Gabriel menyampaikan ucapan Aaron pada Elliana dan gadis itu langsung terjengkit enggan. "Ogah! Ngapain saya kerja tambahan malam- malam gini, sama Bapak Aaron lagi. Na'audzubillah. Nggak, Pak! Ini sudah lewat jam kerja, saya butuh istirahat. Ada kucing saya di rumah kudu diberi makan sama bersihin pup-nya." Elliana buru- buru mengambil tasnya dan memastikan tidak ada barang penting ketinggalan.
"Kamu punya kucing?" tanya Gabriel.
"Iya, Pak. Ada 2. Udah, ya, Pak! Saya raib sekarang juga sebelum Bapak Aaron tiba. Bapak aja yang jelasin kenapa saya pergi. Terserah aja alasannya apa."
"Eh, tapi, Ell ...."
Tanpa menunggu Gabriel menyelesaikan kalimatnya, Elliana langsung kabur pakai jurus ninja dari ruangannya. Elliana tidak menggunakan lift buat turun. Dia turun lewat tangga. Lari cepat- cepat. Kalau lewat lift, takutnya kayak di sinetron- sinetron gitu, tiba- tiba ... jjjjeng jejeng ... ketemuan di lift, pasti Bapak Aaron bakalan menghalangi pintu agar ia tidak bisa ke mana-mana. Beruntung, Elliana bisa meninggalkan gedung Novantis dalam keadaan selamat dan tidak bertemu Aaron.
Tertinggal Gabriel sendirian di ruangan kerja Elliana. Ia melirik jam tangannya, lalu memutuskan menunggu Aaron di situ. Ia melihat- lihat meja kerja Elliana dan ada foto Elliana menyengir bersama dua ekor kucing persia berbulu abu- abu dan putih. Wajah Elliana sangat imut dengan senyum gembira dan mata yang menyipit nyaris segaris saja. Tanpa sadar Gabriel tersenyum sendiri melihat foto itu. Satu lagi kesukaan Elliana yang diketahuinya. Gadis itu pecinta kucing ternyata. Gabriel lalu ke dinding kaca memandangi penampakan kota saat malam hari.
Tak lama kemudian Aaron datang, memburu masuk ke ruang kerja Elliana. "Mana Nenek Tapasha itu?" tanyanya mendesak.
Gabriel menjawabnya dengan tenang. "Dia sudah pulang. Katanya dia tidak mau bekerja melewati batas jam kerja."
"Haishhh, dasar pegawai durhaka!" geram Aaron seraya mengacak kesal rambutnya lalu mengayunkan tangan membuang gusar.
"Durhaka apanya, Aaron? Justru kamu yang salah jika memorsis jam kerja dia. Lagian nyuruh kerjaan apa sih?"
"Mau minta kerokin sama pijat. Keknya aku masuk angin."
Gabriel langsung menudingnya. "Halah, alasan aja biar ada alasan pamer body six pack sama minta digerayangi. Ke panti pijet sana! Gak usah pakai kerja tambahan segala."
"Ih!" dengkus Aaron tengsin. Gabriel sepertinya mencari celah meloloskan Elliana dari perangkapnya. "Kamu kok tidak melarang dia sih?"
Gabriel mengangkat bahu. "Males. Bisa- bisa dia membawa masalah ini ke Kementrian Tenaga Kerja. Aku menghindarkanmu dari masalah lain," jawabnya sebijaksana mungkin. Ia melihat penampilan Aaron yang berkeringat dan berapi- api, bertanya padanya. "Kamu sudah selesai kencan dengan Celine?"
"Iya, sudah. Karena mengejar Nenek Tapasha itu aku buru- buru meninggalkan Celine," gerutu Aaron.
Gabriel menghela napas dalam lalu mengubit Aaron. "Duh, segitunya. Kita pulang aja, yuk! Aku capek banget hari ini seharian di luar."
Mereka berdua pulang bareng dengan isi kepala masing-masing. Aaron yang penasaran ditinggalkan Elliana dan Gabriel yang mulai mempertanyakan perasaannya pada Elliana.
Elliana tiba di apartemennya tidak terlalu malam. Setelah mengurus kucing, dia mandi, lalu mengenakan pakaian seksi, mini dress bahu setali. Bagian bawah buah da.danya diganjal tisu biar kesannya kencang berisi, lalu di-shading gelap kayak berlembah dalam. Dia berdandan sebagai Cassandra yang bohay dan cantik menggoda.
Cassandra membuat rekaman video dia membuat sketsa lukisan barunya. Bukan dengan goresan pensil, melainkan dengan membuat cetakan bentuk tubuhnya di atas kanvas. Cassandra membalur tubuhnya dengan cat, lalu menempel ke kanvas. Bentuk yang tercetak di bidang itu ditampilkannya sebagai sorotan utama mengenai inti karyanya yang akan dilelang pada hari Minggu nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cassandra VS Cassanova (END)
Roman d'amourAaron, bujangan tampan dengan kekayaan melimpah dari jabatannya sebagai CEO Novantis Internasional, berkelakuan seperti CEO kebanyakan. Arogan, dominan, playboy dan memegang reputasi terkenal sebagai seorang cassanova. Tidak ada wanita yang tidak ak...