><><><"Keluar!" Bentak Xiao Zhan marah. JianMin hanya menurut dan pergi dari ruangan khusus milik majikannya. Sepulangnya dari pantai, bukannya tenang, Xiao Zhan justru sangat marah dan kesal. Bagaimana tidak, dia bahkan di maki oleh orang tidak di kenal saat di pantai tadi, untung saja JianMin datang tepat waktu sebelum Xiao Zhan berkelahi dengan pria yang di temuinya itu.
"Sial!" Xiao Zhan melempar tubuhnya ke sofa. Saat ini, dia benar-benar sangat marah, andai saja dia bisa memukul pria itu, sekali saja. Dia pasti akan merasa lega, jika saja JianMin tidak menghentikannya, dia pasti sudah meninju wajahnya itu.
"Aku akan ingat wajahnya!" Sebelum Xiao Zhan lupa, dia segera bangun dari duduknya, mengambil buku sketsanya lalu mulai
menggambar."Awas saja, kau akan mati di tanganku!"
><><><
Sore itu, beberapa hari setelah kejadian di pantai, Xiao Zhan masih mengingat orang itu, dia benar-benar kesal dan ingin sekali memukulnya walau hanya sekali, saat kesal, lagi-lagi Xiao Zhan mengambil buku sketsanya dan kembali menggambar, wajah yang sama tapi dengan ekspresi yang berbeda. Xiao Zhan menggambar wajah itu berkali-kali agar dia tidak lupa, bahkan Xiao Zhan sudah hapal setiap lekuk wajahnya.
Tanpa sadar, Xiao Zhan bahkan begitu sering menggambar wajah itu, sehingga Xiao Zhan bisa dengan mudah menggambar tanpa kesulitan sedikitpun. Pada suatu siang, di ruangan khusus miliknya, Xiao Zhan sedang menggambar, Lu JianMin masuk keruangannya membawa sebuah map di tangannya.
"Bagaimana?"
"Anda harus menandatangani kontrak yang telah di sepakati," ucap JianMin sambil menyerahkan map tersebut kepada Xiao Zhan.
"Aku mengerti," tanpa menunggu lama, Xiao Zhan mengambil pena dan membubuhkan tanda tangan miliknya di atas kertas tersebut. "Pergilah, jangan ganggu aku sampai makan siang! Jika ada yang datang, usir saja."
"Baik, Tuan muda." JianMin segera keluar setelah mengambil kembali berkas yang baru saja di tanda tangani oleh tuan mudanya.
Sepeninggal JianMin, Xiao Zhan kembali fokus pada gambarnya. Melihat lagi wajah menyebalkan yang membuatnya semakin kesal setiap saatnya. Di tengah kekesalannya, tiba-tiba suara keras terdengar di sampingnya. Refleks Xiao Zhan menoleh, ternyata ada sebuah peluru memecahkan kaca jendela di sampingnya. Xiao Zhan berusaha menghindar dan untung saja dia bisa. Namun, dia terjatuh dengan posisi terlentang, saat itu kaca besar jendela yang sudah terkena peluru pecah dan jatuh menimpanya.
><><><
"Seperti yang saya katakan sebelumnya, ada bagian yang terluka cukup parah dan membuat penglihatannya tidak berfungsi. Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengurangi dampaknya. Namun, seperti yang sudah saya jelaskan, bahwa semua itu butuh waktu, pasien harus selalu mendapatkan perawatan setiap seminggu sekali untuk melihat apakah lukanya semakin menyebar atau tidak."
"Baik, saya mengerti, akan saya sampaikan pada tuan muda." JianMin mempersilahkan dokter untuk pergi. Setelah itu mendekati Xiao Zhan yang sudah duduk di atas tempat tidur rumah sakit. Kedua matanya di perban, dan beberapa luka gores terlihat di bagian pipi rahang dan juga lehernya.
"Tuan muda sebaiknya anda istirahat. Saya akan membawakan baju ganti untuk anda."
"Sampai kapan?" Xiao Zhan bertanya dengan nada datar.
"Saya akan mencari pengobatan terbaik untuk anda, Tuan muda."
"Keluar!"
"Anda harus istirahat ..."
"Kubilang keluar! Keluar!" Xiao Zhan meraba apa yang ada di sekelilingnya, lalu meleparnya asal, dan saat itu, di atas meja terdapat sebuah vas keramik, Xiao Zhan melemparnya asal, dan itu tepat mengenai dinding di samping JianMin. Vas itu pecah berantakan. "Aku sudah buta, bukan?"
"Tuan muda, anda harus tenang. Saya pastikan anda akan sembuh seperti sedia kala."
