Jungwonie hyung // Wonki

3.4K 247 7
                                    


Tag : light angst



_____






Ni-ki rasa akhir-akhir ini rasa rindunya pada keluarga semakin tinggi. Dulu ia masih bisa menahan rindu, tapi kini setiap malam setelah ia menelpon sang ibu pasti saja pemuda itu menangis.

Ia sadar pada member pun berusaha sebaik mungkin untuk membuat nya merasa nyaman, aman dan bahagia.
Mereka, terutama Leader Jungwon benar-benar membantu Ni-ki untuk menjadi lebih baik.

Tapi nyatanya, Ni-ki tetap merasakan rasa kesepian itu.

Itu sebabnya akhir-akhir ini pemuda kelahiran Jepang tersebut lebih sedikit berbicara, fokus pada latihan sebagai pelampiasannya.
Ia akan berhenti berlatih jika salah satu member sudah menarik paksanya pulang.

Setiap mereka memakan santapan Jepang, rasanya Ni-ki ingin menangis lagi. Ia rindu masakan sang ibu, jahilnya sang ayah dan ocehan emosi kakaknya.
Ni-ki benar-benar merindukan mereka dan ia tidak sanggup lagi untuk menahan tangis.

Dengan itu, ia berlari dari ruang tengah mereka menuju dapur.

Jungwon adalah satu-satunya yang ada di dorm selain dirinya dan Ni-ki percaya jika Jungwon pasti bisa membantu nya.

"Hyung"

.....




Jungwon sedang mengiris hati-hati pada buah yang hendak ia jadikan salad. Sengaja membuat cukup banyak karena ia tau Ni-ki juga menyukai camilan ini.

Semuanya tetap terasa tenang sampai ia mendengar langkah kaki yang begitu cepat menuju dapur, lalu ia menemukan Ni-ki yang sedang menatapnya sambil menahan tangis.

"Hyung"

Jungwon tidak membuang waktu lebih banyak. Dirinya langsung menghampiri adik kecilnya itu, memeluk nya dengan erat. Dirinya belum sempat bertanya karena Ni-ki sudah menangis dengan kencang.

"Sshh, tidak apa-apa. Kau memiliki aku disini, tidak apa-apa"

Jungwon mengusap pelan punggung Ni-ki yang masih bergetar.

"A-aku rindu ibu dan ayah"

Jungwon tersenyum kecil. Ia tau kalau maknae groupnya ini sedang mengalami mood yang buruk dalam seminggu terakhir.
Anggap saja Jungwon bodoh jika ia tidak mengetahui hal itu.

Dirinya tau jika setiap malam Ni-ki sering menangis. Itu sebabnya Ni-ki lebih suka tidur di ruang tengah mereka karena merasa lebih bebas untuk menangis sendiri.
Tapi Jungwon juga tau kalau Ni-ki tidak suka saat orang-orang terus saja memperlakukan nya seperti anak kecil. Meski sebenarnya, dirinya memang masih anak kecil.

Jungwon tetap memilih diam karena ia tau, pada akhirnya nanti Ni-ki tetap akan datang padanya seperti ini.

"Itu wajar, kita semua merindukan keluarga kita. Hanya saja, kau belum boleh kembali ke Jepang untuk saat ini"

Jungwon melepaskan pelukannya perlahan, Menangkup pipi Ni-ki dengan tangannya. Ni-ki masih menangis dan itu terlihat menggemaskan jika saja alasannya bukan karena rindu pada keluarga.

Dengan lembut, Jungwon mengusap air mata Ni-ki. Ia jadi ingat tentang neneknya yang selalu bersikap lembut saat dirinya menangis dulu.

"Kau akan bertemu mereka nanti. Aku akan berusaha menemukan jadwal dimana kalian bisa bertemu atau jika memang tidak memungkinkan dirimu kembali ke Jepang, kita akan coba opsi lain seperti membawa keluarga mu ke Korea"


....


Ni-ki rasa, Jungwon memang benar-benar leader yang sangat tenang. Dirinya merasa sangat nyaman saat memeluk Jungwon, itu mengingatkannya seperti saat kakaknya dulu selalu memeluk Ni-ki.

Jungwon itu lembut, menggemaskan dan juga dewasa. Ini pertama kalinya Ni-ki benar-benar memperhatikan wajah Jungwon dari dekat.
Matanya yang indah, hidungnya yang mancung, bibir kecil itu dan jangan lupakan dimple yang selalu terlihat jika pemilik nya berbicara atau tersenyum.

Ni-ki tidak bisa untuk tidak menatap kagum pada ciptaan Tuhan yang begitu indah dihadapannya saat ini.

"Hyung"

"Hmm? "

"Kau cantik sekali"

Ni-ki bisa melihat wajah yang lebih tua sedang terkejut. Benar-benar menggemaskan!

Jungwon memukul nya pelan.

"Aku ini sedang serius dengan ucapanku tadi. Kenapa malah mengganti topik huh? "

Ni-ki tersenyum. Ia bersyukur karena memutuskan untuk berbicara dengan Jungwon tentang masalah ini.

"Terimakasih, kau membuat ku jauh lebih baik"

Jungwon tersenyum lembut, mengusak rambut Ni-ki pelan.

"Kau tidak perlu selalu terlihat kuat jika hanya dengan kami, apalagi denganku. Lebih seringlah bercerita agar beban di hatimu sedikit terangkat"

Jungwon menunjuk pada dada kiri Ni-ki, lalu hendak pergi lagi jika saja Ni-ki tidak menahan pinggangnya untuk tidak pergi.

"Kenapa? "

Ni-ki menghela nafasnya panjang. Sedang memikirkan bagaimana cara ia mengungkapkan hal ini pada Jungwon.

Dengan itu, ia menarik Jungwon lebih dekat. Tubuh Jungwon memang lebih kecil darinya tapi Ni-ki tau kalau Jungwon bisa saja menendangnya dengan keras jika ia berbuat konyol hari ini.

"Aku mencintaimu hyung. Aku tidak terlalu peduli lagi jika kau mencintai ku juga atau tidak, tapi ku mohon jangan menjauhiku setelah ini"

Ni-ki berhasil mengucapkan hal itu dengan singkat, padat dan jelas.
Ia tidak berani menatap Jungwon dan mulai melepas tangannya yang dari tadi masih setia melingkar di pinggang yang lebih tua.

Karena tidak ada jawaban, Ni-ki memberanikan diri untuk menatap Jungwon yang kini tersenyum cerah padanya.

Dan kecupan kecil itu sampai di bibirnya.

"Aku juga mencintai Ni-ki"

Giliran Ni-ki yang harus memproses segala ucapan Jungwon padanya. Ia langsung menarik Jungwon lagi saat pemuda itu hendak pergi untuk mengambil salad.

Membawa tubuh kecil itu dipelukannya.

"Kau serius hyung? "

"Aku tidak mungkin bercanda jika soal perasaan"




















Kkeut

Jungwonie [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang