Bagian 3

37 6 0
                                        


Gia merasa betah berada di rumah Tante Bel. Rumahnya terbilang jauh sederhana daripada rumah Gia yang punya 3 lantai, tapi rumah ini terasa lebih hangat. Di dalam rumah kucing-kucing dibiarkan berkeliaran, ada yang main dengan kucing lain, ada yang makan, ada yang tidur.

Rumah ini khusus untuk shalter atau rumah singgah kucing. Ada 38 ekor kucing dan 5 asisten rumah tangga yang membantu mengurus kucing-kucing di sini. Kucing-kucing di rumah Tante Bel sebagian besar hasil rescue dari jalanan, Kebanyakan kucing domestik, tapi ada juga kucing ras yang dipelihara di rumah ini karena ditelantarkan oleh si pemilik.

Sementara itu, rumah utama yang ditinggali Tante Bel terletak tak jauh dari sini, masih satu kompleks. Tante Bel tinggal bersama seorang anak perempuan berusia 12 tahun, Mia.

Gia sedang duduk di lantai sambil bermain dengan beberapa ekor kucing. Gia asyik sendiri sejak tadi, baru sadar kalau Tante Bel dan Lisa tidak ada di sekitarnya.

Melihat Gia yang celingak-celinguk bingung, Banyu menghampirinya, "Tante Bel sama Lisa di belakang," kata Banyu. Banyu berjongkok di sebelah Gia, menjawab pertanyaan yang memang sedang ada dalam pikiran Gia.

Gia kaget ketika menoleh ke kiri ada Banyu di sebelahnya, "ah, maaf."

"Seserem itu ya mukaku, kamu sampai kaget begitu?" Banyu tertawa.

"Bukan... itu... aku cuma kaget. Maaf," lagi-lagi Gia meminta maaf.

Banyu ikut bermain dengan kucing-kucing. Beberapa ekor kucing menghampiri Banyu tanpa sungkan, seolah sudah sangat mengenal Banyu. Satu ekor kucing langsung naik ke pangkuan Banyu minta dielus.

"Tante Bel sama Lisa lagi ngecek kucing-kucing yang sakit, di bagian belakang rumah ada kamar khusus untuk merawat kucing yang sakit. Dipisah supaya nggak menular ke kucing yang sehat, " jelas Banyu.

Gia hanya menanggapi dengan mengangguk.

"Kucing yang kakinya luka tadi punya kamu?" tanya Banyu coba memulai obrolan.

Gia menggeleng.

Banyu menggaruk pelipis kirinya yang tidak gatal, merasa aneh karena semua ucapannya hanya direspon dengan anggukan dan gelengan oleh Gia. Akhirnya Banyu memilih diam. Mereka berdua asyik masing-masing bermain dengan kucing.

Aku pengin nanya, apakah Banyu pengemudi ojol atau bukan? Tapi pasti bakal aneh kalau tiba-tiba nanya begitu. Banyu ngapain juga sih duduk di sini? Jangan-jangan, dia mengenali aku. Ya ampun, semoga dia nggak ada niatan untuk membuat thread twitter atau apa pun membahas tentang aku yang nggak bisa pakai helm. Gawat banget kalau sampai viral, apalagi kalau sampai ketahuan Mama. Apa aku bilang aja ya, supaya dia nggak nyebarin berita tentang aku yang nggak bisa pakai helm waktu itu? Nggak... nggak... bakal makin gawat kalau ternyata dia Banyu yang beda dengan si pengemudi ojek. Berita aneh itu malah makin nyebar. Ya Tuhan, gimana nih... aku harus gimana.... Gia dalam hati.

"Hm... kamu kerja di sini?" akhirnya pertanyaan itulah yang keluar dari mulut Gia, setelah sekitar hampir setengah jam mereka berdua saling diam. Gia sibuk dengan pikirannya sendiri, Banyu sibuk dengan kucing-kucing yang rebutan snack di tangannya.

"Kamu nanya aku?" Banyu menoleh.

Gia mengangguk. Dalam hati Gia menambahkan, ya iyalah... masa nanya sama kucing?

"Ya, aku kerja di sini. Dulu banget, aku, Lisa dan Tante Bel tetanggaan, kami tinggal di satu kompleks. Mungkin kamu tadi lihat rumah yang pagarnya hitam ada pohon jambu monyet tinggi banget? Itu satu-satunya rumah yang punya pohon jambu monyet di komplek ini. Dulu itu rumahku. Sudah lama dijual, aku sudah nggak tinggal di situ," jelas Banyu panjang lebar padahal pertanyaan Gia hanya 3 kata.

Buku Harian BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang