CVC 11. Kepepet

295 25 0
                                    

Ada penyebab kenapa sebuah lukisan bisa menyentuh perasaan orang yang melihatnya, karena sebuah karya seni dibuat atau diciptakan dengan penuh perasaan. Entah dari derita yang pernah dialaminya, kejadian yang membekas di benak, atau imajinasi terpendam, atau harapan yang amat sangat didambakan. Bagaimana sorot mata atau senyum tipis seseorang di sebuah potret bisa memukau masyarakat dunia. Bagaimana harga coretan- coretan tanpa bentuk yang jelas bisa dihargai sangat mahal, dicuri, disimpan di museum, dan diabadikan. Itulah sebuah seni. Berbeda dengan barang asal jadi, tiruan, atau hasil plagiasi. Harganya tidak akan mencapai nilai estetika sehingga disebut seni.

Aaron tergegau ketika Cassandra tahu- tahu mengabaikannya. Gadis itu kembali menatap lukisannya sambil mengembuskan asap rokok ke permukaan lukisan bagai meniupkan nyawa ke benda itu. Aaron kembali ke sofa, memasang jubah satinnya dan duduk mengempas bertanya-tanya dalam pikirannya sendiri. Ia merasa serba salah dengan tingkah Cassandra yang aneh. Agaknya pikiran seniman tidak sesederhana gadis biasa.

Bagi Cassandra, melukis Aaron Sebastian adalah sebuah tantangan melawan nafsu berahi. Ia lebih perlu uangnya daripada tubuh pria itu. Meski begitu, lukisannya pun harus dikerjakan dengan kesungguhan. Demi penjiwaan, ia sempat memikirkan bahwa sosok Aaron inilah pria idamannya. Cinta sejatinya. Setelah lukisan itu selesai, tentu saja ia harus mengenyahkan obsesi palsu tersebut.

Mata Cassandra menatap lukisan Aaron terbaring telanjang di atas sofa, mata hampa terbuka lebar dengan luka tusuk bersimbah darah di perutnya. Tangan dan kaki terkulai lemas. Sebilah pisau tergeletak di lantai disertai ceceran darah. Dua gelas anggur di meja. Yang satu terisi separuh, yang satunya tergeletak tumpah menggenangi meja. Buah- buahan berserakan di meja dan karpet. Seakan menggambarkan situasi penemuan jasad Aaron Sebastian mati terbunuh setelah kencan satu malamnya.

Aaron dan Gabriel tidak bisa mengatakan itu lukisan yang je.lek. Tidak. Lukisan itu sangat indah, nyata, perasaannya tersampaikan dengan sangat baik. Aaron dan Gabriel menggigil ngeri melihat pemandangan itu. Seolah jika itu ramalan kematian Aaron, maka ia akan melakukan apa saja untuk mencegahnya. Namun, antara Aaron maupun Gabriel tidak ada yang bisa berkomentar karena Cassandra tidak bisa diajak bicara. Mereka duduk di sofa memandangi gadis itu menikmati pestanya sendiri.

Bau keringat, bercampur asap rokok, aroma kopi, dan cat minyak, sedikit banyaknya membuat pusing kepala. Setelah pemandangan lukisan bernunasa gelap tersebut, mereka disuguhkan pemandangan ja.lang gadis yang menari- nari seorang diri. Terlalu banyak kafein memacu tubuh Cassandra harus banyak bergerak. Ia perlu meluapkan energinya.

Lagu bertempo perlahan beraliran baroque pop, National Anthem-nya seperti pengiring pengunjung kelab malam yang menari- nari mabuk. Kedua tangan Cassandra belepotan warna bercampur jadi satu hingga menjadi abu-abu menangkup wajahnya sendiri, mengusap rahang, lalu turun ke lekukan leher dan belahan da.danya. Jika Aaron merayu dengan mempertontonkan tubuhnya, Cassandra membalasnya dengan menari sen.sual. Mata terpejam dan kepala terteleng terhanyut musik. Pundak dan pinggulnya meliuk menggoda. Kedua pria ternganga menontonnya.

Alarm di ponsel Aaron dan Gabriel berbunyi bersamaan, mengejutkan dua pria itu. Mereka terbelalak melihat jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Seharusnya Aaron kencan dua jam yang lalu. Aaron memeriksa ponselnya dan terdapat puluhan panggilan tidak terjawab serta pesan tidak terbaca dari Kitty Baby yang kesekian. Gabriel menatap penuh tanya pada Aaron sedangkan pria itu malah mengusap kasar wajahnya sendiri. Aaron lalu berujar serak pada Gabriel. "Bisa kau pulangkan Cassandra sekarang juga? Aku harus menemui Lovita. Aku akan pergi seorang diri."

Gabriel menjawab dengan suara direndahkan. "Waktunya sangat mepet, Aaron. Kau tidak akan sempat kencan lalu kembali ke sini, karena tidak mungkin 10-15 menit main kau akan selesai."

Aaron merutuk diri sendiri. "Sialan! Jika saja obat penahan sakit bisa membantuku. Uggh, ya ampun, ini akan jadi malam yang sangat menyakitkan!"

"Bagaimana jika undang Lovita ke sini. Sementara aku mengantar Cassandra. Setelahnya aku akan mengantar Lovita pulang."

Cassandra VS Cassanova (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang