10. Paniknya Seorang Theo

554 83 8
                                    

Istirahat kali ini Sheerin habiskan dengan menghafal rumus-rumus matematika di perpustakaan, untuk saat ini dia sangat malas untuk pergi ke kantin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Istirahat kali ini Sheerin habiskan dengan menghafal rumus-rumus matematika di perpustakaan, untuk saat ini dia sangat malas untuk pergi ke kantin. Apalagi dengan tatapan mata para siswi yang menatapnya seakan ingin memakannya hidup-hidup.

Tapi tanpa Sheerin ketahui, ada Theo yang memperhatikannya dari balik rak buku. Sheerin duduk di meja paling pojok dekat jendela, sehingga sinar matahari menerpa wajahnya.

Bisa Theo lihat bagaimana Sheerin duduk di sana, mendengus, membuang napas panjang, memukul kepalanya dengan pensil, atau memukulkan kepalanya ke meja dengan pelan. Kadang juga gadis itu menggerutu kesal karena tidak memahami rumus yang ia baca.

Dan Theo hanya bisa terkekeh pelan ayu tersenyum melihat tingkah Sheerin.

Theo menahan tangan Sheerin kala gadis itu hendak memukul kepalanya sendiri dengan tangannya.

Sheerin mendongak, menatap Theo dengan terkejut juga bingung.

"Kepalanya jangan dipukul, nanti otak lo makin gak berguna."

Gadis itu mendengus mendengar ucapan Theo, ia kesal karena Theo secara tidak langsung mengatainya bodoh dan juga kesal dengan ucapan Theo yang berubah. Tidak seperti terakhir kali mereka bertemu tadi.

"Ngapain, sih, lo ke sini?" tanya Sheerin. Dia kembali berpura-pura menyibukkan dirinya kepada buku paket matematika.

Theo dengan santai mengambil buku matematika itu, "Lo suka pelajaran matematika?"

"Engga, gue paling benci sama matematika. Matematika itu seakan musuh bebuyutan bagi gue, apalagi rumus-rumusnya itu yang seakan bikin kepala gue ngebul."

Laki-laki itu terkekeh mendengar jawaban Sheerin, "Sama, lo juga kayak rumus matematika yang gak gue pahami. Sikap lo, gue belum bisa memahami sikap lo itu.

"Tapi lo sama kayak matahari yang pusatnya seluruh tata Surya, dan lo harus tau kalau selama ini lo pusat perhatian gue."

Sheerin hanya mampu menatap Theo dengan ketidakpercayaan, ia masih perlu mencerna situasi saat ini. Apakah tadi baru saja seorang ketua gangster menggombalinya? Sial sekali! Pipi Sheerin terasa terbakar oleh api, rasanya panas. Ia berharap pipinya juga tidak memerah.

"Garing banget 'kan? Gue emang gak cocok jadi cowok yang suka baperin anak perawan," tutur Theo yang kemudian perhatiannya beralih kepada buku paket matematika tadi yang ia ambil dari Sheerin.

Sheerin berdehem, dia menyamankan posisi duduknya. "Lo emang gak pantes jadi cowok yang ngerdusin cewek, apalagi wajah sangar lo itu yang bisa buat cewek pada lari ketakutan."

Theo mendongak, menatap Sheerin. "Terus, kenapa lo gak lari?"

"Karena gue gak takut sama lo," balas Sheerin dengan dagu yang ia angkat.

Laki-laki itu menyeringai, Theo berpindah ke samping Sheerin membuat gadis itu keheranan. "Lo yakin?"

Sheerin menelan salivanya susah payah, wajah Theo semakin dekat dengannya. Apa yang akan dia lakukan? Pikirnya dalam hati.

[i] [END] You're Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang