Ran

888 51 2
                                    

Cahaya rembulan yang adalah cahaya paling terang diantara cahaya lain seperti cahaya bintang dan cahaya lampu-lampu jalan menjadi penerang yang indah ditengah gelap gulitanya malam.

Disebuah minimarket seberang jalan yang buka 24 jam, seorang pria dengan sebuah paper bag ditangan sedang mengantri di kasir.

Pria dengan topi dan berkacamata hitam itu sedikit mencurigakan. Walaupun begitu, gerak-geriknya yang tampak normal membuat orang sekitar tidak terlalu memperdulikannya.

Tak berselang lama, giliran pria tiba. Di depan penjaga kasir yang seorang wanita, pria itu memesan sebungkus rokok yang ada tepat dibelakang sang kasir.

Beberapa waktu kemudian, pria itu kini duduk di salah satu bangku di depan minimarket sembari menghisap sepuntung rokok yang sebelumnya dia beli.

Ketika sedang menikmati asap yang berasal dari terbakarnya sepuntung rokok yang isinya penuh bahan kimia itu, pria berkacamata dan bertopi tiba-tiba dikejutkan dengan sebuah jeweran di telinga kanannya.

"Shinichi!!! Kamu merokok lagi!!" Seorang perempuan muda dengan seorang bayi laki-laki digendongan menjewer pria berkacamata dan bertopi yang dipanggil Shinichi sembari berteriak sebal.

Shinichi yang membalikkan badannya untuk melihat siapa yang memarahinya, segera membuang puntung rokoknya ke tanah dan menginjak-injaknya agar abunya mati.

"Ran?"

XxX

🗣️Shinichi

Ya... Aku memang membeli tas ini untuk Shiho dengan alasan sebagai hadiah untuk penawar obat yang sempat ia buat dan juga sebagai hadiah karena dia mau menjadi istriku.

Namun, kejadian sebelum aku pergi ke Hokkaido.... Entah kenapa rasa bersalahku bertambah besar kepadanya. Apakah aku melakukan sebuah kesalahan malam itu? Atau aku risau karena sudah mulai jatuh cinta kepadanya? Entahlah, aku belum tau jawabannya.

Tapi, ngomong-ngomong tentang benarkah aku jatuh cinta kepada Shiho? Aku merasa kurang begitu yakin. Tadi saja saat di stasiun, saat berita malam tersiar, saat melihat pria itu menyelesaikan kasus, rasa benciku kepadanya tetap ada, apakah aku belum bisa melupakannya? Sung-

"Shinichi!!! Kamu merokok lagi!!"

Siapa sih yang berani-beraninya menjewerku.

Tunggu dulu...

"Ran?"

"Selamat malam, Shinichi. Lama tidak bertemu." kata Ran yang sudah duduk di sebelahku dengan menggendong bayi laki-lakinya yang dia dan pria itu beri nama Conan.

"Eh? Ran... Wah!! Conan sudah besar ya..."

"Iya nih, dia suka sekali menyusu."

"Wajarlah itu, Ran. Oh iya, tadi kulihat di berita malam kalau suamimu memecahkan kasus bersama Detektif Mouri, apakah kamu sendirian di rumah?"

"Ah, sebenarnya kami baru datang pagi tadi dari Inggris, dan kami tidak menduga akan ada kasus yang harus diselesai-"

"Jadi kamu sendirian di rumah?"

"Tidak, tidak. Sebentar lagi ibu pulang. Jadi aku tidak sendirian lagi."

"Ah iya, orang tuamu merestui hubunganmu dengannya, ya..."

"Ya... Tentu aku direstui oleh mereka. Kalau tidak direstui aku masih sendiri sekarang."

"Ya... Kamu akan selalu sendiri jika kedua orang tuamu tidak merestui hubunganmu dengan yang lain."

"Begitulah, Shin. Oh iya, kebetulan kita bertemu disini. Aku ingin bertanya kepadamu."

"Bertanya? Tentang apa?"

"Itu... Apakah kamu benar sudah menikah?"

"Menikah? Itttu... Benar. Aku memang sudah menikah, memang kenapa?"

"Tidak apa-apa kok, hanya bertanya. Oh iya, apakah dia tidak akan marah kalau kamu disini?"

"Dia tau aku bekerja tiga hari dua malam. Tapi sekarang, baru dua hari satu malam, pekerjaanku telah selesai."

"Oh seperti itu, baiklah sepertinya perbincangan kita sampai sini saja."

"Ya... Ini sudah hampir jam setengah sepuluh, lagipula lihat... Conan sudah menguap sedari tadi."

"Selamat beristirahat, Shinichi."

"Selamat beristirahat, Ran, Conan-chan."

Detektif Conan : Kawin kontrak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang