Its okay to cry // Jakewon

3.4K 275 18
                                    


Tag : angst , hurt , comfort



_____








Yang Jake tau, adik kelas sekaligus orang yang sedang diam-diam ia cintai itu tidak pernah terlihat menangisi dirinya sendiri.

Tapi yang Jake tau, saat Jungwon mendadak ingin menonton movie dengan genre yang menyedihkan itu artinya ia sedang ingin menyalurkan emosi yang ia pendam tanpa perlu menjelaskan kenapa ia menangis.

Lima tahun saling mengenal, keduanya cukup tau permasalahan keluarga masing-masing. Jake yang merasa kesepian dan Jungwon harus hidup bersama kedua orang tuanya yang setiap malam bertengkar sampai larut pagi.

Jake pernah menawarkan tempat tinggalnya sebagai pelarian Jungwon dan ia bersyukur karena pemuda itu tidak menolak seperti yang Jake kira.

Biasanya, setiap pertengkaran itu terjadi.. Jungwon akan memberi tau Jake agar bisa menjemputnya secepat mungkin.
Dan Jake tidak peduli entah pukul berapa Jungwon membutuhkannya, ia akan segera datang.

Hari ini, Jake tau ada yang berbeda dari Jungwon.


Jujur saja, pemuda itu terlihat lelah.



"Hey, mau ke atap sekolah? " Tawarnya saat menemui Jungwon yang hanya memainkan handphone di dalam kelas.

"Ayo"

Keduanya berjalan sambil bergandeng tangan. Hari ini juga Jake mulai lebih berani untuk mengambil langkah, dirinya ingin Jungwon tau kalau Jake akan selalu ada untuk nya.

Sesampainya di atap sekolah, keduanya duduk di tepian pembatas sambil menatap pemandangan kota Seoul yang cukup menyegarkan.
Tidak ada yang memulai percakapan, tapi Jake bisa mengatakan kalau diam ini adalah diam yang nyaman.

Jake menoleh kearah tangannya sendiri saat merasakan tangan Jungwon meremas nya pelan.

Jungwon nya menangis.

Dalam beberapa detik, Jake hanya berdiam diri karena terkejut lalu langsung bergerak untuk merengkuh yang lebih muda kedalam pelukannya.

Jungwon balas memeluknya dan tangisnya makin kencang.
Tanpa sadar, Jake juga ikut menangis karenanya.

"Jake, I'm t-tired. I want to end this b-but I don't want to leave you"

Jake mengambil nafas panjang. Ia masih diam sambil mengusap pelan punggung Jungwon yang bergetar.

"Then don't. Don't leave me"

Jake tidak bisa membayangkan dirinya hidup sendiri tanpa Jungwon.
Tanpa senyuman manis yang menampilkan dimple lucu, tanpa ocehan ketus yang lebih muda, tanpa pelukan hangat saat ia merasa kesepian.

Simple nya, Jake tidak ingin hidup jika tidak bersama Jungwon.

"Gw udah berusaha Jake... G-gw berusaha bertahan di rumah buat mereka. Tapi mereka bahkan gak nganggep gw anaknya... Terus gw harus gimana? Gw gak punya alasan hidup lagi"

Jake mengendurkan pelukannya lalu menangkup pipi Jungwon lembut.
Matanya begitu sembab dan Jungwon terus menggigit bibirnya sampai berdarah agar tidak terus menerus menangis.

Jungwon nya kacau.

Dan Jake sama sekali tidak menyukai hal itu.

"Lo punya gw disini, Rumah gw selalu jadi rumah kedua lo dan bisa lo jadiin rumah utama lo. Tentang alasan hidup.. Lo pasti bakal nemuin hal itu lagi"

"G-gimana kalau enggak? "

Jake tersenyum, lalu mengusap air mata itu pelan.

"Mimpi lo jadi dokter kan? Kejar mimpi lo itu sampai lo berhasil. Hargai semua kebahagiaan kecil yang ada di sekitar lo... Semuanya gak harus sesuai keinginan kita kan? Jadi lo harus bisa nerima yang dateng pasti bakal pergi"

Jake kembali membawa Jungwon ke pelukannya.

"Lo hebat. Jungwon kuat banget udah bertahan sejauh ini... Tapi kita masih harus berjuang. Dunia itu keras Won, tapi lo harus lebih keras lagi supaya bisa bikin tunduk dunia"

Jake masih bisa merasakan kalau Jungwon menahan tangisnya terus menerus.

"You don't have to hold back the crying. Let the tears come out once in a while for good"


Baru setelah sepuluh menit, Jungwon akhirnya berhenti menangis.
Keduanya kini sedang duduk sambil memeluk satu sama lain di salah satu kursi.

Jungwon menempelkan kepala di bahu Jake dan tangan Jake memeluk erat pinggang Jungwon.

"Maaf.. Gw lagi emosional banget tadi"

Jake tidak berpikir dia kali untuk mengecup pelan pucuk kepala Jungwon.

"Gak papa. Lo gak harus selalu kuat apalagi didepan gw"

Tangannya kini beralih untuk menggenggam tangan kecil Jungwon.

"Jungwon..... let me to take care of you all my life"

Yang lebih muda menatapnya terkejut. Ia sedikit menjauhkan jarak nya dari Jake sambil memproses apa yang baru saja ia dengar.

"No.. Ah i mean.. Sorry, no" Kata Jungwon gelagapan.

"Kenapa? "

"Gw udah terlalu lama repotin lo Jake. Gw gak bisa biarin seumur hidup lo cuma jagain gw.. Buat apa?"

Dengan itu, Jake mengecup bibir yang lebih muda dengan cepat.
Cukup untuk membuat nya diam membeku.

"Karena gw cinta sama lo. Dipikir semua yang gw lakuin cuma karena kasihan? Enggak Won.. Orang kasihan pun gak akan seniat gw"

"S-sejak kapan? "

Jake tersenyum lembut sebelum menjawab.

"Akhir tahun lalu. Pas gw kena panic attack dan lo dateng di waktu yang tepat, gw kira tuhan emang menjadwalkan kematian gw hari itu... Tapi enggak"

"Tuhan malah datengin lo sebagai perantara nya buat nyelamatin hidup gw"

Jungwon tersenyum lembut karenanya. Ia mendekat ke arah Jake, mencuri kecupan kecil di bibirnya lalu menjauh lagi.

"Kalau gitu... Kita bisa jaga satu sama lain? "

Jake yang sudah sadar kembali dari rasa terkejut langsung memeluk Jungwon erat.

"Kita jaga satu sama lain"










.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jungwonie [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang