Tak Disangka

842 66 5
                                    

🔥Shiho

Hari ini adalah hari yang berat. Bukan, bukan karena hari ini adalah hari pertamaku bekerja, melainkan karena hari ini, tepatnya pagi ini, sebuah hal yang diusahakan tidak terjadi, menjadi terjadi.

Mertuaku, Yukiko Nee, dan Yusaku Jiisan, mereka memintaku untuk segera mengandung bayi.

Aku tau, aku adalah menantu mereka. Aku tau, bagaimana mereka menginginkan seorang cucu lebih cepat untuk menemani mereka, tapi aku juga tau, aku adalah seorang istri yang hanya adalah istri kontrak.

Aku menghela nafas berat ketika menunggu Shinichi menjemputku, ya... Aku sudah memintanya untuk mengantar dan menjemputku dari tempat kerja.

Sekitar lima belas menit, akhirnya dia datang. Aku langsung duduk di jok belakang, memakai helm yang dia berikan, dan melingkari tanganku di pinggangnya untuk keamanan dan juga ya... Kenyamanan.

....

Tak sampai sepuluh menit kami sudah sampai di apartemen. Ketika pintu apartemen ditutup, Shinichi tiba-tiba memelukku dengan erat. Oh! Beratnya hidup seakan luluh dengan kehangatan dari pelukannya.

"Gomene, Shiho." bisiknya dengan lembut membuat bulu kudukku berdiri, tubuhku pun menegang.

"Aku janji, aku tidak akan memaksamu untuk segera hamil. Aku tau, status kita sekarang." lanjutnya sembari meregangkan pelukannya, dan berdiri tepat di depanku.

"Shiho-chan, mau mandi dulu atau langsung makan? Kalau mau mandi, silahkan aku sudah siapkan air hangatnya. Kalau mau makan, aku akan panaskan makanan yang aku sudah pesan."

Benarkah ini Shinichi Kudo? Detektif yang tidak peka itu? Apa yang bisa merubahnya menjadi hangat seperti ini?

"Shiho-chan, kenapa diam?" tanyanya lagi yang membuatku salah tingkah sebentar sebelum berdehem pelan dan kembali serius.

"Aku akan mandi dahulu, tantei-san." kataku yang entah kenapa membuat tubuhku memanas.

....

Hangat! Suhu air ini benar-benar pas. Beban-beban yang sebelumnya memberatkan, rontok semua.

Aku tidak tau kenapa dia seperti ini, tapi yang pasti aku menyukai sisi lainnya ini juga.

Sebenarnya aku heran, kenapa dia tidak bersama Mouri-san?

Sebelum aku bertemunya di cafe itu karena biro jodoh, aku memang tidak terlalu mengikuti perkembangan Jepang, terutama dirinya. Tapi aku bayangkan, kalau dia sudah bahagia dengan Mouri-san, bahkan mungkin mereka sudah mempunyai anak.

Namun apa mau dikata, takdir telah mempertemukanku yang sedang sendiri dan dia yang juga sendiri, yang membuatku bahagia paling bahagia seumur hidupku.

Entahlah, kenapa aku begitu bahagia waktu itu hingga aku setuju ikut dengannya ke Jepang, dan mengundurkan diri dari pekerjaan yang sudah menemaniku beberapa tahun terakhir.

Bahkan, aku mengikuti arahannya keesokan harinya untuk ke bandara dengan semua hal yang ku butuhkan di Jepang, dan menandatangani kontrak perjanjian pernikahan kontrak.

Aku merasa hidupku terlalu lurus, terlalu mudah, dan tidak berkelok-kelok seperti biasanya.

Aku senang bersamanya, aku bahagia walaupun ini hanya sebuah pekerjaan diatas sebuah kontrak, aku gembira menjadi wanita yang ada disampingnya.

....

"Shiho, gomene. Aku hanya bisa menghidangkan ini." katanya dengan wajah tertunduk.

Aku melihat beberapa varian makanan yang dihidangkan, aku merasa terpukau dengan banyaknya makanan di meja, apakah kami bisa menghabiskannya?

Namun keterpukauanku tidak seberapa dengan kebingunganku tentang kenapa dia meminta maaf?

"Kenapa kamu meminta maaf, Shinichi-kun?"

"Ya... Aku memesan makanan dengan tanpa pemberitahuan kepadamu, aku takut kamu tidak terlalu suka ini."

Oh! Manusia yang paling tidak peka beberapa tahun yang lalu, menjadi manusia yang paling peka hari ini. Bagaimana bisa?

"Tenanglah, aku suka kok semua yang kamu hidangkan. Tapi yang sangat aku sayangi, bukankah ini terlalu banyak?" tanyaku yang membuat wajahnya yang sedari tadi menunduk, sedikit terangkat.

"Jadi kamu suka?" Dia balik bertanya, dan aku hanya mengangguk-angguk saja.

"Baiklah, silahkan makan, Shiho."

"Ittadakimasu."

Aku ingin mengambil suapan pertama, namun ku melihatnya hanya terdiam sambil tersenyum tipis.

"Kamu tidak makan?"

"Kamu duluan saja, aku ingin mandi dahulu." katanya yang malah masih duduk ditempat dan kali ini tangannya menopang dagunya dengan matanya menatapku dengan lekat.

Aku menghela nafas, lalu melakukan sesuatu yang sempat melintas di pikiranku, ya. Aku menyuapinya.

"Akhh, tantei-san." kataku memintanya untuk membuka mulutnya.

🔥Shinichi

Makan malam yang canggung setelah suapannya kepadaku di awal tadi akhirnya selesai.

Aku tidak bisa menahan gurat merah yang ada di wajahku melihat apa yang dilakukannya.

"Shin, kamu langsung ke kamar saja, biarkan aku yang bersihkan alat makannya."

Oh tidak! Aku terpesona lagi dengannya.

"Shiho, aku saja yang bersihkan."

"Tidak, tantei-san. Disini aku adalah seorang istri."

"Memang hanya seorang istri yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan rumah?"

"Baiklah, jika kamu yang menginginkannya."

Dia berdiri, lalu melangkahkan kakinya yang putih itu menuju kamar. Oh... Dia benar-benar melakukannya.

Sudahlah, melihat senyumnya yang manis itu, rasa lelah seharusnya hilang dari tubuhku.

Aku segera mengangkat alat makan yang kotor itu dan membawanya ke wastafel.

Aku jadi ingat dengan makan siang tadi bersama Hattori yang membuatku melakukan sesuatu yang tidak wajar aku lakukan malam ini.

Detektif Conan : Kawin kontrak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang