya dia masih setia berharap bahwa dia akan menemukan satu titik paling indah. Begitu indah hingga kamera di tangannya juga akan terpana. Dan ya, harapannya tidaklah mengecewakan. Dia menemukan sesuatu yang begitu indah. Ah, bukan sesuatu. Melainkan seseorang.
Di sana, di sebuah taman yang ada di rumah sakit itu. Ia melihat seorang gadis yang tengah duduk di kursi rodanya, tertawa begitu riang. Seakan-akan dia adalah orang yang paling bahagia di dunia ini, dan entah kenapa tawa gadis itu begitu indah baginya. Tidak pernah dia melihat yang seindah itu.
Aiden mengangkat kameranya, membidik tepat pada gadis itu. Dan ya, dia berhasil mengabadikan tawa riang gadis itu. Aiden terpukau. Namun kali ini ia terpukau akan hal yang berbeda. Jika biasanya ia terpukau pada hasil bidikannya yang selalu sempurna, maka kali ini ia terpukau pada gadis itu. Pada bagaimana indahnya gadis itu. Oh, Tuhan pasti sedang sangat berbahagia kala menciptakannya.
Aiden tidak bisa untuk tidak tersenyum kala melihat tawa gadis itu yang berhasil ia abadikan dalam kameranya. Percayalah bahwa ini adalah untuk pertama kalinya seorang Aiden Wiranugraha tersenyum. Sungguh, selama ini laki-laki itu bahkan begitu kesulitan meski hanya untuk mengangkat sudut bibirnya. Namun kali ini dia tersenyum. Benar-benar tersenyum. Ah, tampaknya mulai detik ini tawa gadis itu akan menjadi salah satu hal paling berharga yang akan selalu ia abadikan.
"Cantik, ya?" tanya seorang perempuan yang entah sejak kapan ada di samping Aiden.
Aiden melirik perempuan itu sekilas lalu ia menatap pada gadis itu. Ya, gadis itu memang cantik. Sangat cantik. Kulitnya putih pucat yang membuatnya tidak terlihat seperti orang asli Asia Tenggara. Mungkinkah dia keturunan orang Jepang? Atau orang Korea? Atau orang Cina? Ah, entahlah! Aiden tidak tahu. Dan rasanya Aiden tidak perlu untuk tahu. Rambut panjang gadis itu tergerai indah menutupi punggungnya. Begitu hitam dan lebat. Jemari indahnya sesekali mengusap lembut surai anak-anak yang duduk di dekatnya. Oh, dia terlihat seperti seorang ibu sekarang.
"Iya," jawab Aiden setelah cukup puas memandangi gadis itu. Kendati dia tahu bahwa dia tidak akan pernah bisa puas memandangi gadis itu. Tidak! Sebab gadis itu terlampau indah. Begitu indah hingga siapa pun tidak dapat mengalihkan pandangannya. Tak terkecuali Aiden. Laki-laki itu juga sama, terjebak dan terpaku pada sosok indah di hadapannya.
"Tapi sayang kehidupannya tidak seindah parasnya." Perempuan itu menarik napasnya dalam-dalam, seolah-olah pasokan oksigen di dalam paru-parunya telah terkuras habis.
"Saya sudah lupa berapa kali dia keluar masuk rumah sakit ini." Tepat saat rangkaian kata menyakitkan itu mampu terucap oleh perempuan di sampingnya ingin rasanya Aiden bertanya, penyakit apa yang diderita oleh gadis itu hingga dia harus begitu sering keluar masuk rumah sakit? Namun tidak! Pada akhirnya Aiden terlalu pengecut bahkan hanya untuk mengutarakan isi hatinya. Pada akhirnya Aiden memilih untuk bungkam dan menelan habis rasa penasarannya. Kendati rasa itu telah memuncak hingga ke titik tertinggi.
"Dia kuat banget. Jauh lebih kuat dari yang saya bayangkan." Perempuan itu bersuara lagi. Namun kemudian Aiden dapat melihat mata perempuan itu yang berkaca-kaca, seolah-olah ada sejuta rasa sakit dalam setiap bulir air matanya yang hendak keluar.
Kini perempuan itu malah terkekeh. "Entah kenapa saya malah cerita ke kamu. Padahal saya sama sekali enggak tahu kamu itu siapa," katanya. Kemudian dia berlalu dari dekat Aiden dan menghampiri gadis itu.
Aiden melihat gadis itu berusaha bangkit dari kursi rodanya. Dia tampak kesulitan. Apa dia lumpuh? Ah, sepertinya tidak. Karena meskipun tampak kesulitan pada akhirnya gadis itu berhasil bangkit dari kursi rodanya. Lalu dia berlari mengejar anak-anak itu. Tawanya masih seriang yang tadi. Membuat Aiden lagi-lagi tersenyum melihat tawanya. Namun tiba-tiba gadis itu berhenti dan memegang kepalanya. Lalu sedetik kemudian ia jatuh pingsan. Anak-anak di sana memekik histeris, dan perempuan tadi mulai berlari menghampiri gadis itu. Sementara Aiden langsung membeku di tempat. Laki-laki itu merasa bahwa kejadian di depannya ini sangatlah mengerikan. Sosok yang tadinya tertawa riang kini tergeletak tak berdaya di atas rerumputan taman rumah sakit itu. Seluruh tubuh Aiden gemetar seketika. Dalam batinnya ia bertanya, kemana keceriaan yang tadi ia lihat? Kemana tawa riang yang tadi membuatnya tersenyum? Tidak ada! Semua telah sirna. Mata gadis itu telah terpejam, dan mungkin terpejam untuk selamanya.
Beberapa perawat menghampiri gadis itu. Membawanya pergi dari sana. Dan Aiden masih pada posisi yang sama. Bertanya-tanya, ada apa dengan gadis itu? Apa ini akhirnya? Apa gadis itu harus berakhir dengan cara seperti ini?
◇Love Me Right◇
Hai untuk kalian semua yang baca cerita ini! Semoga kalian suka ya😊
Kasi tahu pendapat kalian tentang part kali ini ya. Kalau ada krisar sampaikan juga ya.
Silakan beri vote dan comment sebanyak-banyaknya kalau kalian suka🌟🌟🌟🌟
Terima kasih banyak untuk kalian yang baca, vote, dan comment. Luv u all💖💖💖
Salam hangat dari aku dan mantan pacarku😉💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Right
RomansaRisa mencintai Aiden. Sangat mencintai Aiden. Namun sayang, Aiden terlalu dingin untuk memahami setiap kata cinta yang Risa utarakan. Risa berusaha untuk membuat Aiden mau membuka hati dan membalas cintanya. Namun sekuat apa Risa berusaha sekuat it...