"Omong kosong, pergi dan jangan ganggu aku!" JianMin tak punya pilihan, sebelum Tuan mudanya semakin marah, diapun mengatakan akan segera kembali.
Xiao Zhan mengepalkan tangannya, meremas seprei yang masih menutupi setengah tubuhnya. Dia tak bisa melihat apapun saat ini, hanya gelap dan dia sangat membencinya.
Xiao Zhan melangkah menuruni tempat tidur, meraba dengan pelan apa yang ada di depannya, tak sengaja, kakinya menginjak pecahan vas keramik yang ia lemparkan. Xiao Zhan tak terlihat kesakitan sedikitpun, dia hanya mencabut pecahan keramik itu, lalu membuangnya asal. Setelah itu, dia kembali berjalan mencari pintu.
Setelah meraba beberapa saat, diapun menemukan pintu keluar, banyak suara lalu lalang di hadapannya, seakan dia hidup di sebuah lorong gelap tak berujung, hitam dan hampa. Xiao Zhan melangkah perlahan sambil meraba dinding untuk penunjuk jalan agar ia tak menabrak orang lain. Berjalan beberapa saat, ia sampai di belokan, tak sengaja seseorang menabraknya hingga keduanya jatuh.
"Apa kau tidak lihat, apa kau buta ..." Xiao Zhan terdiam saat ada orang yang memakinya.
"Benar!" Jawabnya tanpa ada rasa ragu sedikitpun.
"Oh ... maafkan aku, aku hanya ..."
"Tidak perlu membantuku!" Xiao Zhan menepis tangan orang yang baru saja menabraknya, dia ingin menolong Xiao Zhan, tapi malah di tolak dengan kasar.
"Apa kau teluka? Kakimu berdarah."
"Bukan urusanmu!" Xiao Zhan kembali.meraba tembok dan melanjutkan perjalannya. Melihat itu, orang itu hanya mengedikkan bahu, lalu segera pergi.
Xiao Zhan sampai di sebuah taman, dia melangkahkan kakinya di atas rumput. Setelah itu ia berdiri sesaat sebelum akhirnya berjongkok menyentuh rumput. "Apa ini sudah kering?" Xiao Zhan meremas rumput itu, dan merasa bahwa rumput itu sangat rapuh.
"Kau tidak boleh berada di sana!" Xiao Zhan menolehkan kepalanya, sepertinya ada yang mengatakan sesuatu padanya.
"Apa?"
"Kau menginjak tanaman hias!" Dia bukan menginjak rumput?" Tanpa berkata lagi, Xiao Zhan segera melangkah pergi. Namun, orang yang menegurnya tadi menahan dirinya.
"Jangan ke sana, di sana ada parkiran. Bukankah seharusnya kau kembali ke kamarmu?" Xiao Zhan menepis tangan orang itu.
"Beraninya kau menyentuh tanganku!"
"Aku hanya berusaha membantumu."
"Aku tidak.membutuhkan bantuanmu!" Xiao Zhan kembali melangkah, tapi kali ini tidak menuju parkiran. Xiao Zhan tidak tau dia berada di mana sekarang, hingga tiba-tiba ada yang datang mendekatinya.
"Tuan muda ... saya mencari anda sejak tadi!" Xiao Zhan tau betul siapa itu. Diapun mengulurkan tangannya. JianMin segera menyambut tangan Xiao Zhan dengan lengannya. "Anda tidak boleh keluar dari kamar anda. Sebaiknya anda beristirahat lebih banuak agar anda cepat sembuh."
"Apa aku masih bisa sembuh?!" Xiao Zhan bertanya bukan karena ia ingin tau, justru dia tidak percaya dengan pernyataan itu. "Aku tidak membutuhkan mata ini jika aku masih bisa berjalan." JianMin hanya menghela napasnya.
"Tuan muda, ayo kita kembali."
Tanpa mereka sadari, ada yang memperhatikan mereka, dia adalah orang yang tadi menegur Xiao Zhan, dia juga yang tadi bertabrakan dengan Xiao Zhan, dan bahkan, dia jugalah yang dulu pernah bertemu dengan Xiao Zhan di taman. Namun, keduanya sama-sama tidak tau bahwa mereka pernah bertemu sebelumnya. Xiao Zhan tidak mengenalinya, karena dia tidak mengingat suaranya, sedangkan orang itu, dia tidak mengenalinya karena mata Xiao Zhan tertutup, jika gaya rambutnya yang berbeda.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Short Story [YiZhan]
Non-FictionSenin, 7 Juni 2021. >< Kumpulan cerita pendek YiZhan. Baca aja. 16++ 18++ 21++ Story 1. Mr. Arrogant. Story 2. Noble Class. Story 3. Everything gonna be okay. Story 4. A Lie.