Pria

1K 81 2
                                    

Pagi indah di Okinawa dengan desiran ombak yang tenang dan sinar matahari yang cukup menghangatkan. Di salah satu diantara banyaknya kafe dekat penginapan wisatawan.

"Abe-san?" tanya seorang wanita kepada seorang pria yang duduk di pojokan kafe.

Pria yang sebelumnya hanya menampakkan punggungnya itu dilihat dari mata sang perempuan, kini membalikkan badannya dan menunjukkan pria yang cukup tampan dengan kacamata yang terpasang.

"Miyano-san?" tanya pria itu memastikan. Perempuan yang dipanggil Miyano itu segera duduk di kursi kosong disebelah si pria yang dipanggil Abe.

"Sudah hampir tiga tahun kita tak bertemu ya..." kata perempuan bernama Miyano, pemilik rambut berwarna coklat kemerahan itu kepada pria berkacamata.

"Ya... Begitulah." balas si pria dengan malas.

"Dimana istrimu? Aku ingin melihat wanita yang mampu menaklukkan kepala laboratorium yang pendiam ini." kata Miyano dengan menopang dagu.

"Dia masih tidur. Aku tidak ingin mengganggu tidur nyenyak itu." kata pria yang dipanggil Abe-san itu setelah menyesap minuman yang ia pesan sebelumnya.

"Oh begitu, sama sepertiku." ceplos Miyano yang membalas perkataan seniornya itu.

"Maksudnya?"

Pertanyaan dari Abe, membuahkan Shiho yang gelagapan dan panik.

"Itu... Maksudku ya... Aku pesan minuman dulu, Abe-san." kata Miyano yang langsung berdiri dan menuju ke meja tempat barista atau semacamnya bekerja.

Ketika Miyano kembali, rasa penasaran dari Abe pun memuncak. Akhirnya Abe memberanikan diri untuk bertanya kembali.

"Siapa yang mampu menaklukkan ratu es?" tanya Abe dengan sedikit penekanan di kata 'ratu es'.

"Abe-san!" Kesal Miyano diiringi tatapan membunuh yang membuat Abe malah tertawa kecil.

"Aku bercanda, Miyano-san. Tapi untuk pertanyaan itu, aku serius. Siapa yang sekarang masih tidur di kamar kalian?"

"Suamiku." entah kenapa, dengan entengnya, Miyano malah memberi tau hal yang sebelumnya hingga seterusnya harus di rahasiakan itu.

"Kamu sudah menikah? Berarti bukan Miyano-san lagi ya? Jadi aku harus bilang apa?" Pertanyaan ini menyadarkan Miyano dengan sebuah kertas dengan bubuhan tinta hitam diatasnya.

"Kamu tetap boleh memanggilku, Miyano-san." kata Miyano yang diiringi dengan tegukan pertama untuk minuman yang baru ia beli.

"Eh? Apakah suamimu tidak akan marah kalau begitu?"

"Dia bukan tipe orang yang mudah cemburu, lagipula seharusnya aku yang cemburu karena dia lumayan dekat dengan wanita."

"Mendengar ceritamu ini, aku jadi ingin segera mengetahui siapa suamimu."

"Kamu tidak perlu tau, itu tidak penting."

"Baiklah, baiklah. Oh iya kamu dipindahkan seperti aku, atau keluar?" tanya Abe mengalihkan topik.

"Aku keluar."

"Eh? Kenapa kamu tidak-"

"Tanpa aku bekerja, aku juga akan mendapatkan uang banyak."

"Eh... Aku tidak tau sisi dirimu yang ini sebelumnya, Miyano-san."

"Tidaklah, aku hanya bercanda. Mungkin aku akan mendaftar menjadi perawat atau pekerjaan yang lain. Dengan kehebatanku dan kecantikan yang kumiliki, aku bisa melakukan apapun." kata Miyano dengan menyombongkan diri yang membuat Abe berkata spontan, "Ini baru Miyano-san yang aku kenal."

"Ngomong-ngomong, kenapa tidak bergabung kembali? Maksudku aku ada disini, aku akan membantumu jika kamu mau."

"Benar juga, baiklah aku akan pikirkan kembali." kata Miyano yang dilanjutkan dengan meneguk langsung minumannya, dan berdiri untuk melangkah keluar.

"Kenapa?"

"Suamiku mungkin menungguku karena kelaparan di kamar. Aku harus mencari makanan sebelum dia mengamuk."

"Baiklah, ngomong-ngomong nomor teleponku tidak ganti, kamu bisa menghubungiku jika mau."

"Baiklah."

Detektif Conan : Kawin kontrak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang