Setelah proses panjang penyuntingan naskah dan proses penerbitan, delapan bulan sejak naskah diterima meja redaksi penerbit, hari ini akan menjadi hari launching buku ketiga Gia, berjudul 'Buku Harian Bahagia'. Masih kurang empat puluh lima menit sebelum jadwal launching buku yang dijadwalkan tepat pukul 16.00 dimulai. Acara launching buku diadakan di Jakarta, di salah satu toko buku terbesar di Jakarta. Menggunakan ruang aula yang berada di lantai 5 dan bisa menampung kapasitas hingga 1.000 orang.
Setelah menerima briefing singkat bersama MC, Gia menunggu di sebuah ruang kecil yang sengaja disediakan pihak penerbit, berada di belakang panggung acara. Gia terus-terusan mondar-mandir, rasanya sangat gugup dan hatinya tidak bisa tenang. Gia menautkan jari-jari dari kedua tangannya seraya berdoa dalam hati agar diberi kemudahan.
Mbak Shanti dan Lisa yang melihat Gia mondar-mandir sudah hampir sepuluh menit dengan gelisah hanya bisa saling berpandangan, menghela napas dan menggeleng bingung.
Ponsel Mbak Shanti menerima notifikasi pesan masuk, Mbak Shanti membacanya dan segera bangun hendak keluar ruangan.
"Lis, temani Gia dulu ya, panitia acara memanggilku. Ada yang mau dibicarakan katanya," kata Mbak Shanti menepuk pundak Lisa, lalu berjalan keluar ruangan tunggu tersebut.
Lisa sendirian memandangi Gia yang masih gelisah mondar-mandir, sekarang Gia menggigiti ujung kukunya.
Lisa tidak tahan lagi untuk tidak berkomentar, "Gi, duduk sih, kayak strikaan tahu nggak? Nggak pegal apa mondar-mandir terus? Gue yang lihat lo aja rasanya capek," kata Lisa ceplas-ceplos.
Gia memasang wajah memelas ke Lisa dan dengan gerakan cepat melompat duduk di sofa di sebelah Lisa, "Duh, kok aku gugup parah ya, Lis? Apa acaranya dibatalkan saja? Gimana ini... aku ngerasa kayak nggak siap," kata Gia sambil menggigiti ujung kuku telunjuknya.
"Hah? Batal? Lo gila, ya!" Lisa kaget, "Lo tega ngebiarin orang-orang yang udah datang dengan harapan ketemu sama lo, bahkan kata panitia ada yang udah nunggu sejak sejam, ada yang datang dari luar kota. Buat apa, Gi? Buat ketemu lo! Terus, sekarang lo dengan entengnya bilang dibatalin aja?" Lisa mengomel.
Gia menunduk merasa bersalah, "Aku gugup Lis, gugup banget!"
"Ya wajar, karena udah lama lo ngga muncul di hadapan orang banyak. Tapi, lo harus ingat dulu lo pernah nyanyi di depan ribuan orang juga dan lo baik-baik aja, kan? Lo nggak tiba-tiba kejang-kejang di panggung gitu kan?"
Mendengar kata-kata Lisa mau tak mau Gia jadi ikut tersenyum, "Ya tapi kan itu udah lama banget, udah enam tahun lebih. Aku sekarang ya gugup lagi..."
Lisa menepuk pundak Gia, "Gi, lo udah jalan sejauh ini sampai akhirnya tiba di hari ini. Lo bisa menemukan hal yang bisa lo lakukan tanpa rasa terpaksa. Lo bisa sukses dengan kaki lo sendiri bukan karena orang tua lo. Lepasin dulu beban yang masih tersisa dari masa lalu, hari ini... coba lo jadi seorang Bahagia yang sebenarnya, nggak pakai pura-pura. Oke?" Lisa menatap Gia serius.
Air mata Gia mengendap di kelopak mata, Gia memeluk Lisa, "Lisaaaa...."
"Heh, heh, jangan nangis! Make up lo luntur nanti! Hadeeeuuuh..."
Ketika Lisa dan Gia sedang berpelukan Mbak Shanti dan seorang panitia masuk, lalu merasa canggung.
"Eh, nggak apa, ini Gia gugup sampai nangis-nangis, hahaha..." jelas Lisa ketika melihat Mbak Shanti dan seorang panitia acara hendak balik kanan dan keluar lagi dari ruangan.
"Maaf, maaf," kata Gia, mengambil tisu dari tas dan menghapus air matanya sendiri, "Ada apa, Mbak Shanti?"
Mbak Shanti membuang napas berat, Gia dan Lisa saling berpandangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Harian Bahagia
RomanceBuku Harian Bahagia by Juwita Purnamasari Sinopsis: Nama gadis itu adalah Bahagia, tapi tidak pernah benar-benar tahu apa itu rasa bahagia. Menjadi penyanyi terkenal sejak kecil bukan cita-cita Gia, tapi keinginan orang tuanya. Hingga berusia 19 t...